Diterjang Gelombang PHK, Simak Sejarah Munculnya Startup di Dunia dan Indonesia

Rabu, 08 Juni 2022 - 17:15 WIB
loading...
Diterjang Gelombang...
Gelombang PHK menerjang perusahaan rintisan atau startup di Indonesia. FOTO/Istockphoto/Ismagilov
A A A
JAKARTA - Perusahaan rintisan di Indonesia sejatinya mulai booming disebut sejak medio 2010-an. Dalam bukunya bertajuk The Lean Startup , Eric Ries menjelaskan bahwa startup adalah sebuah institusi yang dirancang guna menciptakan produk atau jasa di tengah ketidakpastian yang amat ekstrem. Namun kini kondisi, startup dirundung masalah karena banyaknya aksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan berbagai faktor dan situasi.

Pengertian terkait startup diperjelas oleh Mardi Arya Jaya dkk dalam prosiding “Analisis Faktor Keberhasilan Startup Digital di Yogyakarta”, bahwa startup dirancang khusus demi menemukan model bisnis yang berskala. Secara garis besar, ia menyebut bahwa startup adalah perusahaan rintisan yang memang sengaja dirancang untuk menemukan model bisnis yang tepat. Tujuannya tentu agar perusahaan dapat bertahan lama di tengah kondisi ekstrem dan tidak pasti.

Nyatanya tujuan perusahaan rintisan untuk bisa bertahan lama tidak semudah anggapan orang lain, dan tidak terjadi begitu saja, perkembangan startup di dunia sejatinya sudah berlangsung lama. Sebelum memasuki era yang sangat canggih seperti saat ini, awal mula munculnya startup sudah ada sejak masa kolonialisme atau penjajahan.



Melansir jurnal dengan judul “Evolusi Usaha Kewirausahaan: Startup dari Masa Lalu Sampai ke Masa Depan” karya Christoffel M. O. Mintardjo, startup di masa kolonisasi dimulai saat Christopher Colombus berhasrat menjelajahi negara-negara baru guna menemukan sumber daya alam untuk kemudian dapat dieksplorasi.

Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa Ia mengajukan idenya tersebut ke para investor dari berbagai negara, seperti Inggris, Prancis, Portugal, dan Spanyol. Dari semua penjajakan itu, hanya Spanyol (melalui Raja Ferdinand dan Ratu Isabella) yang bersedia membiayai penjelajahan Colombus. Akhirnya, Colombus berhasil menemukan benua Amerika bagian selatan di tahun 1458 dan menjadikannya sebagai penemuan terbesar di dunia. Amerika menjadi startup dunia terbesar dengan membawa misi kejayaan, kemakmuran, dan kerohanian.

Startup lain juga dimulai oleh Belanda. Sejarah panjang penjajahan Belanda di Indonesia menorehkan catatan keberadaan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau kongsi dagang milik Belanda. Berdiri pada tahun 1602, startup ini kemudian menjadikan Ratu Belanda sebagai investor utama.

VOC terus melakukan penjelajahan dan perdagangan di wilayah Nusantara. Di balik pendiriannya, VOC terinspirasi oleh berhasilnya Colombus dalam mendirikan startup di Amerika. VOC bahkan terbilang sebagai startup yang cukup berhasil. Sebab, VOC menjadi perusahaan transnasional pertama di dunia yang mampu bertahan sangat lama. Kehancuran VOC terjadi pada 1799, disebabkan tindak korupsi yang dilakukan anggotanya.

Berlanjut ke masa kemajuan teknologi yang berlangsung di pertengahan abad ke-20, dua orang lulusan elektronika, yaitu David Packard dan Bill Hewlett, mendirikan sebuah perusahaan startup teknologi bernama Hewlett Packard (HP) di tahun 1939. Startup tersebut menjadi yang pertama di California dan mendapat suntikan dana dari para profesor elektronika. HP menjadi sangat sukses dan memantik pengusaha lain untuk mendirikan startup berbasis teknologi. Selanjutnya, muncul IBM dan Intel, yang merupakan perusahaan chip.

Perkembangan teknologi kian melambung dan memasuki era dot com, sejak 1970-an hingga saat ini. Dalam tulisannya itu, Christoffel membagi startup menjadi 2 jenis, yakni digital dan internet. Startup digital yang sangat terkenal dan sukses, misalnya Apple dan Microsoft.
Sedangkan di sisi lain, startup di bidang internet ada Google, Amazon, dan Facebook. Kini, perusahaan-perusahaan startup itu telah menjelma menjadi perusahaan sukses kelas dunia yang mendominasi. Per 2020, ada lebih dari 1 juta startup di dunia. Sebagian besarnya berada di Amerika Serikat dengan 71 ribu startup.

Melirik kondisi di Indonesia, gelombang ‘dot com’ juga merajalela. Hal ini menyebabkan turut menjamurnya startup. Sebenarnya, istilah startup sudah ramai diperbincangkan sejak 2000. Namun, perusahaan startup baru bermunculan di Indonesia sekitar 2010. Menurut angka yang dibeberkan Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah startup di Indonesia per 2019 adalah 2.193 unit. Jumlah ini menjadikan Indonesia negara dengan startup tebanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.

Baca pembahasan mengenai Ada Apa Dengan Startup selengkapnya di IDXChannel.com melalui link berikut https://www.idxchannel.com/tag/startup

Dalam artikel “Perkembangan Startup di Era Digital dan Dampak Dunia Usaha Pada Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian Negara RI” oleh Eka Putri Agustina, berkembangnya bisnis startup di Indonesia dibarengi dengan melambungnya angka pengguna internet. Transaksi masyarakat Indonesia di bidang e-commerce telah menyentuh angka Rp140 triliun di 2018.



Startup pun menjelma menjadi ladang emas dan peluang baru yang mampu meningkatkan perekonomian Indonesia. Beberapa startup di Indonesia telah berstatus unicorn atau memiliki nilai valuasi USD1 miliar, seperti Kopi Kenangan, Traveloka, dan Bukalapak. Bahkan ada yang telah mencapai status decacorn dengan valuasi USD10 miliar, yaitu Gojek. Dengan majunya bisnis startup, Indonesia memiliki potensi untuk bersaing dengan negara-negara besar lainnya dalam hal ekonomi digital.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1242 seconds (0.1#10.140)