Bisnis dengan filosofi pohon palem tembus Amerika

Senin, 28 April 2014 - 10:45 WIB
Bisnis dengan filosofi pohon palem tembus Amerika
Bisnis dengan filosofi pohon palem tembus Amerika
A A A
DUNIA aksesoris interior menjadi sesuatu hal yang sangat menarik khususnya di kalangan wanita atau ibu rumah tangga. Biasanya, kerajinan ini digunakan untuk hiasan rumah yang cantik dengan menggunakan bahan-bahan dari alam. Salah satu yang ternama adalah handmade aksesoris interior Palem Craft Jogja milik Deddy Effendi.

"Mengapa dinamakan Palem Craft? Karena kita mengambil filosofi dari pohon palem yang memanfaatkan akar hingga ujung daunnya," kata dia kepada Sindonews ketika ditemui dalam pekan Inacraft.

Dia menjelaskan, bahwa akar pohon palem itu kokoh, sehingga meskipun sudah berdiri bertahun-tahun, namun tetap kokoh dan kuat. Batangnya bisa dimanfaatkan untuk membuat pondasi rumah. Daunnya untuk membuat rumah, lidinya dipakai untuk membersihkan rumah, buahnya berfungsi dan merupakan bahan natural asli Indonesia yang dapat digunakan dalam membuat kerajinan tangan.

Mengenai modal usahanya, dia mengungkapkan, menggunakan dana dari kantong sendiri sekitar Rp30 juta. Pada saat itu, ketika tahun 2000 hingga 2003, dia mengaku menjadi titik emas kejayaan kerajinan, sehingga permintaan selalu melebihi kapasitas.

"Responnya pada saat itu luar biasa, makannya saya kejar terus," ungkap Deddy yang dulunya berprofesi sebagai karyawan di perusahaan otomotif.

Mengenai disainnya, dia mengatakan, semuanya dilakukan secara otodidak karena berbakat di bidang desain. Selama 14 tahun berdiri, produk yang diciptakan Deddy rata-rata bermain di pasar ekspor. Pasalnya, peminatnya kebanyakan dari luar Indonesia.

"Permintaan terbanyak masih dipegang oleh Amerika, mereka biasanya pesan lampu hias dan pemanis interior lainnya, kemudian Libanon meskipun sekarang sedang konflik. Untuk di Eropa sendiri, Spanyol termasuk meskipun dari segi permintaan hanya 30 persen karena krisis ekonomi global di sana," paparnya.

Bahan-bahan pembuatan aksesorisnya berupa bambu, batu apung, biji mahoni, ranting-ranting dan rotan. Sejumlah bahan tersebut berasal dari luar Jogja. Misalnya batu apung dari Lombok dan rotan dari Kalimantan.

"Jika bahan-bahan ini diolah dengan baik, maka akan menghasilakn sesuatu yang indah dan bernilai. Kekuatan dan kualitasnya sendiri sudah diuji," paparnya.

Sedangkan untuk masalah kendala yang dihadapi adalah cuaca di Indonesia yang tidak pasti. Kendati demikian, dia sudah melakukan antisipasi, dengan treatment anti jamur, anti rayap, anti rusak untuk stok. Sementara untuk kekuatan hasil jadinya, Deddy berani memastikan bahwa produk buatannya kuat. Terbukti selama 14 tahun ini tidak ada keluhan dari pelanggannya.

Dengan jumlah pegawai sebanyak 30 tenaga art dan 10 tenaga office, Deddy berharap produknya dapat lebih banyak diterima dan dikenal masyarakat meskipun dirinya belum berpikir untuk membuka cabang.

"Saya hanya ingin meningkatkan dan mempertahankan kualitas serta desain. Untuk cabang baru, rasanya saya belum terpikirkan. Sedangkan untuk masalah perkembangan desain untuk merambah ke dalam aksesoris wanita, saya belum memikirkan juga karena saya lebih bermain dalam bidang desain interior," tutupnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4757 seconds (0.1#10.140)