Pandemi Makin Terkendali, Perekonomian DKI Jakarta Mulai Menggeliat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang makin terkendali memberikan dampak terhadap kebangkitan perekonomian nasional , tak terkecuali DKI Jakarta . Hal tersebut tentunya bakal terasa baik terhadap UMKM maupun sektor usaha lain.
Isu ini pun menjadi pembicaraan dalam seminar bertema 'Jakarta Punya Hajat, Ekonomi Melesat' yang berlangsung di Kuningan Suites, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
"Tak bisa dimungkiri seperti kita tahu Jakarta sudah ada pertumbuhan di 2021. Catatan BI, triwulan keempat ada sekitar 3,64 persen, dan terus naik sampai triwulan pertama tahun 2022 mencapai 4,30 persen," ungkap Direktur Utama PT Indonesia Digital Pos, Syarif Hidayatullah dalam seminar tersebut.
Menurutnya, pencapaian tersebut terjadi berkat kerja sama pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat luas. Dengan menjaga kestabilan vaksin dan lainnya, sehingga menopang pertumbuhan ekonomi .
"Kita juga tak boleh lengah, karena Covid-19 masih ada. Kita juga tidak tahu apakah akan ada inflasi berikut atau tidak. Maka itu mari kita kolaborasi membuat peluang usaha yang kita bisa manfaatkan," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Pemimpin Wilayah Pegadaian Kanwil IX Jakarta 2, Edwin S Inkiriwang menyebutkan, dalam 2 tahun terakhir modal usaha, kerja dan investasi tidak mudah dilalui. Pasalnya, krisis pandemi berdampak besar kepada masyarakat menengah ke bawah. Bahkan secara signifikan perekonomian indonesia pernah turun 0,27%.
"Dampak lainnya banyak usaha kecil yang tutup. Kondisi ini sangat berbeda dengan krisis sebelumnya. Sebab, semua sendi ikut terpengaruh. Ibarat tubuh, kalau kaki sakit, tidak bisa jalan," kata dia.
Lebih lanjut, Edwin mengutarakan, bahwa program pemerintah melalui KUR bisa membangkitkan ekonomi. Untuk itu, Pegadaian hadir untuk salurkan KUR supermikro. "Kami masuk ke UMKM. Data ini kami peroleh dari bawah (RT/RW). Jadi kami masuk dari sana," terangnya.
"KUR dengan program supermikro nilainya Rp5,9 triliun dan akan dilayani oleh 600 cabang pegadaian di seluruh wilayah di Indonesia," katanya lagi.
Sementara itu, Biro Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Achmad Chudhoiri menuturkan, Jakarta belum sepenuhnya lepas dari Covid-19. Sampai saat ini Pemprov DKI masuk PPKM Level 1. Dan sedikitnya ada 8 ribu kasus Covid-19 di DKI. "Ekonomi bisa bergerak tumbuh harus didukung oleh faktor kesehatan," tegasnya.
Achmad Chudhoiri juga menyebutkan, perekonomian DKI Jakarta mengalami konstraksi selama 4 bulan terakhir. "Itu kita alami semenjak kasus Covid-19 mulai terkendali. Kesehatan adalah kunci utama pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
"Di DKI sendiri kita regulasi untuk semata-mata menyeimbangkan aktivitas masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi. Di triwulan 1 tahun 2022 ada tiga lapangan usaha kontribusi paling besar, perdagangan, industri dan pasar," beber Achmad Chudhoiri.
Kebijakan pemulihan ekonomi sektor UMKM di masa pandemi Covid-19, salah satunya terkait masalah pemasaran. "UMKM kita masukan ke marketplace, bahan baku bisa lebih murah, perizinan antar jemput izin perusahaan. Dan masyarakat kita perlakukan sebagai raja, khususnya yang membuka usaha," paparnya.
Di sisi lain, Direktur Celios, Bhima Yudhistira menuturkan, bahwa di masa transisi pandemi menjadi endemi, geliat masyarakat di DKI Jakarta kian tampak. "Yang positif pembelian masyarakat di pusat perbelanjaan, naik 8 persen. Di tempat hiburan, taman kota ada kenaikan mobilitas 14 persen," ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, golongan masyarakat menengah dan atas saat ini tak sedikit mengeluarkan uang dari bank. Selama masa pandemi, mereka tertunda untuk melakukan belanja.
Bhima Yudhistira menjelaskan, jika UMKM mendominasi perekonomian Jakarta. Sedikitnya ada 160 ribu UMKM di bidang kuliner. Dari jumlah tersebut, Pemprov DKI harus segera merangkul mereka.
"Agar omzet naik, sasaran UMKM melihat demografi harus ke milenial. Mereka tidak perlu bawa dompet, cukup dengan uang digital," saran Bhima Yudhistira.
Isu ini pun menjadi pembicaraan dalam seminar bertema 'Jakarta Punya Hajat, Ekonomi Melesat' yang berlangsung di Kuningan Suites, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
"Tak bisa dimungkiri seperti kita tahu Jakarta sudah ada pertumbuhan di 2021. Catatan BI, triwulan keempat ada sekitar 3,64 persen, dan terus naik sampai triwulan pertama tahun 2022 mencapai 4,30 persen," ungkap Direktur Utama PT Indonesia Digital Pos, Syarif Hidayatullah dalam seminar tersebut.
Menurutnya, pencapaian tersebut terjadi berkat kerja sama pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat luas. Dengan menjaga kestabilan vaksin dan lainnya, sehingga menopang pertumbuhan ekonomi .
"Kita juga tak boleh lengah, karena Covid-19 masih ada. Kita juga tidak tahu apakah akan ada inflasi berikut atau tidak. Maka itu mari kita kolaborasi membuat peluang usaha yang kita bisa manfaatkan," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Pemimpin Wilayah Pegadaian Kanwil IX Jakarta 2, Edwin S Inkiriwang menyebutkan, dalam 2 tahun terakhir modal usaha, kerja dan investasi tidak mudah dilalui. Pasalnya, krisis pandemi berdampak besar kepada masyarakat menengah ke bawah. Bahkan secara signifikan perekonomian indonesia pernah turun 0,27%.
"Dampak lainnya banyak usaha kecil yang tutup. Kondisi ini sangat berbeda dengan krisis sebelumnya. Sebab, semua sendi ikut terpengaruh. Ibarat tubuh, kalau kaki sakit, tidak bisa jalan," kata dia.
Lebih lanjut, Edwin mengutarakan, bahwa program pemerintah melalui KUR bisa membangkitkan ekonomi. Untuk itu, Pegadaian hadir untuk salurkan KUR supermikro. "Kami masuk ke UMKM. Data ini kami peroleh dari bawah (RT/RW). Jadi kami masuk dari sana," terangnya.
"KUR dengan program supermikro nilainya Rp5,9 triliun dan akan dilayani oleh 600 cabang pegadaian di seluruh wilayah di Indonesia," katanya lagi.
Sementara itu, Biro Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Achmad Chudhoiri menuturkan, Jakarta belum sepenuhnya lepas dari Covid-19. Sampai saat ini Pemprov DKI masuk PPKM Level 1. Dan sedikitnya ada 8 ribu kasus Covid-19 di DKI. "Ekonomi bisa bergerak tumbuh harus didukung oleh faktor kesehatan," tegasnya.
Achmad Chudhoiri juga menyebutkan, perekonomian DKI Jakarta mengalami konstraksi selama 4 bulan terakhir. "Itu kita alami semenjak kasus Covid-19 mulai terkendali. Kesehatan adalah kunci utama pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
"Di DKI sendiri kita regulasi untuk semata-mata menyeimbangkan aktivitas masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi. Di triwulan 1 tahun 2022 ada tiga lapangan usaha kontribusi paling besar, perdagangan, industri dan pasar," beber Achmad Chudhoiri.
Kebijakan pemulihan ekonomi sektor UMKM di masa pandemi Covid-19, salah satunya terkait masalah pemasaran. "UMKM kita masukan ke marketplace, bahan baku bisa lebih murah, perizinan antar jemput izin perusahaan. Dan masyarakat kita perlakukan sebagai raja, khususnya yang membuka usaha," paparnya.
Di sisi lain, Direktur Celios, Bhima Yudhistira menuturkan, bahwa di masa transisi pandemi menjadi endemi, geliat masyarakat di DKI Jakarta kian tampak. "Yang positif pembelian masyarakat di pusat perbelanjaan, naik 8 persen. Di tempat hiburan, taman kota ada kenaikan mobilitas 14 persen," ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, golongan masyarakat menengah dan atas saat ini tak sedikit mengeluarkan uang dari bank. Selama masa pandemi, mereka tertunda untuk melakukan belanja.
Bhima Yudhistira menjelaskan, jika UMKM mendominasi perekonomian Jakarta. Sedikitnya ada 160 ribu UMKM di bidang kuliner. Dari jumlah tersebut, Pemprov DKI harus segera merangkul mereka.
"Agar omzet naik, sasaran UMKM melihat demografi harus ke milenial. Mereka tidak perlu bawa dompet, cukup dengan uang digital," saran Bhima Yudhistira.
(akr)