Adopsi Kripto Kian Masif, Pengusaha Terpacu untuk Berinovasi dengan Teknologi Blockchain
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perkembangan aset kripto di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Tak hanya dari aspek besarnya potensi pasar di Tanah Air tapi juga inovasi yang dilakukan pelaku industri dengan memanfaatkan teknologi blockchain.
Belum lama ini, ajang festival kripto terbesar di Indonesia yaitu Coinfest Asia digelar dan mendapat dukungan dari para pemangku kepentingan. Salah satunya PT Pintu Kemana Saja dengan brand Pintu, platform jual beli dan investasi aset kripto.
Pada acara pembukaan Coinfest Asia di Bali, Kamis (25/8), Founder dan CEO Pintu Jeth Soetoyo yang menjadi pembicara pada diskusi bertajuk “Is Indonesia the Crypto Sleeping Giant in Asia?” mengatakan, Indonesia dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia menjadi sangat menarik untuk perkembangan kripto.
“Salah satunya jika berbicara tentang regulasi, Indonesia terdepan dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti adanya larangan aktivitas kripto di China, hingga penerapan pajak yang tinggi di India,” ujarnya, dikutip Rabu (31/8/2022).
Menurut dia, sinergitas dari pelaku usaha dan inisiatif dari Badan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) terjalin sangat baik sehingga pertumbuhan kripto yang sangat pesat dapat diimbangi dengan perlindungan yang komprehensif bagi investor.
Ihwal regulasi, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Bappebti Tirta Senjaya mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang membuat regulasi terkait dengan transaksi aset kripto seperti regulasi, pajak, anti-money laundry, travel rule, cbdc, hingga nantinya mengenai stablecoin.
“Pemerintah juga sudah mengatur secara baik ekosistem perdagangan kripto, kliring, kustodian, dan sebentar lagi pembentukan bursa kripto. Seluruh aturan tersebut tujuannya untuk melindungi konsumen. Kami terus melengkapi, mengevaluasi, dan menambahkan berbagai syarat untuk melindungi konsumen,” tandasnya.
Diketahui, adopsi kripto di Indonesia juga semakin masif. Berdasarkan data Finder Crypto Adoption Agustus 2022 yang melakukan survei ke 217.947 orang di 26 negara, disebutkan bahwa kepemilikan aset kripto orang Indonesia mencapai 29,8 juta dengan persentase tingkat kepemilikan di Indonesia mencapai 16% atau lebih tinggi dari rata-rata global 15%.
Melihat perkembangan investasi kripto di Indonesia, Ketua Kadin Yos Ginting mengatakan, kripto hanya salah satu pemanfaatan teknologi blockchain yang kebetulan menjadi fokus perhatian semua orang karena nilai transaksinya besar dan partisipasi ekosistem didominasi oleh investasi karena ada peluang untuk mendapatkan keuntungan.
Padahal, kata dia, pemanfaatan teknologi blockchain itu sangat luas sekali dan Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan teknologi blockchain.
“Indonesia memiliki tools yang sama seperti developer blockchain di seluruh dunia dan kita mempunyai objek yang sangat diverse dan lengkap. Saya optimistis dengan perkembangan teknologi blockchain di Indonesia, salah satunya respons yang sangat positif pada gelaran acara Coinfest Asia ini yang menarik animo masyarakat,” tuturnya.
Coinfest Asia yang digelar di Café Del Mar Bali pada 25-26 Agustus 2022 dihadiri sekitar 1.400 partisipan terdiri dari penggiat, pelaku industri, pemerintah, hingga media dari berbagai negara di dunia.
Pada ajang tersebut, Pintu juga membuka booth untuk berbagi informasi mengenai aplikasi Pintu, fitur-fitur unggulan, mini games, hingga menjalin jejaring dengan para mitra.
Lebih lanjut, Jeth Soetoyo menyatakan, di balik besarnya potensi market kripto di Indonesia, hal yang juga menarik adalah para pengusaha atau developer di Indonesia mampu mengembangkan inovasi-inovasi terbaik melalui pemanfaatan teknologi blockchain dengan pasar potensial tak hanya di Indonesia melainkan global.
“Hal tersebut menjadi menarik bagi seluruh pihak bukan hanya developer atau pelaku industri, akan tetapi turut memberikan tambahan pemasukan bagi negara,” tandasnya.
Belum lama ini, ajang festival kripto terbesar di Indonesia yaitu Coinfest Asia digelar dan mendapat dukungan dari para pemangku kepentingan. Salah satunya PT Pintu Kemana Saja dengan brand Pintu, platform jual beli dan investasi aset kripto.
Pada acara pembukaan Coinfest Asia di Bali, Kamis (25/8), Founder dan CEO Pintu Jeth Soetoyo yang menjadi pembicara pada diskusi bertajuk “Is Indonesia the Crypto Sleeping Giant in Asia?” mengatakan, Indonesia dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia menjadi sangat menarik untuk perkembangan kripto.
“Salah satunya jika berbicara tentang regulasi, Indonesia terdepan dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti adanya larangan aktivitas kripto di China, hingga penerapan pajak yang tinggi di India,” ujarnya, dikutip Rabu (31/8/2022).
Menurut dia, sinergitas dari pelaku usaha dan inisiatif dari Badan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) terjalin sangat baik sehingga pertumbuhan kripto yang sangat pesat dapat diimbangi dengan perlindungan yang komprehensif bagi investor.
Ihwal regulasi, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Bappebti Tirta Senjaya mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang membuat regulasi terkait dengan transaksi aset kripto seperti regulasi, pajak, anti-money laundry, travel rule, cbdc, hingga nantinya mengenai stablecoin.
“Pemerintah juga sudah mengatur secara baik ekosistem perdagangan kripto, kliring, kustodian, dan sebentar lagi pembentukan bursa kripto. Seluruh aturan tersebut tujuannya untuk melindungi konsumen. Kami terus melengkapi, mengevaluasi, dan menambahkan berbagai syarat untuk melindungi konsumen,” tandasnya.
Diketahui, adopsi kripto di Indonesia juga semakin masif. Berdasarkan data Finder Crypto Adoption Agustus 2022 yang melakukan survei ke 217.947 orang di 26 negara, disebutkan bahwa kepemilikan aset kripto orang Indonesia mencapai 29,8 juta dengan persentase tingkat kepemilikan di Indonesia mencapai 16% atau lebih tinggi dari rata-rata global 15%.
Melihat perkembangan investasi kripto di Indonesia, Ketua Kadin Yos Ginting mengatakan, kripto hanya salah satu pemanfaatan teknologi blockchain yang kebetulan menjadi fokus perhatian semua orang karena nilai transaksinya besar dan partisipasi ekosistem didominasi oleh investasi karena ada peluang untuk mendapatkan keuntungan.
Padahal, kata dia, pemanfaatan teknologi blockchain itu sangat luas sekali dan Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan teknologi blockchain.
“Indonesia memiliki tools yang sama seperti developer blockchain di seluruh dunia dan kita mempunyai objek yang sangat diverse dan lengkap. Saya optimistis dengan perkembangan teknologi blockchain di Indonesia, salah satunya respons yang sangat positif pada gelaran acara Coinfest Asia ini yang menarik animo masyarakat,” tuturnya.
Baca Juga
Coinfest Asia yang digelar di Café Del Mar Bali pada 25-26 Agustus 2022 dihadiri sekitar 1.400 partisipan terdiri dari penggiat, pelaku industri, pemerintah, hingga media dari berbagai negara di dunia.
Pada ajang tersebut, Pintu juga membuka booth untuk berbagi informasi mengenai aplikasi Pintu, fitur-fitur unggulan, mini games, hingga menjalin jejaring dengan para mitra.
Lebih lanjut, Jeth Soetoyo menyatakan, di balik besarnya potensi market kripto di Indonesia, hal yang juga menarik adalah para pengusaha atau developer di Indonesia mampu mengembangkan inovasi-inovasi terbaik melalui pemanfaatan teknologi blockchain dengan pasar potensial tak hanya di Indonesia melainkan global.
“Hal tersebut menjadi menarik bagi seluruh pihak bukan hanya developer atau pelaku industri, akan tetapi turut memberikan tambahan pemasukan bagi negara,” tandasnya.
(ind)