Penyimpanan Gas Rusia Hampir Penuh, George Soros: Eropa Harus Menahan Keberaniannya

Sabtu, 28 Mei 2022 - 17:07 WIB
loading...
Penyimpanan Gas Rusia Hampir Penuh, George Soros: Eropa Harus Menahan Keberaniannya
Posisi tawar Presiden Rusia, Vladimir Putin soal pasokan gas menurut miliarder George Soros, tidak sekuat yang dia kira-kira. Ia juga memberikan bocoran bila penyimpanan gas Rusia hampir penuh. Foto/Ilustrasi
A A A
DAVOS - Posisi tawar Presiden Rusia , Vladimir Putin soal pasokan gas menurut miliarder George Soros , tidak sekuat yang dia kira-kira. Ditambah menurutnya Eropa mempunyai pengaruh penting.

Dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri (PM) Italia, Mario Draghi, Soros mengatakan Putin "jelas memeras Eropa" dengan mengancam atau sebenarnya menahan pasokan gas.

"Itulah yang dia lakukan musim lalu. Dia menempatkan gas di penyimpanan daripada memasok gas ke Eropa. Hal itu menciptakan kekurangan pasokan, menaikkan harga dan memberinya banyak uang, tetapi posisi tawarnya tidak sekuat yang dia kira," tulis Soros.



Pejabat Rusia tidak segera bersedia untuk memberikan komentar saat dihubungi oleh CNBC.

Rusia baru-baru ini memotong pasokan gas ke Finlandia dengan alasan negara itu tidak membayarnya dalam mata uang Rubel. Langkah itu dilakukan setelah Helsinki mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan NATO, aliansi pertahanan yang ditentang Putin.

Selanjutnya Bulgaria dan Polandia juga berhenti menerima pasokan gas Rusia beberapa minggu yang lalu. Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Moskow mengumumkan bahwa negara-negara 'tidak ramah' harus membayar gas Rusia dalam rubel - sebuah kebijakan yang memungkinkan Kremlin untuk menopang mata uangnya sendiri.

Namun, pesan dari Soros adalah bahwa negara-negara Eropa juga memiliki pengaruh terhadap Putin.

Uni Eropa, yang terdiri dari 27 negara, menerima sekitar 40% pasokan gas alamnya dari Rusia, sehingga sulit bagi blok itu untuk berhenti membelinya dalam semalam. Namun menurut Soros, Uni Eropa juga merupakan pasar yang sangat penting bagi Kremlin dan Putin membutuhkan pendapatan gas untuk mendukung ekonominya.

"Diperkirakan kapasitas penyimpanan Rusia akan penuh pada bulan Juli. Eropa adalah satu-satunya pasarnya. Jika dia tidak memasok Eropa, dia harus menutup sumur di Siberia dari tempat gas itu datang. Sekitar 12.000 sumur terlibat. Butuh waktu untuk menutupnya dan begitu ditutup, mereka sulit untuk dibuka kembali karena usia peralatan," kata Soros dalam surat itu.



Dia menambahkan, bahwa Eropa perlu melakukan 'persiapan mendesak' sebelum menggunakan daya tawarnya. "Tanpa itu rasa sakit dari penghentian tiba-tiba (pasokan gas) akan sangat sulit secara politis untuk ditanggung," katanya.

Leon Izbicki, seorang rekan di Energy Aspects, setuju bahwa penyimpanan gas Rusia hampir penuh. "Rusia memasuki musim dingin lalu dengan rekor stok tertinggi sekitar 72,6 miliar meter kubik dan target penyimpanan bawah tanah yang lebih tinggi untuk musim dingin 2022 sebesar 72,7 miliar meter kubik," tambah Izbicki melalui email.

"Meskipun kami tidak memiliki visibilitas pada penyimpanan bawah tanah Rusia, tampaknya masuk akal bahwa Rusia sudah bisa mencapai target musim panas ini," terangnya.

Dia menambahkan, bahwa Rusia tidak memiliki fleksibilitas dalam penyimpanan gasnya dan tidak memiliki sarana untuk mengalihkan gas dari Eropa ke Asia misalnya karena kurangnya infrastruktur pipa.

Sementara itu, negara-negara Eropa telah berebut alternatif untuk gas Rusia sejak invasi Ukraina. Uni Eropa dan Amerika Serikat, misalnya, menandatangani kesepakatan pada bulan Maret untuk memastikan kawasan itu akan menerima setidaknya 15 miliar meter kubik lebih gas alam cair tahun ini.

Ditambah dengan pemotongan pasokan gas baru-baru ini ke Polandia, Bulgaria dan Finlandia bersama dengan sanksi internasional, kondisi ini berarti bahwa Rusia pasti sudah menjual lebih sedikit gas ke Eropa.

"Kami memperkirakan aliran gas ke Eropa akan mencapai sekitar 98 miliar meter kubik tahun ini dibandingkan dengan 141 miliar meter kubik tahun lalu," kata Izbicki.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3502 seconds (0.1#10.140)