Mayoritas Warga Amerika Mulai Ancang-ancang Hadapi Kedatangan Resesi

Sabtu, 16 Juli 2022 - 10:39 WIB
loading...
Mayoritas Warga Amerika...
Para ahli sedang menimbang peluang tentang seberapa besar kemungkinan resesi bakal menimpa Amerika Serikat (AS). Mayoritas orang Amerika atau sebanyak 70% mempercayai penurunan ekonomi dalam perjalanan. Foto/Dok
A A A
WASHINGTON - Para ahli sedang menimbang peluang tentang seberapa besar kemungkinan resesi ekonomi dan seberapa cepat bakal menimpa Amerika Serikat (AS). Mayoritas orang Amerika atau sebanyak 70% mempercayai bahwa penurunan ekonomi sedang dalam perjalanan, berdasarkan survei terbaru dari MagnifyMoney.



Dikutip dari CNBC, survei online dilakukan antara periode 10 dan 14 Juni dan melibatkan 2.082 responden. Resesi didefinisikan sebagai penurunan ekonomi signifikan yang berlangsung lebih dari beberapa bulan. Tanda peringatan resesi terbesar menurut 88% responden, adalah inflasi yang tinggi.



Selanjutnya 61% responden juga meyakini sinyal penurunan ekonomi terlihat dalam harga perumahan dan sewa properti, lalu 56% dari kenaikan suku bunga. Sedangkan 55% dari pergerakan pasar saham, penurunan belanja konsumen 42% dan meningkatnya pengangguran 36%.

Beberapa persepsi itu bersandar pada bagaimana banyak orang memandang tentang ekonomi, saat angka-angka memperlihatkan penurunan. Sementara ekonomi AS masih memiliki titik terang, ketika pasar tenaga kerja secara keseluruhan cederung menguat dan ada kenaikamn upah.

Namun kenaikan harga yang lebih tinggi telah meningkatkan kekhawatiran terhadap keuangan orang Amerika, menurut Matt Schulz, Kepala Analis Kredit di LendingTree, yang memiliki MagnifyMoney.

"Ketika sesuatu yang mendasar bagi kehidupan sehari-hari banyak orang seperti harga gas dan tagihan bahan makanan menjadi sangat tinggi, itu benar-benar memiliki dampak besar pada cara orang melihat sesuatu," kata Schulz.

Lonjakan Inflasi

Data inflasi yang akan datang dapat semakin memicu kecemasan konsumen. Indeks Harga Konsumen, yang mengukur perubahan rata-rata harga dari waktu ke waktu untuk barang dan jasa tertentu, naik 8,6% pada Mei dari tahun sebelumnya dengan kenaikan tertinggi sejak 1981.

Data terbaru untuk bulan Juni dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu. "Kami memperkirakan beberapa hal utama, yang mencakup gas dan makanan akan sangat tinggi, terutama karena harga gas sangat tinggi pada bulan Juni," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre selama konferensi pers.

Namun, angka-angka Juni itu sudah ketinggalan zaman karena harga energi sejak itu turun secara substansial, katanya.

"Prioritas ekonomi nomor satu Presiden adalah mengatasi inflasi," ujar Jean-Pierre.

"Dan ke depan, ada sejumlah alasan mengapa kami memperkirakan harga tinggi itu akan mereda selama beberapa bulan mendatang," sambungnya.

Persiapan Menghadapi Resesi

Kekhawatiran terbesar banyak orang tentang resesi yang membayangi adalah ketidakmampuan untuk membayar tagihan mereka, dimana menurut survei MagnifyMoney sebesar 44%.

Untuk mempersiapkan kedatangan resesi, banyak yang fokus menjaga pengeluaran mereka. Tercatat 62% responden mengatakan mereka mengurangi pengeluaran, sementara 39% tetap berpegang pada anggaran.

Langkah-langkah itu bisa menjadi penting jika terjadi kehilangan pekerjaan atau merosotnya keuangan, kata para ahli. Lainnya mempersiapkan tabungan darurat, yang dilakukan oleh 26% responden.

Responden MagnifyMoney juga melaporkan,24% terpaksa mengambil pekerjaan sampingan untuk menopang aliran pendapatan mereka dan 6% meningkatkan kinerja pekerjaan. 6% lainnya melaporkan menyesuaikan portofolio investasi mereka.

Sementara itu 11% responden mengatakan mereka tidak melakukan apa-apa.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Indonesia dan USTR Intensif...
Indonesia dan USTR Intensif Bahas Negosiasi Tarif dalam 60 Hari ke Depan
AS dan China Masuk 3...
AS dan China Masuk 3 Besar Negara Tujuan Ekspor Indonesia, Ini Datanya
Bitcoin Stabil di Tengah...
Bitcoin Stabil di Tengah Tekanan Geopolitik dan Optimisme Kebijakan AS
Trump Kobarkan Perang...
Trump Kobarkan Perang Dagang, China Mencoba Bersikap Baik kepada Dunia
Tambahan Impor Pangan...
Tambahan Impor Pangan dari AS Dipastikan Tak Ganggu Program Swasembada
Trump Beri Sinyal Damai...
Trump Beri Sinyal Damai dengan China: Mereka Hubungi Saya Beberapa Kali
Perang Dagang Menggila,...
Perang Dagang Menggila, Trump Targetkan Kapal-kapal China usai Beijing Boikot LNG AS
Kena Tarif Tambahan...
Kena Tarif Tambahan 10 Persen, Eksportir Tekstil dan Garmen RI Terancam
Demi Tekan Tarif, Indonesia...
Demi Tekan Tarif, Indonesia Rela Tambah Impor Energi Rp168 Triliun dari AS
Rekomendasi
Dibantu China, Nissan...
Dibantu China, Nissan Bakal Balik ke Rusia
Prof Niam Berharap Semangat...
Prof Ni'am Berharap Semangat Perdamaian yang Disuarakan Paus Fransiskus Terus Dilanjutkan
9 Produk Pangan Ini...
9 Produk Pangan Ini Mengandung Unsur Babi, 7 Sudah Kantongi Sertifikat Halal
Berita Terkini
Hari Konsumen Nasional...
Hari Konsumen Nasional 2025, Perjalanan Keluarga Menemukan Makna
6 jam yang lalu
Jualan Gold Card Rp83...
Jualan Gold Card Rp83 Miliar untuk Jadi Warga AS, Trump Pede Lunasi Utang USD36 Triliun
6 jam yang lalu
Canggih, Perusahaan...
Canggih, Perusahaan Ekspedisi Ini Hadirkan CEO Virtual di Indonesia
8 jam yang lalu
Bidik Pasar Singapura,...
Bidik Pasar Singapura, KIN dan Morinaga Kolaborasi Hadirkan Inovasi Susu Premium
8 jam yang lalu
Indonesia dan USTR Intensif...
Indonesia dan USTR Intensif Bahas Negosiasi Tarif dalam 60 Hari ke Depan
8 jam yang lalu
Wamen PKP Fahri Hamzah...
Wamen PKP Fahri Hamzah Blak-blakan Backlog Perumahan di Indonesia Membengkak Jadi 15 Juta
8 jam yang lalu
Infografis
Prabowo Bakal Ungsikan...
Prabowo Bakal Ungsikan 1.000 Warga Palestina ke Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved