Kontribusi Sektor Kehutanan Minim, Sri Mulyani: It doesn't Sounds Right
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengeluhkan soal minimnya kontribusi sektor kehutanan dan perikanan terhadap PDB Indonesia. Kondisi itu tentunya berarti porsi kedua sektor tersebut tidak berimplikasi banyak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya di tengah kondisi saat ini.
Dia menyayangkan bahwa Indonesia selama ini dijuluki sebagai negara agraris dan juga sempat menjadi paru-paru dunia, tetapi kontribusi kedua sektor tersebut sangatlah minim.
"Indonesia itu isinya hutan sama perikanan tapi dua sektor ini kontribusi ke dalam GDP (PDB) kita is almost nothing. Enggak benar itu berarti," ujar Sri dalam Kongres Kehutanan Indonesia VII 2022 di Jakarta, Selasa (28/6/2022).
Dia mencatat bahwa kontribusi PDB nominal dari sub sektor kehutanan pada tahun 2017-2021 kurang dari 1%, dengan kisaran 0,6-0,7%. Kontribusinya pada tahun 2021 hanya sekitar Rp112 triliun atau setara 0,66% dari PDB.
"Kontribusi ini lebih tinggi dibanding kontribusi pada tahun 2020 yang mencapai Rp108,6 triliun atau 0,70% dari PDB. Dilihat kontribusinya Rp91 triliun hingga Rp112 triliun, itu masih sangat kecil. Jadi kuantitas terhadap GDP share memang kecil kurang dari 1%, hanya sekitar 0,6-0,7%," lanjut Sri.
Sri juga menyoroti bahwa ada yang salah dengan situasi ini, dan dia mencatat pula bahwa di tahun 2020, pertumbuhannya menurun menjadi 4,3%. Sementara itu di tahun 2021, sektor kehutanan hanya tumbuh 3,1%. Dilihat dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), kontribusinya hanya sekitar 5,6%.
Padahal hingga Mei 2022, penerimaan perpajakan sudah mencapai Rp846,1 triliun dari target APBN yang sebesar Rp1.510 triliun. Penerimaan perpajakan ini tumbuh 51,4%, lebih tinggi dibanding 49,1% pada April 2022.
"Ini kita sebagai negara yang punya hutan tutup tropis dan bahkan sekarang ini banyak yang sudah menjadi hutan industri, rasanya kontribusi kurang dari 1%, it doesn't sounds right. Pasti ada hal-hal yang perlu kita benahi bersama," pungkas Sri.
Dia menyayangkan bahwa Indonesia selama ini dijuluki sebagai negara agraris dan juga sempat menjadi paru-paru dunia, tetapi kontribusi kedua sektor tersebut sangatlah minim.
"Indonesia itu isinya hutan sama perikanan tapi dua sektor ini kontribusi ke dalam GDP (PDB) kita is almost nothing. Enggak benar itu berarti," ujar Sri dalam Kongres Kehutanan Indonesia VII 2022 di Jakarta, Selasa (28/6/2022).
Dia mencatat bahwa kontribusi PDB nominal dari sub sektor kehutanan pada tahun 2017-2021 kurang dari 1%, dengan kisaran 0,6-0,7%. Kontribusinya pada tahun 2021 hanya sekitar Rp112 triliun atau setara 0,66% dari PDB.
"Kontribusi ini lebih tinggi dibanding kontribusi pada tahun 2020 yang mencapai Rp108,6 triliun atau 0,70% dari PDB. Dilihat kontribusinya Rp91 triliun hingga Rp112 triliun, itu masih sangat kecil. Jadi kuantitas terhadap GDP share memang kecil kurang dari 1%, hanya sekitar 0,6-0,7%," lanjut Sri.
Sri juga menyoroti bahwa ada yang salah dengan situasi ini, dan dia mencatat pula bahwa di tahun 2020, pertumbuhannya menurun menjadi 4,3%. Sementara itu di tahun 2021, sektor kehutanan hanya tumbuh 3,1%. Dilihat dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), kontribusinya hanya sekitar 5,6%.
Padahal hingga Mei 2022, penerimaan perpajakan sudah mencapai Rp846,1 triliun dari target APBN yang sebesar Rp1.510 triliun. Penerimaan perpajakan ini tumbuh 51,4%, lebih tinggi dibanding 49,1% pada April 2022.
"Ini kita sebagai negara yang punya hutan tutup tropis dan bahkan sekarang ini banyak yang sudah menjadi hutan industri, rasanya kontribusi kurang dari 1%, it doesn't sounds right. Pasti ada hal-hal yang perlu kita benahi bersama," pungkas Sri.
(uka)