Belanja Daring Ngetren, Gunakan Dompet Digital dengan Bijak dan Aman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Belanja daring atau online kian diminati dan terus bertumbuh seiring maraknya bisnis e-commerce dan lokapasar. Ditambah lagi pandemi yang mengakselerasi adopsi digital masyarakat Indonesia.
Pengguna internet di Indonesia diketahui terus meningkat setiap tahunnya. We Are Social mencatat pada 2021 pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.
Bisa dibilang bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61,8% dari total populasi. Temuan lainnya, orang Indonesia menggunakan internet rata-rata hampir 9 jam per hari.
Dengan tingginya penetrasi internet dan aktivitas di ruang digital, gaya hidup masyarakat zaman sekarang juga berubah. Salah satunya penggunaan dompet digital yang praktis dan mudah. Hal ini juga sejalan dengan upaya mendorong transaksi nontunai.
Dalam webinar bertajuk “Bagaimana Berbelanja Online dengan Dompet Digital” pada Kamis (14/7), praktisi bisnis M Adhi Prasnowo mengatakan, ada tiga istilah yang perlu dipahami di era digital saat ini, yaitu dompet digital, lokapasar, dan transaksi.
Dia menerangkan, dompet digital adalah aplikasi elektronik yang dapat digunakan untuk membayar transaksi online. Beberapa dompet digital populer di Indonesia seperti GoPay, Dana, OVO, ShopeePay, OctoMobile, dan Sakuku.
Dengan maraknya belanja daring dan kemudahan dalam bertransaksi, Adhi mengingatkan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik untuk mengimbangi perkembangan penggunaan dompet digital.
“Bagaimanapun juga dompet digital isinya adalah uang kita. Jadi, jangan salah penggunaan,” ujarnya dalam webinar yang khususnya ditujukan bagi komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya, dikutip Selasa (19/7/2022).
Ketua Relawan TIK Kolaka Timur Andika Dwi Cahyo mengamini perlunya pengendalian diri dalam berbelanja daring agar tidak terjebak konsumtif.
Dia juga menyampaikan sejumlah tips agar aman berbelanja daring. Antara lain pastikan penjual dan tempat berbelanjanya terpercaya, pastikan website e-commerce atau lokapasar sudah menggunakan protokol SSL, pasang aplikasi lokapasar resmi, cek deskripsi dan ulasan produk, periksa peringkat, menggunakan kata sandi kuat, serta pastikan 2FA.
“Jika belanja lewat media sosial, tips amannya yakni cek identitas penjual, jangan tergiur harga sangat murah, jangan terpaku testimoni karena mungkin kemungkinan penjual memanipulasi komentar positif, cek rekening penjual, simpan bukti transfer, dan cek resi pengiriman,” urai Andika.
Sementara itu, socialpreneur digital skill Kristiyuana menegaskan pentingnya memahami etika dalam melakukan transaksi di dunia digital.
“Jika sudah pesan, apalagi via COD, ya jangan dibatalkan kalau tidak ada masalah dengan barangnya,” tandasnya.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI atau Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori "sedang".
Dengan hadirnya program GNLD dari Kementerian Kominfo diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
Pengguna internet di Indonesia diketahui terus meningkat setiap tahunnya. We Are Social mencatat pada 2021 pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.
Bisa dibilang bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61,8% dari total populasi. Temuan lainnya, orang Indonesia menggunakan internet rata-rata hampir 9 jam per hari.
Dengan tingginya penetrasi internet dan aktivitas di ruang digital, gaya hidup masyarakat zaman sekarang juga berubah. Salah satunya penggunaan dompet digital yang praktis dan mudah. Hal ini juga sejalan dengan upaya mendorong transaksi nontunai.
Dalam webinar bertajuk “Bagaimana Berbelanja Online dengan Dompet Digital” pada Kamis (14/7), praktisi bisnis M Adhi Prasnowo mengatakan, ada tiga istilah yang perlu dipahami di era digital saat ini, yaitu dompet digital, lokapasar, dan transaksi.
Dia menerangkan, dompet digital adalah aplikasi elektronik yang dapat digunakan untuk membayar transaksi online. Beberapa dompet digital populer di Indonesia seperti GoPay, Dana, OVO, ShopeePay, OctoMobile, dan Sakuku.
Dengan maraknya belanja daring dan kemudahan dalam bertransaksi, Adhi mengingatkan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik untuk mengimbangi perkembangan penggunaan dompet digital.
“Bagaimanapun juga dompet digital isinya adalah uang kita. Jadi, jangan salah penggunaan,” ujarnya dalam webinar yang khususnya ditujukan bagi komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya, dikutip Selasa (19/7/2022).
Ketua Relawan TIK Kolaka Timur Andika Dwi Cahyo mengamini perlunya pengendalian diri dalam berbelanja daring agar tidak terjebak konsumtif.
Dia juga menyampaikan sejumlah tips agar aman berbelanja daring. Antara lain pastikan penjual dan tempat berbelanjanya terpercaya, pastikan website e-commerce atau lokapasar sudah menggunakan protokol SSL, pasang aplikasi lokapasar resmi, cek deskripsi dan ulasan produk, periksa peringkat, menggunakan kata sandi kuat, serta pastikan 2FA.
“Jika belanja lewat media sosial, tips amannya yakni cek identitas penjual, jangan tergiur harga sangat murah, jangan terpaku testimoni karena mungkin kemungkinan penjual memanipulasi komentar positif, cek rekening penjual, simpan bukti transfer, dan cek resi pengiriman,” urai Andika.
Sementara itu, socialpreneur digital skill Kristiyuana menegaskan pentingnya memahami etika dalam melakukan transaksi di dunia digital.
“Jika sudah pesan, apalagi via COD, ya jangan dibatalkan kalau tidak ada masalah dengan barangnya,” tandasnya.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI atau Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori "sedang".
Dengan hadirnya program GNLD dari Kementerian Kominfo diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
(ind)