Perang Putin Bikin Ekonomi Rusia Mundur 4 Tahun

Sabtu, 13 Agustus 2022 - 02:29 WIB
loading...
Perang Putin Bikin Ekonomi Rusia Mundur 4 Tahun
Invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina membuat ekonomi Rusia mundur empat tahun setelah serangan dimulai. Invasi ke Ukraina menempatkan ekonomi Rusia pada jalur penurunan terpanjang. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina membuat ekonomi Rusia mundur empat tahun setelah serangan dimulai. Invasi ke Ukraina menempatkan ekonomi Rusia pada jalur penurunan terpanjang dalam sejarah.



Saat menghitung efek perang bagi Rusia, kontraksi yang dialami semakin dalam selama kuartal kedua tahun 2022. Data yang ada menunjukkan produk domestik bruto (PDB) menyusut untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, turun 4,7% secara tahunan, menurut perkiraan rata-rata 12 analis yang disurvei oleh Bloomberg.

"Ekonomi akan mengalami kemunduran empat tahun, kembali ke 2018 pada kuartal kedua. Kami memperkirakan kontraksi akan melambat hingga kuartal keempat dengan kebijakan moneter yang lebih longgar untuk mendukung permintaan. Namun ekonomi akan kehilangan 2% lagi pada tahun 2023 karena larangan energi Eropa akan menekan ekspor," ujar ekonom Rusia, Alexander Isakov.

Gelombang sanksi internasional atas perang mengganggu perdagangan dan membuat industri seperti manufaktur mobil lumpuh, sementara pengeluaran konsumen meningkat. Meskipun penurunan ekonomi sejauh ini tidak sehebat yang diperkirakan pertama kali, bank sentral memproyeksikan kemerosotan akan memburuk pada kuartal-kuartal mendatang, mencapai titik terendah pada paruh pertama tahun depan.

"Ekonomi akan bergerak menuju keseimbangan jangka panjang baru. Ketika ekonomi mengalami restrukturisasi, pertumbuhannya akan kembali," kata Wakil Gubernur Bank Rusia, Alexey Zabotkin pada sebuah pengarahan di Moskow.



Bank Rusia bertindak untuk menahan gejolak pasar dan rubel dengan mengatur modal dan kenaikan tajam suku bunga. Stimulus fiskal dan putaran pelonggaran moneter yang berulang dalam beberapa bulan terakhir juga telah dimulai, hal itu menumpulkan dampak sanksi internasional.

Ekstraksi minyak telah pulih dan pengeluaran rumah tangga menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. "Krisis bergerak di sepanjang lintasan yang sangat mulus," kata Evgeny Suvorov, ekonom utama Rusia di CentroCredit Bank.

Pada hari Jumat, bank sentral menerbitkan draf prospek kebijakannya untuk tiga tahun ke depan, memperkirakan ekonomi akan memakan waktu hingga 2025 untuk kembali ke tingkat pertumbuhan potensial 1,5%-2,5%. Proyeksi bank untuk 2022-2024 tetap tidak berubah, dengan PDB diperkirakan akan menyusut masing-masing 4%-6% dan 1%-4% tahun ini dan berikutnya.

Laporan itu juga mencakup apa yang disebut skenario risiko di mana kondisi ekonomi global semakin memburuk dan ekspor Rusia berada di bawah sanksi tambahan. Jika itu terjadi, kemerosotan ekonomi Rusia tahun depan mungkin lebih dalam daripada selama krisis keuangan global pada tahun 2009 dan pertumbuhan baru akan berlanjut pada tahun 2025.

Respons pihak berwenang sejauh ini telah memastikan pendaratan yang lebih lembut untuk ekonomi Rusia yang diperkirakan analis pada satu titik akan berkontraksi 10% pada kuartal kedua. Ekonom dari bank termasuk JPMorgan Chase &Co. dan Citigroup Inc juga telah meningkatkan prospek mereka dan sekarang melihat output hanya turun 3,5% dalam setahun penuh.

Meski begitu, Bank rusia memperkirakan PDB akan menyusut 7% pada kuartal ini dan bahkan mungkin lebih banyak lagi dalam tiga bulan terakhir tahun 2022. Ia memperkirakan ekonomi terkontraksi 4,3% pada kuartal kedua.

Kebuntuan soal pengiriman energi, baik itu gas ataupun minyak mentah ke Eropa menimbulkan risiko baru bagi perekonomian. Penurunan bulanan dalam produksi minyak akan dimulai segera setelah pada bulan Agustus, menurut Badan Energi Internasional, yang memperkirakan produksi minyak mentah Rusia akan turun sekitar 20% pada awal tahun depan.

"Kemerosotan pada 2022 tidak akan sedalam dari yang diproyeksikan pada April," kata bank sentral dalam sebuah laporan tentang kebijakan moneter bulan ini.

"Pada saat yang sama, dampak guncangan pasokan mungkin bakal diperpanjang," bebernya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1050 seconds (0.1#10.140)