Investor Pasar Modal Tumbuh 370%, Ketua OJK Melihat Peluang Plus Tantangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar melihat peluang besar peran investor domestik baik institusi maupun retail untuk semakin mendukung ketahanan pasar keuangan Indonesia.
Pada saat pandemi COVID-19 dianggap sebagai sesuatu yang paling mencekam dan mengancam stabilitas perekonomian, tentu kondisi kesehatan masyarakat dan keseluruhan stabilitas bangsa dan negara, namun justru membawa momentum positif bagi kebangkitan investor retail di pasar modal .
"Investor pasar modal pada bulan Juni 2022 ini telah tumbuh 3,7 kali lipat atau 370% menjadi 9,3 juta investor dibandingkan pada tahun 2019 pra pandemi yang hanya sebesar 2,5 juta investor. Dan yang menarik sekali, dari tambahan investor itu, 81% adalah investor generasi millenial dan gen Z," ujar Mahendra dalam webinar LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments di Jakarta, Jumat(12/8/2022).
Peningkatan jumlah investor domestik ini merupakan hasil dari upaya seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan berbagai program sosialisasi, edukasi, dan literasi keuangan kepada masyarakat.
Tapi, tak bisa disangkal juga karena kondisi pada saat pandemi mendorong lebih banyak waktu diberikan untuk masyarakat menggunakan teknologi komunikasi digital, sehingga memberikan momentum tambahan terhadap peluang untuk meningkatkan literasi produk keuangan dan investasi.
"Namun demikian, kita juga harus memperhatikan perkembangan itu dengan langkah dan kebijakan yang tepat. Sebab, laporan International Organization of Securities Commissions (IOSCO) terkait pertumbuhan investor retail selama pandemi dibarengi dengan tren misconduct yang kemudian investor retail meningkat baik dalam pasar domestik maupun internasional/cross-border. Hal ini harus ditindaklanjuti dengan peningkatan perlindungan investor khususnya investor retail," jelas Mahendra.
Meningkatnya jumlah investor di pasar modal, sebut dia, memang benar menggembirakan. Namun, perlu dicermati tantangan yang dihadapi seperti upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan investasi pada instrumen keuangan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai.
Sehingga tidak hanya menimbulkan apa yang dikenal dengan herd behavior, noise trading, maupun investing in bubbles hanya untuk mengejar hasil atau yield tinggi tanpa memperhitungkan risiko aspek legalitas produk, bahkan logika yang mendasar.
"Pemberitaan mengenai maraknya korban kegiatan ilegal dan transaksi yang sebenarnya bukan merupakan kegiatan investasi yang normal karena dilakukan dengan berbagai modus atau menggunakan berbagai produk. Bahkan uang pinjaman untuk berinvestasi merupakan sinyal yang sangat jelas bagi regulator untuk semakin meningkatkan pemahaman masyarakat berinvestasi secara aman," tegas Mahendra.
Pada saat pandemi COVID-19 dianggap sebagai sesuatu yang paling mencekam dan mengancam stabilitas perekonomian, tentu kondisi kesehatan masyarakat dan keseluruhan stabilitas bangsa dan negara, namun justru membawa momentum positif bagi kebangkitan investor retail di pasar modal .
"Investor pasar modal pada bulan Juni 2022 ini telah tumbuh 3,7 kali lipat atau 370% menjadi 9,3 juta investor dibandingkan pada tahun 2019 pra pandemi yang hanya sebesar 2,5 juta investor. Dan yang menarik sekali, dari tambahan investor itu, 81% adalah investor generasi millenial dan gen Z," ujar Mahendra dalam webinar LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments di Jakarta, Jumat(12/8/2022).
Peningkatan jumlah investor domestik ini merupakan hasil dari upaya seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan berbagai program sosialisasi, edukasi, dan literasi keuangan kepada masyarakat.
Tapi, tak bisa disangkal juga karena kondisi pada saat pandemi mendorong lebih banyak waktu diberikan untuk masyarakat menggunakan teknologi komunikasi digital, sehingga memberikan momentum tambahan terhadap peluang untuk meningkatkan literasi produk keuangan dan investasi.
"Namun demikian, kita juga harus memperhatikan perkembangan itu dengan langkah dan kebijakan yang tepat. Sebab, laporan International Organization of Securities Commissions (IOSCO) terkait pertumbuhan investor retail selama pandemi dibarengi dengan tren misconduct yang kemudian investor retail meningkat baik dalam pasar domestik maupun internasional/cross-border. Hal ini harus ditindaklanjuti dengan peningkatan perlindungan investor khususnya investor retail," jelas Mahendra.
Meningkatnya jumlah investor di pasar modal, sebut dia, memang benar menggembirakan. Namun, perlu dicermati tantangan yang dihadapi seperti upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan investasi pada instrumen keuangan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai.
Sehingga tidak hanya menimbulkan apa yang dikenal dengan herd behavior, noise trading, maupun investing in bubbles hanya untuk mengejar hasil atau yield tinggi tanpa memperhitungkan risiko aspek legalitas produk, bahkan logika yang mendasar.
"Pemberitaan mengenai maraknya korban kegiatan ilegal dan transaksi yang sebenarnya bukan merupakan kegiatan investasi yang normal karena dilakukan dengan berbagai modus atau menggunakan berbagai produk. Bahkan uang pinjaman untuk berinvestasi merupakan sinyal yang sangat jelas bagi regulator untuk semakin meningkatkan pemahaman masyarakat berinvestasi secara aman," tegas Mahendra.
(akr)