Mengungkap Fakta-fakta Pemutusan Pasokan Gas Rusia ke Eropa Tanpa Batas Waktu
loading...
A
A
A
MOSKOW - Krisis gas Eropa telah menjelma menjadi gejolak energi terbesar dalam beberapa dekade di Benua Biru ketika pasokan gas alam dari Rusia menjadi tidak stabil. Pasokan gas menjadi tidak dapat diprediksi, bahkan sebelum perang Rusia Ukraina pecah.
Saat aliran gas Moskow ke Eropa telah berhenti total. Rusia mengklaim, sanksi ekonomi yang dijatuhkan padanya menjadi penyebab utama, dan karenanya Barat bertanggung jawab atas penghentian pasokan gas tanpa batas waktu melalui pipa utama Eropa.
"Masalah terkait pompa gas muncul karena sanksi yang dijatuhkan terhadap negara kita dan terhadap sejumlah perusahaan oleh negara-negara Barat, termasuk Jerman dan Inggris," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan pada hari Senin, menurut kantor berita negara Rusia Interfax.
Ketika ditanya apakah pompa gas melalui Nord Stream 1 bakal dibuka kembali, Peskov menjawab hal itu sepenuhnya tergantung pada sanksi. Apakah pasokan akan dilanjutkan jika sanksi dicabut atau dilonggarkan?.
"Tentu saja. Sanksi yang mencegah pemeliharaan unit, yang mencegah mereka bergerak tanpa jaminan hukum yang sesuai, yang mencegah jaminan hukum ini diberikan, dan sebagainya," bebernya.
"Justru sanksi-sanksi inilah yang telah diperkenalkan oleh negara-negara Barat yang telah membawa situasi ke apa yang kita lihat sekarang," tambah Peskov.
Datang langsung dari Kremlin, komentar ini dinilai menjadi indikasi paling jelas bahwa Rusia berusaha menekan Eropa untuk mencabut langkah-langkah ekonomi. Sanksi UE sendiri dimaksudkan untuk menghukum Rusia atas invasinya yang diklaim Barat tidak beralasan ke Ukraina.
Sementara itu anggota parlemen Eropa telah berulang kali menuduh Rusia, sebagai pemasok energi terbesarnya telah menggunakan ekspor energi sebagai senjata dalam upaya untuk menaikkan harga komoditas dan menabur ketidakpastian di seluruh blok 27 negara itu. Moskow membantah menggunakan energi sebagai senjata.
Raksasa energi milik Rusia, Gazprom menghentikan semua ekspor melalui Nord Stream 1 mulai 31 Agustus, mengutip pernyataan perusahaan yang menerangkan karena ada pekerjaan pemeliharaan pada satu-satunya kompresor yang tersisa.
Ketika sebelumnya aliran dijadwalkan kembali dibuka usai perbaikan selama tiga hari, Gazprom pada hari Jumat justru mengungkap ada kebocoran minyak sehingga harus dilakukan penutupan pipa dengan waktu yang tidak terbatas.
Pengumuman mengejutkan itu datang setelah pernyataan bersama dari kekuatan ekonomi G-7 yang mendukung proposal untuk menempatkan mekanisme pembatasan harga pada minyak Rusia.
Analis energi melihatnya sebagai eskalasi upaya Rusia untuk menimbulkan tekanan ekonomi di kawasan itu, Kremlin sejak itu mengatakan bahwa dimulainya kembali pasokan gas ke Eropa sepenuhnya tergantung pada Eropa yang mencabut sanksi ekonominya terhadap Moskow.
Penghentian pasokan melalui pipa Nord Stream 1, yang menghubungkan Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik, mendorong harga gas Eropa melonjak pada hari Senin. Ada banyak ketakutan bahwa Eropa dapat dipaksa untuk menjatah energi selama musim dingin. Hal itu juga memperburuk risiko resesi di kawasan tersebut.
Gazprom vs Siemens Energi
Sementara itu, wakil CEO Gazprom, Vitaly Markelov mengatakan kepada Reuters, bahwa aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 tidak akan berlanjut sampai Siemens Energy Jerman memperbaiki peralatan yang rusak. Terkait hal ini, Siemens Energy belum berkomentar.
Namun, perusahaan mengatakan kepada Reuters bahwa saat ini tidak ditugaskan oleh Gazprom untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan pada turbin dengan dugaan kebocoran minyak, tetapi mereka mengaku tetap siaga untuk melakukannya.
Siemens Energy menambahkan bahwa mereka "tidak dapat memahami representasi baru ini berdasarkan informasi yang diberikan selama akhir pekan."
Mark Dixon, pendiri Moral Rating Agency, sebuah organisasi penelitian yang berfokus pada perusahaan asing di Rusia, mengatakan, Gazprom menyalahkan Siemens Energy atas pemotongan pasokan gas adalah "contoh lain dari kebohongan negara dari Federasi Rusia."
"Rusia berbohong soal invasi dan telah berbohong sejak saat itu," kata Dixon. "Gazprom adalah Rusia, jangan salah. Tidak ada pilihan selain satu suara dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin."
Rusia telah secara drastis mengurangi pasokan gas ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir, dengan aliran gas yang melalui pipa hanya beroperasi 20% dari volume yang disepakati sebelum penangguhan tanpa batas waktu.
"Langkah Rusia untuk kembali memangkas pasokan gas, tepat saat kawasan Eropa sedang berebut untuk mengisi persediaannya menjelang musim dingin. Kebijakan dalam beberapa bulan terakhir berusaha untuk menimbulkan penderitaan ekonomi melalui pemotongan pasokan berulang kali ke Jerman, ekonomi terbesar UE dan konsumen gas," kata analis di konsultan risiko politik Eurasia Group dalam sebuah catatan penelitian.
"Sumber-sumber di Berlin mengatakan mereka sekarang membuat rencana energi musim dingin dengan asumsi nol pasokan dari Rusia," tambahnya.
"Itu berarti sekarang juga akan ada fokus pada Eropa tengah dan selatan, yang masih menerima gas Rusia termasuk melalui transit pipa Ukraina dan Turki," bebernya.
Winter Is Coming
Pembuat kebijakan Eropa saat ini berlomba untuk mengamankan pasokan gas di fasilitas bawah tanah agar memiliki bahan bakar yang cukup untuk menjaga rumah tetap hangat selama beberapa bulan mendatang yang bakal lebih dingin.
Analis energi mengatakan, langkah terbaru Rusia untuk menangguhkan aliran gas melalui rute pasokan utama Eropa dapat memperburuk keadaan dan menjadi periode musim dingin yang sangat menantang.
"Sektor energi Eropa terus dikejutkan oleh volatilitas harga dan ketidakpastian atas keseimbangan energi untuk musim dingin mendatang," kata analis di konsultan Rystad Energy dalam sebuah catatan penelitian.
Mereka juga mencatat bahwa harga power spot di seluruh Eropa Barat telah naik ke "level yang tak tertandingi."
"Langkah terbaru ini telah secara signifikan meningkatkan risiko bahwa Eropa mungkin tidak mendapatkan aliran gas lebih lanjut melalui Nord Stream 1 selama musim dingin," sambungnya.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Saat aliran gas Moskow ke Eropa telah berhenti total. Rusia mengklaim, sanksi ekonomi yang dijatuhkan padanya menjadi penyebab utama, dan karenanya Barat bertanggung jawab atas penghentian pasokan gas tanpa batas waktu melalui pipa utama Eropa.
"Masalah terkait pompa gas muncul karena sanksi yang dijatuhkan terhadap negara kita dan terhadap sejumlah perusahaan oleh negara-negara Barat, termasuk Jerman dan Inggris," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan pada hari Senin, menurut kantor berita negara Rusia Interfax.
Ketika ditanya apakah pompa gas melalui Nord Stream 1 bakal dibuka kembali, Peskov menjawab hal itu sepenuhnya tergantung pada sanksi. Apakah pasokan akan dilanjutkan jika sanksi dicabut atau dilonggarkan?.
"Tentu saja. Sanksi yang mencegah pemeliharaan unit, yang mencegah mereka bergerak tanpa jaminan hukum yang sesuai, yang mencegah jaminan hukum ini diberikan, dan sebagainya," bebernya.
"Justru sanksi-sanksi inilah yang telah diperkenalkan oleh negara-negara Barat yang telah membawa situasi ke apa yang kita lihat sekarang," tambah Peskov.
Datang langsung dari Kremlin, komentar ini dinilai menjadi indikasi paling jelas bahwa Rusia berusaha menekan Eropa untuk mencabut langkah-langkah ekonomi. Sanksi UE sendiri dimaksudkan untuk menghukum Rusia atas invasinya yang diklaim Barat tidak beralasan ke Ukraina.
Sementara itu anggota parlemen Eropa telah berulang kali menuduh Rusia, sebagai pemasok energi terbesarnya telah menggunakan ekspor energi sebagai senjata dalam upaya untuk menaikkan harga komoditas dan menabur ketidakpastian di seluruh blok 27 negara itu. Moskow membantah menggunakan energi sebagai senjata.
Raksasa energi milik Rusia, Gazprom menghentikan semua ekspor melalui Nord Stream 1 mulai 31 Agustus, mengutip pernyataan perusahaan yang menerangkan karena ada pekerjaan pemeliharaan pada satu-satunya kompresor yang tersisa.
Ketika sebelumnya aliran dijadwalkan kembali dibuka usai perbaikan selama tiga hari, Gazprom pada hari Jumat justru mengungkap ada kebocoran minyak sehingga harus dilakukan penutupan pipa dengan waktu yang tidak terbatas.
Pengumuman mengejutkan itu datang setelah pernyataan bersama dari kekuatan ekonomi G-7 yang mendukung proposal untuk menempatkan mekanisme pembatasan harga pada minyak Rusia.
Analis energi melihatnya sebagai eskalasi upaya Rusia untuk menimbulkan tekanan ekonomi di kawasan itu, Kremlin sejak itu mengatakan bahwa dimulainya kembali pasokan gas ke Eropa sepenuhnya tergantung pada Eropa yang mencabut sanksi ekonominya terhadap Moskow.
Penghentian pasokan melalui pipa Nord Stream 1, yang menghubungkan Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik, mendorong harga gas Eropa melonjak pada hari Senin. Ada banyak ketakutan bahwa Eropa dapat dipaksa untuk menjatah energi selama musim dingin. Hal itu juga memperburuk risiko resesi di kawasan tersebut.
Gazprom vs Siemens Energi
Sementara itu, wakil CEO Gazprom, Vitaly Markelov mengatakan kepada Reuters, bahwa aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 tidak akan berlanjut sampai Siemens Energy Jerman memperbaiki peralatan yang rusak. Terkait hal ini, Siemens Energy belum berkomentar.
Namun, perusahaan mengatakan kepada Reuters bahwa saat ini tidak ditugaskan oleh Gazprom untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan pada turbin dengan dugaan kebocoran minyak, tetapi mereka mengaku tetap siaga untuk melakukannya.
Siemens Energy menambahkan bahwa mereka "tidak dapat memahami representasi baru ini berdasarkan informasi yang diberikan selama akhir pekan."
Mark Dixon, pendiri Moral Rating Agency, sebuah organisasi penelitian yang berfokus pada perusahaan asing di Rusia, mengatakan, Gazprom menyalahkan Siemens Energy atas pemotongan pasokan gas adalah "contoh lain dari kebohongan negara dari Federasi Rusia."
"Rusia berbohong soal invasi dan telah berbohong sejak saat itu," kata Dixon. "Gazprom adalah Rusia, jangan salah. Tidak ada pilihan selain satu suara dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin."
Rusia telah secara drastis mengurangi pasokan gas ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir, dengan aliran gas yang melalui pipa hanya beroperasi 20% dari volume yang disepakati sebelum penangguhan tanpa batas waktu.
"Langkah Rusia untuk kembali memangkas pasokan gas, tepat saat kawasan Eropa sedang berebut untuk mengisi persediaannya menjelang musim dingin. Kebijakan dalam beberapa bulan terakhir berusaha untuk menimbulkan penderitaan ekonomi melalui pemotongan pasokan berulang kali ke Jerman, ekonomi terbesar UE dan konsumen gas," kata analis di konsultan risiko politik Eurasia Group dalam sebuah catatan penelitian.
"Sumber-sumber di Berlin mengatakan mereka sekarang membuat rencana energi musim dingin dengan asumsi nol pasokan dari Rusia," tambahnya.
"Itu berarti sekarang juga akan ada fokus pada Eropa tengah dan selatan, yang masih menerima gas Rusia termasuk melalui transit pipa Ukraina dan Turki," bebernya.
Winter Is Coming
Pembuat kebijakan Eropa saat ini berlomba untuk mengamankan pasokan gas di fasilitas bawah tanah agar memiliki bahan bakar yang cukup untuk menjaga rumah tetap hangat selama beberapa bulan mendatang yang bakal lebih dingin.
Analis energi mengatakan, langkah terbaru Rusia untuk menangguhkan aliran gas melalui rute pasokan utama Eropa dapat memperburuk keadaan dan menjadi periode musim dingin yang sangat menantang.
"Sektor energi Eropa terus dikejutkan oleh volatilitas harga dan ketidakpastian atas keseimbangan energi untuk musim dingin mendatang," kata analis di konsultan Rystad Energy dalam sebuah catatan penelitian.
Mereka juga mencatat bahwa harga power spot di seluruh Eropa Barat telah naik ke "level yang tak tertandingi."
"Langkah terbaru ini telah secara signifikan meningkatkan risiko bahwa Eropa mungkin tidak mendapatkan aliran gas lebih lanjut melalui Nord Stream 1 selama musim dingin," sambungnya.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(akr)