Harga Minyak Dunia Merangkak Naik Diterpa Optimisme Pemulihan Permintaan
loading...
A
A
A
MELBOURNE - Harga minyak mentah dunia merangkak naik pada awal perdagangan, Jumat (26/6/2020) untuk memperluas keuntungan dari hari sebelumnya seiring optimisme tentang pemulihan permintaan bahan bakar di seluruh dunia. Meski begitu lonjakan kasus infeksi virus corona yang baru di beberapa negara bagian AS serta indikasi kebangkitan produksi minyak mentah AS masih membayangi pergerakan harga.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (WTI) tercatat meningkat 15 sen atau 0,48% untuk berada di level USD38,87 per barel. Meski begitu masih berada dalam jalur pelemahan dalam satu pekan terakhir. Sementara harga minyak berjangka Brent juga lebih tinggi 22 sen yang setara 0,5% menjadi USD41,27/barel.
( )
Analis mengatakan data satelit menunjukkan adanya peningkatan lalu lintas di China, Eropa dan di seluruh Amerika Serikat untuk menjadi sinyal pemulihan aktivitas yang nantinya berdampak dalam permintaan bahan bakar.
Kemacetan di Shanghai dalam beberapa minggu terakhir ini lebih tinggi daripada pada periode yang sama tahun lalu, sementara di Moskow, lalu lintas kembali ke tingkat tahun lalu. Data ini berdasarkan yang diberikan kepada Reuters oleh perusahaan teknologi TomTom.
Namun sentimen negatif datang dari lonjakan kasus infeksi COVID-19 di negara bagian Selatan AS yang dikhawatirkan bisa menunda pemulihan permintaan. Terutama karena beberapa negara seperti Florida dan Texas, adalah salah satu konsumen bensin terbesar. "Risiko terjadinya wabah baru dapat menahan pemulihan dalam permintaan," kata riset ANZ dalam sebuah catatan.
( )
Sedangkan prospek peningkatan produksi minyak mentah AS juga terus menjadi penghadang mencetak keuntungan pada hari Jumat. Sebuah survei menemukan lebih dari sepertiga yang memotong produksi berharap untuk melanjutkan beberapa output pada akhir Juni dan lainnya sebesar 20% akan membalikkan Shut-in pada bulan Juli.
WTI harus berada di antara level USD36 dan USD41 per barel untuk memulihkan produksi, dimana hampir sepertiga koresponden mengatakan hal itu dalam survei. Sementara 27% yang lain mengatakan harga harus berkisar antara USD41 dan USD45 per barel.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (WTI) tercatat meningkat 15 sen atau 0,48% untuk berada di level USD38,87 per barel. Meski begitu masih berada dalam jalur pelemahan dalam satu pekan terakhir. Sementara harga minyak berjangka Brent juga lebih tinggi 22 sen yang setara 0,5% menjadi USD41,27/barel.
( )
Analis mengatakan data satelit menunjukkan adanya peningkatan lalu lintas di China, Eropa dan di seluruh Amerika Serikat untuk menjadi sinyal pemulihan aktivitas yang nantinya berdampak dalam permintaan bahan bakar.
Kemacetan di Shanghai dalam beberapa minggu terakhir ini lebih tinggi daripada pada periode yang sama tahun lalu, sementara di Moskow, lalu lintas kembali ke tingkat tahun lalu. Data ini berdasarkan yang diberikan kepada Reuters oleh perusahaan teknologi TomTom.
Namun sentimen negatif datang dari lonjakan kasus infeksi COVID-19 di negara bagian Selatan AS yang dikhawatirkan bisa menunda pemulihan permintaan. Terutama karena beberapa negara seperti Florida dan Texas, adalah salah satu konsumen bensin terbesar. "Risiko terjadinya wabah baru dapat menahan pemulihan dalam permintaan," kata riset ANZ dalam sebuah catatan.
( )
Sedangkan prospek peningkatan produksi minyak mentah AS juga terus menjadi penghadang mencetak keuntungan pada hari Jumat. Sebuah survei menemukan lebih dari sepertiga yang memotong produksi berharap untuk melanjutkan beberapa output pada akhir Juni dan lainnya sebesar 20% akan membalikkan Shut-in pada bulan Juli.
WTI harus berada di antara level USD36 dan USD41 per barel untuk memulihkan produksi, dimana hampir sepertiga koresponden mengatakan hal itu dalam survei. Sementara 27% yang lain mengatakan harga harus berkisar antara USD41 dan USD45 per barel.
(akr)