Jerman Dipaksa Irit Gas 20%, Sektor Bisnis Ekonomi Terbesar Eropa Terancam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jerman harus mengurangi penggunaan gas sebesar 20% untuk menghindari penjatahan pada musim dingin. Hal ini diperingatkan langsung oleh regulator.
Ia juga memperingatkan, bakal ada konsekuensi jangka panjang yang harus ditelan para pelaku bisnis di ekonomi terbesar Eropa tersebut. Jerman diharuskan mengurangi penggunaan gasnya mencapai seperlima untuk menghindari krisis gas yang bisa melumpuhkan beberapa sektor saat musim dingin.
Regulator jaringan gas utama Jerman juga mengatakan, sektor bisnis dan rumah tangga harus bersiap untuk krisis energi terbesar di Eropa dalam satu generasi.
Kepala badan jaringan federal (BNA), Klaus MĂĽller akan bertanggung jawab atas penjatahan pasokan gas jika ekonomi terbesar Eropa mengalami krisis energi musim dingin. "Jika kita gagal mencapai target kita (penghematan gas 20 persen), maka ada risiko serius bahwa kita tidak akan memiliki cukup gas," katanya kepada Financial Times.
MĂĽller mengatakan, Jerman juga akan membutuhkan sekitar 10 gigawatt pasokan gas ekstra dari sumber lain untuk menebus volume yang hilang dari Rusia. Sebagian besar gas alam cair yang dipakai Jerman sebagai alternatif berasal dari negara-negara seperti Amerika Serikat (AS).
Dimana mewakili sekitar 9% dari konsumsi gasnya saat ini. Selain AS, dia juga mengatakan Jerman harus bergantung pada impor gas dari negara-negara Eropa lainnya.
Diperingatkan oleh MĂĽller bahwa ada risiko jangka panjang yang harus dibayar untuk mengakhiri ketergantungan Jerman pada Rusia. Dimana "harga gas yang sangat tinggi" bisa berdampak besar bagi bisnis.
"Beberapa produksi bisa meninggalkan Jerman, karena gas menjadi terlalu mahal. Dan itu hal yang sulit, bila benar terjadi," katanya.
Krisis energi telah membayangi Jerman sejak perusahaan raksasa gas Rusia, Gazprom membatasi pasokan melalui pipa Nord Stream 1 pada pertengahan Juni lalu, dengan alasan masalah teknis. Saluran utama untuk pengiriman gas Rusia ke Eropa itu hanya beroperasi dengan kapasitas 20%.
Penurunan pengiriman dari Rusia telah mendorong kenaikan harga gas, dimana patokan Eropa tercatat naik dari sekitar 66 euro per megawatt jam pada awal tahun menjadi 206 euro (per Jumat sore) kemarin. Kondisi ini juga membuat Jerman kesulitan dalam mengisi penyimpanan gasnya menjelang musim dingin, ketika permintaan meningkat.
Jerman menuduh Rusia menggunakan ekspor energinya sebagai senjata untuk melawan sanksi Barat yang dijatuhkan atas perang Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.
Selama akhir pekan, kementerian ekonomi Jerman memerintahkan semua perusahaan dan otoritas lokal untuk mengurangi suhu kamar minimum di ruang kerja menjadi 19C selama musim dingin.
Berlin telah mencapai tahap kedua dari rencana darurat gas nasional yang terdiri dari tiga bagian. Jika mencapai tahap akhir, maka bakal ada penjatahan gas kepada pelanggan industri, BNA harus memutuskan perusahaan mana yang tidak dapat lagi dipasok sepenuhnya.
Ia juga memperingatkan, bakal ada konsekuensi jangka panjang yang harus ditelan para pelaku bisnis di ekonomi terbesar Eropa tersebut. Jerman diharuskan mengurangi penggunaan gasnya mencapai seperlima untuk menghindari krisis gas yang bisa melumpuhkan beberapa sektor saat musim dingin.
Regulator jaringan gas utama Jerman juga mengatakan, sektor bisnis dan rumah tangga harus bersiap untuk krisis energi terbesar di Eropa dalam satu generasi.
Kepala badan jaringan federal (BNA), Klaus MĂĽller akan bertanggung jawab atas penjatahan pasokan gas jika ekonomi terbesar Eropa mengalami krisis energi musim dingin. "Jika kita gagal mencapai target kita (penghematan gas 20 persen), maka ada risiko serius bahwa kita tidak akan memiliki cukup gas," katanya kepada Financial Times.
MĂĽller mengatakan, Jerman juga akan membutuhkan sekitar 10 gigawatt pasokan gas ekstra dari sumber lain untuk menebus volume yang hilang dari Rusia. Sebagian besar gas alam cair yang dipakai Jerman sebagai alternatif berasal dari negara-negara seperti Amerika Serikat (AS).
Dimana mewakili sekitar 9% dari konsumsi gasnya saat ini. Selain AS, dia juga mengatakan Jerman harus bergantung pada impor gas dari negara-negara Eropa lainnya.
Diperingatkan oleh MĂĽller bahwa ada risiko jangka panjang yang harus dibayar untuk mengakhiri ketergantungan Jerman pada Rusia. Dimana "harga gas yang sangat tinggi" bisa berdampak besar bagi bisnis.
"Beberapa produksi bisa meninggalkan Jerman, karena gas menjadi terlalu mahal. Dan itu hal yang sulit, bila benar terjadi," katanya.
Krisis energi telah membayangi Jerman sejak perusahaan raksasa gas Rusia, Gazprom membatasi pasokan melalui pipa Nord Stream 1 pada pertengahan Juni lalu, dengan alasan masalah teknis. Saluran utama untuk pengiriman gas Rusia ke Eropa itu hanya beroperasi dengan kapasitas 20%.
Penurunan pengiriman dari Rusia telah mendorong kenaikan harga gas, dimana patokan Eropa tercatat naik dari sekitar 66 euro per megawatt jam pada awal tahun menjadi 206 euro (per Jumat sore) kemarin. Kondisi ini juga membuat Jerman kesulitan dalam mengisi penyimpanan gasnya menjelang musim dingin, ketika permintaan meningkat.
Jerman menuduh Rusia menggunakan ekspor energinya sebagai senjata untuk melawan sanksi Barat yang dijatuhkan atas perang Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.
Selama akhir pekan, kementerian ekonomi Jerman memerintahkan semua perusahaan dan otoritas lokal untuk mengurangi suhu kamar minimum di ruang kerja menjadi 19C selama musim dingin.
Berlin telah mencapai tahap kedua dari rencana darurat gas nasional yang terdiri dari tiga bagian. Jika mencapai tahap akhir, maka bakal ada penjatahan gas kepada pelanggan industri, BNA harus memutuskan perusahaan mana yang tidak dapat lagi dipasok sepenuhnya.
(akr)