Ketakutan Terhadap Ekonomi China Bikin Rupiah Melemah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 39 poin di level Rp14.873 atas dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sore ini, Senin (1/8/2022). Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, ada sejumlah faktor eksternal yang memicu pelemahan mata uang Garuda.
Dari Negeri Paman Sam kebijakan bank sentral Amerika (The Fed) masih dianggap sebagai pemberat bagi rupiah. Sejumlah kalangan memperkirakan bahwa The Fed akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga sebesar 75 basis pada pertemuan berikutnya, 21 September 2022.
Sedangkan dari China, perlambatan ekonomi negara itu akan berdampak pada harga komoditas Indonesia. Ekonomi China diperkirakan akan berada di bawah 5,5% pada kuartal II 2022.
"Ketakutan ini yang membuat mata uang rupiah melemah walaupun data ekonomi dalam negeri cukup bagus," kata Ibrahim dalam rilis hariannya, Senin (1/8/2022).
Pelemahan rupiah yang terbilang "tipis" hari ini bisa jadi disebabkan oleh daya tahan internal yang cukup kokoh. Salah satunya angka aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI).
Untuk periode Juli 2022, PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,2 sekaligus jadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Pemesanan baru (new orders) meningkat setelah berada di tingkat yang rendah pada Juni.
"Dunia usaha menyebut peningkatan produksi terjadi seiring tumbuhnya permintaan dari konsumen. Saat permintaan ekspor masih turun, permintaan domestik mampu mengambil alih," jelas Ibrahim.
Selain itu, tingginya harga komoditas menjadi faktor yang membuat fundamental Indonesia saat ini cukup kuat. Neraca perdagangan mencatat surplus 26 bulan beruntun, yang membuat transaksi berjalan juga surplus.
"Pasokan devisa menjadi besar yang membuat nilai tukar rupiah menjadi cukup stabil, tidak mengalami pelemahan tajam seperti mata uang di kawasan Asia lainnya" ujar Ibrahim.
Dari Negeri Paman Sam kebijakan bank sentral Amerika (The Fed) masih dianggap sebagai pemberat bagi rupiah. Sejumlah kalangan memperkirakan bahwa The Fed akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga sebesar 75 basis pada pertemuan berikutnya, 21 September 2022.
Sedangkan dari China, perlambatan ekonomi negara itu akan berdampak pada harga komoditas Indonesia. Ekonomi China diperkirakan akan berada di bawah 5,5% pada kuartal II 2022.
"Ketakutan ini yang membuat mata uang rupiah melemah walaupun data ekonomi dalam negeri cukup bagus," kata Ibrahim dalam rilis hariannya, Senin (1/8/2022).
Pelemahan rupiah yang terbilang "tipis" hari ini bisa jadi disebabkan oleh daya tahan internal yang cukup kokoh. Salah satunya angka aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI).
Untuk periode Juli 2022, PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,2 sekaligus jadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Pemesanan baru (new orders) meningkat setelah berada di tingkat yang rendah pada Juni.
"Dunia usaha menyebut peningkatan produksi terjadi seiring tumbuhnya permintaan dari konsumen. Saat permintaan ekspor masih turun, permintaan domestik mampu mengambil alih," jelas Ibrahim.
Selain itu, tingginya harga komoditas menjadi faktor yang membuat fundamental Indonesia saat ini cukup kuat. Neraca perdagangan mencatat surplus 26 bulan beruntun, yang membuat transaksi berjalan juga surplus.
"Pasokan devisa menjadi besar yang membuat nilai tukar rupiah menjadi cukup stabil, tidak mengalami pelemahan tajam seperti mata uang di kawasan Asia lainnya" ujar Ibrahim.