Hadirkan 4 Zona Pariwisata, BPOLBF Dorong Partisipasi Masyarakat Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengembangan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas terus dilakukan. Destinasi yang menjadi tuan rumah side event G20 tahun 2022 ini kian menarik dengan hadirnya empat zona pariwisata yang tengah dikembangkan.
Empat zona pengembangan pariwisata tersebut berlokasi di Hutan Bowosie, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam hal ini, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) sebagai satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah bersiap mengembangkan kawasan tersebut.
Kawasan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan itu menempati lahan seluas 400 hektar atau 1,98% dari luas keseluruhan hutan Bowosie yang mencapai 20.193 hektar.
Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina mengatakan, posisi kawasan pariwisata otorita sangat strategis, terletak di atas kota Labuan Bajo dan terlihat jelas dari Bandara Komodo, sangat cocok untuk kegiatan pertemuan internasional seperti Asian Summit dan kegiatan pertemuan atau MICE lainnya.
Menurut Shana, Kawasan Otorita Labuan Bajo akan menjadi representasi landmark cagar biosfer komodo, karena tidak hanya menciptakan ruang bermain untuk manusia tapi juga ruang bermain untuk hewan, alam lengkap dengan ekosistemnya.
“Sebab itu, kami melakukan pengkajian Amdal secara mendalam, diharapkan keragaman hayati Labuan bajo bisa hidup kembali dan lestari," kata Shana dalam keterangannya, dikutip Minggu (10/7/2022).
Dia menerangkan, empat zona pariwisata yang akan dikembangkan meliputi zona budaya, zona petualangan, zona alam liar, dan zona hiburan.
Zona Budaya menghadirkan konsep yang menonjolkan kebudayaan Flores dan NTT dengan mengangkat keunikan dan keragaman budaya Flores dan NTT sebagai daya tarik wisata.
Zona ini akan menampilkan atraksi seperti hikayat komodo, pertunjukan senin budaya, museum, galeri kebudayaan lokal, wisata agrikultur atau agrowisata, dan bukit do’a.
Selanjutnya, Zona Alam Liar dengan konsep menjaga eksotisme kehidupan alam liar berjalan beriringan dan menjadi daya tarik wisata, sebagai ruang untuk memperlihatkan cagar biosfer komodo kepada wisatawan.
“Di dalamnya akan menampilkan atraksi natural reserve gallery, mini zoo, night safari dan lumina forest," urai Shana.
Berikutnya adalah Zona Petualangan dengan konsep memberikan petualangan dan berbagai kegiatan alam terbuka yang unik dan berbeda.
Di dalamnya akan menampilkan atraksi seperti glamping, hiking and biking track, zipline coaster, tree top net playground, sky coaster, ATV offroad track, tree top cycling, glass walkway, flying fox dan outbound package.
Terakhir, Zona Hiburan dengan konsep menjadikan destinasi yang menyediakan berbagai aktivitas hiburan dan self-treatment, di dalamnya berisi berbagai atraksi seperti sky restaurant, wedding venue, sunset view point, spa and wellness, forest pavilion dan park area.
Lebih lanjut Shana menyatakan, keberadaan kawasan pariwisata otorita Labuan Bajo disangga oleh dua desa dan satu kelurahan, yaitu Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas dan Kelurahan Wae Kelambu.
Dia menjelaskan, sejak dua tahun lalu BPOLBF banyak melakukan program pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sekitar.
Misalnya, dengan karang taruna desa Golo Bilas melakukan pelatihan hidroponik dan dukungan bagi sanggar budayanya. Lalu, dengan desa Gorontalo melakukan program daur ulang sampah limbah plastic, dan dengan kelurahan Wae Kelambu melalui program pengolahan sampah. Selain itu juga program pelestarian budaya Manggarai di kampung adat sekitar, seperti kampung adat Kaper.
"Ke depan juga diperlukan keterlibatan masyarakat sekitar kawasan untuk kebutuhan tenaga kerja tentunya, kami juga akan bermitra dengan masyarakat desa untuk menciptakan produk kreatif agar bisa terserap di kawasan otorita,” tuturnya.
“Ini akan berkelanjutan, semakin maju kawasan otorita juga akan berdampak semakin maju juga masayarakat sekitar," imbuh Shana.
Dia mengungkapkan, membangun pariwisata di Labuan Bajo membutuhkan kehatian-hatian agar tidak merubah landscape yang dapat mempengaruhi sosial budaya masyarakat sekitar.
Pengembangan atraksi wisata, baik alam, budaya maupun atraksi buatan mutlak diperlukan guna menangkap peluang Labuan Bajo sebagai destinasi wisata unggulan dan menambah masa tinggal wisatawan.
Shana menambahkan, ketersediaan amenitas dengan entitas lokal dan menyatu dengan alam akan mendongkrak daya tarik wisata karena menyajikan sesuatu yang unik.
“Kuncinya adalah harmonisasi alam dan sosial budaya masyarakat, sebab itu keterlibatan masyarakat sekitar mutlak diperlukan dalam pembangunan kawasan Otorita," tandasnya.
Empat zona pengembangan pariwisata tersebut berlokasi di Hutan Bowosie, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam hal ini, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) sebagai satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah bersiap mengembangkan kawasan tersebut.
Kawasan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan itu menempati lahan seluas 400 hektar atau 1,98% dari luas keseluruhan hutan Bowosie yang mencapai 20.193 hektar.
Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina mengatakan, posisi kawasan pariwisata otorita sangat strategis, terletak di atas kota Labuan Bajo dan terlihat jelas dari Bandara Komodo, sangat cocok untuk kegiatan pertemuan internasional seperti Asian Summit dan kegiatan pertemuan atau MICE lainnya.
Menurut Shana, Kawasan Otorita Labuan Bajo akan menjadi representasi landmark cagar biosfer komodo, karena tidak hanya menciptakan ruang bermain untuk manusia tapi juga ruang bermain untuk hewan, alam lengkap dengan ekosistemnya.
“Sebab itu, kami melakukan pengkajian Amdal secara mendalam, diharapkan keragaman hayati Labuan bajo bisa hidup kembali dan lestari," kata Shana dalam keterangannya, dikutip Minggu (10/7/2022).
Dia menerangkan, empat zona pariwisata yang akan dikembangkan meliputi zona budaya, zona petualangan, zona alam liar, dan zona hiburan.
Zona Budaya menghadirkan konsep yang menonjolkan kebudayaan Flores dan NTT dengan mengangkat keunikan dan keragaman budaya Flores dan NTT sebagai daya tarik wisata.
Zona ini akan menampilkan atraksi seperti hikayat komodo, pertunjukan senin budaya, museum, galeri kebudayaan lokal, wisata agrikultur atau agrowisata, dan bukit do’a.
Selanjutnya, Zona Alam Liar dengan konsep menjaga eksotisme kehidupan alam liar berjalan beriringan dan menjadi daya tarik wisata, sebagai ruang untuk memperlihatkan cagar biosfer komodo kepada wisatawan.
“Di dalamnya akan menampilkan atraksi natural reserve gallery, mini zoo, night safari dan lumina forest," urai Shana.
Berikutnya adalah Zona Petualangan dengan konsep memberikan petualangan dan berbagai kegiatan alam terbuka yang unik dan berbeda.
Di dalamnya akan menampilkan atraksi seperti glamping, hiking and biking track, zipline coaster, tree top net playground, sky coaster, ATV offroad track, tree top cycling, glass walkway, flying fox dan outbound package.
Terakhir, Zona Hiburan dengan konsep menjadikan destinasi yang menyediakan berbagai aktivitas hiburan dan self-treatment, di dalamnya berisi berbagai atraksi seperti sky restaurant, wedding venue, sunset view point, spa and wellness, forest pavilion dan park area.
Lebih lanjut Shana menyatakan, keberadaan kawasan pariwisata otorita Labuan Bajo disangga oleh dua desa dan satu kelurahan, yaitu Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas dan Kelurahan Wae Kelambu.
Dia menjelaskan, sejak dua tahun lalu BPOLBF banyak melakukan program pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sekitar.
Baca Juga
Misalnya, dengan karang taruna desa Golo Bilas melakukan pelatihan hidroponik dan dukungan bagi sanggar budayanya. Lalu, dengan desa Gorontalo melakukan program daur ulang sampah limbah plastic, dan dengan kelurahan Wae Kelambu melalui program pengolahan sampah. Selain itu juga program pelestarian budaya Manggarai di kampung adat sekitar, seperti kampung adat Kaper.
"Ke depan juga diperlukan keterlibatan masyarakat sekitar kawasan untuk kebutuhan tenaga kerja tentunya, kami juga akan bermitra dengan masyarakat desa untuk menciptakan produk kreatif agar bisa terserap di kawasan otorita,” tuturnya.
“Ini akan berkelanjutan, semakin maju kawasan otorita juga akan berdampak semakin maju juga masayarakat sekitar," imbuh Shana.
Dia mengungkapkan, membangun pariwisata di Labuan Bajo membutuhkan kehatian-hatian agar tidak merubah landscape yang dapat mempengaruhi sosial budaya masyarakat sekitar.
Pengembangan atraksi wisata, baik alam, budaya maupun atraksi buatan mutlak diperlukan guna menangkap peluang Labuan Bajo sebagai destinasi wisata unggulan dan menambah masa tinggal wisatawan.
Shana menambahkan, ketersediaan amenitas dengan entitas lokal dan menyatu dengan alam akan mendongkrak daya tarik wisata karena menyajikan sesuatu yang unik.
“Kuncinya adalah harmonisasi alam dan sosial budaya masyarakat, sebab itu keterlibatan masyarakat sekitar mutlak diperlukan dalam pembangunan kawasan Otorita," tandasnya.
(ind)