Wawancara Khusus Founder & CEO Suryanesia Rheza Adhihusada: Efisiensi Biaya Listrik melalui Pemanfaatan Tenaga Surya

Rabu, 31 Agustus 2022 - 20:56 WIB
loading...
A A A
Sistem kerjanya seperti apa sehingga bisa menghemat listrik?
Sistemnya paralel. Karena belum bisa disimpan, maka listrik dari panel dulu yang diserap, baru sisanya dari PLN. Jadi dalam proses produksi, itu bersamaan jalan listriknya dari panel surya dan PLN.

Apakah memungkinkan suplainya dari panel surya bisa mencapai 50%?
Itu masih akan cukup jauh dari sisi teknologinya. Penggunaan pabrik biasanya stabil, misalnya dari jam 8 pagi hingga 6 sore. Kalau PLTS enggak, ada naik turun. Kalau untuk mencapai 50% itu sangat berat. Mungkin maksimal 40%, tapi itu jarang yang bisa sampai segitu. Mungkin bisa 40% kalau baterai sudah mulai ekonomis, nantinya listrik dari panel bisa disimpan dulu untuk digunakan di jam-jam lain. Mungkin kira-kira 5-10 tahun lagi baru baterai bisa ekonomis.

Bagaimana pemanfaatan panel surya dilihat dari kondisi geografis dan iklim di Indonesia?
Pemanfaatan panel di Indonesia sebenarnya sangat bagus. Di Indonesia enaknya ada matahari terus. Beda dengan kondisi musim di Amerika, ada empat musim. Mungkin di pasang miring, dapatnya pas musim winter atau summer. Kalau di Indonesia, dipasang flat atau datar dengan kemiringan 10 derajat bisa dapat semua posisi sinar matahari.

Selama setahun ini, tantangan apa saja yang dihadapi Suryanesia?
Tantangan yang standar buat startup tentunya kami mesti banyak problem solving seperti membawa kepala engineering (teknisi), chief decisical open officer, mulai membangun infrastruktur perusahaannya seperti apa. Beruntungnya, kami sudah punya head of engineering yang telah mengerjakan sekitar 17 Megawatt untuk PLTS atap di Indonesia. Ada juga project manager dari perusahaan kontraktor yang membangun PLTS ini. Dari sisi perizinan, sudah punya afiliasi yang juga sudah lama bekerja sama dengan PLN.

Bagaimana tantangan meyakinkan industri untuk beralih menggunakan panel surya?
Itu susah-susah gampang. Kami tentunya menawarkan penghematan bagi klien. Secara teori, mereka tertarik. Tapi ada perjanjian rental untuk 25 tahun. Jadi seluruh klien ada bertanya, misalnya kalau suatu waktu harus relokasi kantor ke tempat lain, kalau ada gempa besar itu gimana, kalau PLN ada perubahan peraturan itu gimana. Banyak tanda tanya dari klien.

(Baca juga:Komitmen Pengurangan Emisi lewat Pemasangan Solar Panel di Pabrik Baja)

Sebisa mungkin kami meyakinkan klien bahwa seluruh risiko itu sudah kami cover. Misalnya, asuransi kalau ada gempa bumi atau kebakaran. Setiap skenario itu mesti dijelaskan ke klien. Itu sulitnya dan alasanya mengapa belum masuk ke segmen rumah tangga (resident). Karena kalau jelasin satu persatu ke perumahan itu capek.

Berapa jangka waktu sewa sistem panel surya yang diberikan bagi pelanggan?
Jangka pendeknya 10 tahun. Ada juga bisa 15 tahun, 25 tahun. Maksimal 30 tahun masih bisa.

Seperti apa kriteria dalam memilih perusahaan atau industri calon target pelanggan Suryanesia?
Kadang klien yang minta. Kalau bagi kami, asal kliennya bagus, industrinya menjanjikan, bisnisnya bagus, karakter kliennya bagus, kami maunya sepanjang mungkin sampai 25 tahun. Tapi mayoritas kami punya penawaran 15 sampai 25 tahun.

Untuk saat ini, industri sektor apa saja yang cocok untuk pemanfaatan panel surya?
Semuanya, asalkan mereka banyak menggunakan listrik. Mungkin ada pabrik yang warehouse itu enggak pas. Tapi kalau manufaktur, banyak memakai listrik itu pasti pas. Pabrik plastik, semen, baja, tekstil.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1551 seconds (0.1#10.140)