Mal Masih Lesu
loading...
A
A
A
Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan, masyarakat yang berkunjung dan berbelanja ke mal harus disiplin. Bagi masyarakat yang sakit diminta tidak memaksakan diri mengunjungi mal.“Yang paling utama tentu kita harapkan kedisiplinan dari masyarakat. Kalau yang merasa sakit supaya tidak pergi dulu ke mal, kemudian yang tidak sakit wajib menggunakan masker dan jaga jarak,” ucapnya.
Pengelola mal maupun pusat perbelanjaan di Indonesia, kata dia, telah membekali diri dengan prosedur masing-masing. “Kalau peritel modern kita sudah ada tiga protap. Satu dari pemerintah melalui Satgas Covid-19, kedua dari pemerintah daerah, dan ketiga prosedur bagi pengelola mal itu sendiri memperlakukan pengunjungnya pada kenormalan baru ini,” ungkapnya.
Dia memastikan bahwa berbelanja di toko modern akan jauh lebih aman sebab pengunjung dihadapkan pada protokol kesehatan yang ketat. “Ini akan bergantung pada kedisiplinan. Bukan hanya dari pelaku usahanya, namun juga masyarakatnya. Kita paham keinginan masyarakat yang ingin rileks, namun lebih penting lagi mawas diri terhadap situasi pandemi,” pungkasnya.
Marketing Communication Grand Indonesia Dinia Widodo mengatakan, sepekan beroperasi, jumlah pengunjung rata-rata 30-38% dibandingkan saat kondisi normal. Menurutnya, Grand Indonesia sangat ketat dalam melakukan protokol pencegahan Covid-19. Satu di antaranya memperbanyak tanda pembatas agar pengunjung disiplin melakukan jaga jarak. Mulai dari pintu masuk, antrean di saat masuk lift, toilet, musala, juga di eskalator.
“Beberapa alat yang press button kami ganti dengan sensor. Namun, untuk di dalam lift kami masih manual dengan menghadirkan petugas di dalam. Sehingga pengunjung hanya perlu menyebutkan lantai yang dituju,” ungkap Dinia. Foodcourt juga sudah ada pemisah di setiap mejanya, kepada seluruh tenant khususnya F&B, manajemen Grand Indonesia meminta para tenant menjalankan ketentuan dari pemerintah dalam masa transisi ini. (Baca juga: Jangan Jadikan Rapid Test Ladang Bisnis)
Public Relations Assistant Manager Lotte Shopping Avenue Lolita Safitri mengatakan, sejak dibuka Lotte Shopping Avenue pada 15 Juni 2020, jumlah pengunjung masih terlihat ramai meskipun jumlahnya berbeda sebelum ada Covid-19. “Untuk kapasitas pengunjung Lotte Shopping Avenue tetap mengikuti anjuran pemerintah, yaitu 50% dari daya tampung kami. Jika sebelum Covid-19 kami bisa pengunjung sekitar 35.000, jadi saat Covid-19 kita hanya boleh menampung setengahnya,” jelas Lolita.
Adapun tenant Lotte Shopping Avenue sudah 90% buka. Beberapa tenant yang belum buka antara lain fitness center dan bioskop. Hal ini dilakukan agar kerumunan pengunjung tidak terkonsentrasi di satu titik.
Marisa Wardani, 30, warga Bekasi, yang mengunjungi Summarecon Mall Bekasi mengaku lega saat dirinya melihat ketatnya aturan masuk ke mal. “Walau agak ribet untuk masuknya karena harus check in online dulu, tapi saya merasa aman dan nyaman,” ungkapnya.
Sebagai pengunjung, Marisa juga memaklumi protokol kesehatan yang ketat itu diterapkan demi kenyamanan bersama di tengah pandemi. Kenyamanan semakin dia rasakan di dalam mal karena tidak ada antrean saat melakukan transaksi di gerai tenant. “Pelayanan mal bagus, di banyak tempat ada petugas yang selalu mengingatkan untuk menggunakan masker,” ungkapnya.
Senada dengan Marisa, Putra Sutanto juga mengaku lebih nyaman berbelanja di mal dengan protokol kesehatan yang ketat. “Di Plaza Indonesia misalnya, harus scan QR Code di pintu masuk, juga saat masuk ke gerai tenant. Ada pembatasan jumlah pengunjung. Itu tentu menghadirkan rasa aman dan nyaman saat berbelanja,” tegasnya.
Pengelola mal maupun pusat perbelanjaan di Indonesia, kata dia, telah membekali diri dengan prosedur masing-masing. “Kalau peritel modern kita sudah ada tiga protap. Satu dari pemerintah melalui Satgas Covid-19, kedua dari pemerintah daerah, dan ketiga prosedur bagi pengelola mal itu sendiri memperlakukan pengunjungnya pada kenormalan baru ini,” ungkapnya.
Dia memastikan bahwa berbelanja di toko modern akan jauh lebih aman sebab pengunjung dihadapkan pada protokol kesehatan yang ketat. “Ini akan bergantung pada kedisiplinan. Bukan hanya dari pelaku usahanya, namun juga masyarakatnya. Kita paham keinginan masyarakat yang ingin rileks, namun lebih penting lagi mawas diri terhadap situasi pandemi,” pungkasnya.
Marketing Communication Grand Indonesia Dinia Widodo mengatakan, sepekan beroperasi, jumlah pengunjung rata-rata 30-38% dibandingkan saat kondisi normal. Menurutnya, Grand Indonesia sangat ketat dalam melakukan protokol pencegahan Covid-19. Satu di antaranya memperbanyak tanda pembatas agar pengunjung disiplin melakukan jaga jarak. Mulai dari pintu masuk, antrean di saat masuk lift, toilet, musala, juga di eskalator.
“Beberapa alat yang press button kami ganti dengan sensor. Namun, untuk di dalam lift kami masih manual dengan menghadirkan petugas di dalam. Sehingga pengunjung hanya perlu menyebutkan lantai yang dituju,” ungkap Dinia. Foodcourt juga sudah ada pemisah di setiap mejanya, kepada seluruh tenant khususnya F&B, manajemen Grand Indonesia meminta para tenant menjalankan ketentuan dari pemerintah dalam masa transisi ini. (Baca juga: Jangan Jadikan Rapid Test Ladang Bisnis)
Public Relations Assistant Manager Lotte Shopping Avenue Lolita Safitri mengatakan, sejak dibuka Lotte Shopping Avenue pada 15 Juni 2020, jumlah pengunjung masih terlihat ramai meskipun jumlahnya berbeda sebelum ada Covid-19. “Untuk kapasitas pengunjung Lotte Shopping Avenue tetap mengikuti anjuran pemerintah, yaitu 50% dari daya tampung kami. Jika sebelum Covid-19 kami bisa pengunjung sekitar 35.000, jadi saat Covid-19 kita hanya boleh menampung setengahnya,” jelas Lolita.
Adapun tenant Lotte Shopping Avenue sudah 90% buka. Beberapa tenant yang belum buka antara lain fitness center dan bioskop. Hal ini dilakukan agar kerumunan pengunjung tidak terkonsentrasi di satu titik.
Marisa Wardani, 30, warga Bekasi, yang mengunjungi Summarecon Mall Bekasi mengaku lega saat dirinya melihat ketatnya aturan masuk ke mal. “Walau agak ribet untuk masuknya karena harus check in online dulu, tapi saya merasa aman dan nyaman,” ungkapnya.
Sebagai pengunjung, Marisa juga memaklumi protokol kesehatan yang ketat itu diterapkan demi kenyamanan bersama di tengah pandemi. Kenyamanan semakin dia rasakan di dalam mal karena tidak ada antrean saat melakukan transaksi di gerai tenant. “Pelayanan mal bagus, di banyak tempat ada petugas yang selalu mengingatkan untuk menggunakan masker,” ungkapnya.
Senada dengan Marisa, Putra Sutanto juga mengaku lebih nyaman berbelanja di mal dengan protokol kesehatan yang ketat. “Di Plaza Indonesia misalnya, harus scan QR Code di pintu masuk, juga saat masuk ke gerai tenant. Ada pembatasan jumlah pengunjung. Itu tentu menghadirkan rasa aman dan nyaman saat berbelanja,” tegasnya.