4 Jurus Pelindo Membuat Bongkar Muat Makin Cepat di Pelabuhan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Standardisasi operasional dan komersial menjadi salah satu fokus inisiatif strategis PT Pelindo (Persero) paska merger pada Oktober 2021 lalu. Hal itu merupakan komitmen manajemen PT Pelindo untuk bisa berperan mengurangi biaya logistik di Indonesia.
"Standardisasi operasional dan komersial itu merupakan implementasi dari transformasi pelabuhan kelas dunia yang dimulai sejak 2021-2022 paska merger pada tahun lalu," kata Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono kepada pers.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Bank, biaya logistik di Indonesia tercatat sebesar 23% dari Produk Domestik Buro (PDB). Biaya tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Ongkos logistik di Malaysia, misalnya sudah di angka 13%, lebih baik dari China (15%). Pencapaian terbaik diraih Singapura yang hanya 8%, setara dengan Amerika Serikat.
Menurut Arif, pelabuhan memiliki peran untuk mengefisienkan biaya logistik melalui peningkatan produktivitas bongkar muat dan penurunan “Port Stay” atau Waktu Sandar Kapal di Pelabuhan. “Kita harus melakukannya bersama-sama karena biaya logistik menyangkut aspek lain seperti transportasi darat dan administrasi,” lanjut Arif.
Karena itu, Pelindo paska merger mencanangkan standarisasi seluruh pelabuhan yang ada di bawah kendalinya secara bertahap. Empat langkah dilakukan PT Pelindo untuk mencapai standarisasi operasional dan komersial, yakni pengembangan kapabilitas organisasi dan manusia, pola bisnis operasi berbasis perencanaan dan control, optimalisasi infrastruktur dan peralatan- termasuk penataan lay out pelabuhan, dan membangun budaya keselamatan melalui peningkatan kesadaran akan keselamatan dan standarisasi protokol keselamatan
Hasilnya, selama hampir delapan bulan paska merger, ada peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.
Peningkatan kinerja yang sama terjadi di TPK Makassar. Kecepatan bongkar muat dari dari 20 BSH menjadi 42 BSH dan waktu sandar juga bisa berkurang dari 2 hari menjadi 1 hari.
"Standardisasi operasional dan komersial itu merupakan implementasi dari transformasi pelabuhan kelas dunia yang dimulai sejak 2021-2022 paska merger pada tahun lalu," kata Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono kepada pers.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Bank, biaya logistik di Indonesia tercatat sebesar 23% dari Produk Domestik Buro (PDB). Biaya tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Ongkos logistik di Malaysia, misalnya sudah di angka 13%, lebih baik dari China (15%). Pencapaian terbaik diraih Singapura yang hanya 8%, setara dengan Amerika Serikat.
Menurut Arif, pelabuhan memiliki peran untuk mengefisienkan biaya logistik melalui peningkatan produktivitas bongkar muat dan penurunan “Port Stay” atau Waktu Sandar Kapal di Pelabuhan. “Kita harus melakukannya bersama-sama karena biaya logistik menyangkut aspek lain seperti transportasi darat dan administrasi,” lanjut Arif.
Karena itu, Pelindo paska merger mencanangkan standarisasi seluruh pelabuhan yang ada di bawah kendalinya secara bertahap. Empat langkah dilakukan PT Pelindo untuk mencapai standarisasi operasional dan komersial, yakni pengembangan kapabilitas organisasi dan manusia, pola bisnis operasi berbasis perencanaan dan control, optimalisasi infrastruktur dan peralatan- termasuk penataan lay out pelabuhan, dan membangun budaya keselamatan melalui peningkatan kesadaran akan keselamatan dan standarisasi protokol keselamatan
Hasilnya, selama hampir delapan bulan paska merger, ada peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.
Peningkatan kinerja yang sama terjadi di TPK Makassar. Kecepatan bongkar muat dari dari 20 BSH menjadi 42 BSH dan waktu sandar juga bisa berkurang dari 2 hari menjadi 1 hari.