Pertumbuhan kredit di Jatim melambat

Jum'at, 16 Mei 2014 - 18:08 WIB
Pertumbuhan kredit di Jatim melambat
Pertumbuhan kredit di Jatim melambat
A A A
Sindonews.com - Pertumbuhan perbankan di Jawa Timur (Jatim) sektor perkreditan mengalami perlambatan. Hal ini terlihat dari analisa yang dilakukan Bank Indonesia (BI) hingga akhir triwulan I/2014.

Dari catatan BI, pada akhir triwulan I/2014, pertumbuhan mencapai 23,18 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp311,26 triliun dari posisi akhir triwulan I/2013 yang tercatat Rp251,40 triliun.

Pertumbuhan penyaluran kredit di awal 2014 ini masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat 27,03 persen. "Ada perlambatan pertumbuhan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jatim, Dwi Pranoto dikantornya, Jumat (16/5/2014).

Menurutnya, perlambatan pertumbuhan kredit ini utamanya didorong oleh minimnya pertumbuhan kredit konsumsi yang hingga akhir triwulan I/2014 hanya tumbuh 15,16 persen (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2013 sebesar 26,77 persen.

"Perlambatan ini terjadi pada penyaluran kredit properti (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), yang diyakini terkait dengan tertahannya permintaan masyarakat untuk kedua jenis kredit ini, sebagai respon dari penerapan kebijakan Loan To Value (LTV)," ujar nya.

Dwi mengungkapkan, dari total kredit yang disalurkan perbankan di Jatim pada awal tahun ini, jenis kredit produktif yakni kredit modal kerja dan investasi masih mendominasi dengan pertumbuhan yang cukup signifikan.

Total penyaluran kredit produktif di Jatim selama triwulan I/2014 sebesar Rp229,48 triliun dengan proporsi 73,73 persen dari total kredit. Sementara, proporsi kredit konsumsi hanya sebesar 26,27 persen atau Rp81,78 triliun.

"Pertumbuhan kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi masih tumbuh cukup tinggi, yakni di kisaran 25-33 persen atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit secara umum. Hal ini menunjukkan cukup baiknya portofolio kredit perbankan di Jatim yang difokuskan pada pengembangan sektor usaha yang dapat memberikan multiplier effect untuk mendorong pengembangan sektor riel," terang dia.

Direktur BI wilayah IV Jawa Timur Soekowardojo mengatakan, catatan persoalan kredit motor yang terkumpul tidak termasuk jumlah kredit yang terjadi pada lessing-lessing di Jatim. Pasalnya, lessing tidak pernah melaporkan perkembangan kredit yang diperoleh.
"Pembiayaan di sepeda motor tidak termasuk yang di lessing, mereka tidak masuk dalam catatan kita," katanya.

Dia mengatakan, salah satu indikator pertumbuhan DPK yakni dengan melihat kondisi PPK. Jika PPK tidak tumbuh, berarti perekonomian tidak tumbuh. Artinya, untuk melihat kondisi ekonomi harus dilakukan secara menyeluruh, bukan pada salah satu faktor.

Meski demikian, pertumbuhan krtedit secara umum akan melambat. "Perlambatan ini hanya survei yang kami lakukan, tetapi kemungkinan akan mengalami kenaikan dalam enam bulan ke depan," pungkas Suko.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5507 seconds (0.1#10.140)