Harga Batu Bara Meroket, Laba IATA Ikut Melesat
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA atau Perseroan) melaporkan peningkatan laporan keuangan pada Juni 2022. Perbandingan antara H1-2022 dan H1-2021 menggunakan 2 metode, yang pertama menggunakan jumlah aktual IATA per H1-2021, sebelum konsolidasi PT Bhakti Coal Resources (BCR) dan yang kedua sesuai dengan PSAK 38 DK24 yang mengharuskan laporan keuangan disajikan secara proforma setelah BCR dikonsolidasikan.
Komparasi Aktual H1-2021 Sebelum Konsolidasi BCR
Berdasarkan hasil aktual H1-2021, Perseroan melaporkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 1.734,35% dari USD 4,61 juta pada H1-2021 menjadi USD 84,50 juta pada H1-2022. Demikian pula, EBITDA Perseroan tumbuh dari USD 545 ribu pada H1-2021 menjadi USD 44,72 juta pada H1-2022, atau sekitar 8.098,60%. Laba bersih perseroan juga tumbuh secara signifikan dari negatif USD 1,70 juta menjadi positif USD 32,19 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh permintaan tinggi untuk sumber daya energi seperti batu bara sebagai akibat dari negara-negara yang bergantung pada minyak dan gas berebut untuk mencari alternatif setelah mengalami kesulitan dalam mengamankan pasokan.
Komparasi Berdasarkan PSAK 38 DK24
Dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2021, pendapatan usaha meningkat tajam sebesar 254,36% atau USD 84,50 juta pada H1-2022 dari USD 23,85 juta H1-2021. Kenaikan juga dapat dilihat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, dari USD 13,63 juta di Q2-2021 menjadi USD 44,11 juta di Q2-2022 atau sebesar 223,61%. Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara, yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih menjadi USD 32,19 juta pada H1-2022, atau meningkat 735,49% dibandingkan dengan USD 3,85 juta pada H1-2021. Laba bersih naik 335,55% dari USD 3,63 juta pada Q2-2021 menjadi USD 15,80 juta pada Q2-2022.
Mengutip laporan perusahaan, keuntungan yang dibukukan Perseroan berasal dari anak usaha BCR yaitu PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), yang masing-masing menargetkan produksi sebanyak 4,5 juta MT dan 1,8 juta MT untuk tahun 2022, meningkat dari 2 juta MT dan 590 ribu MT di 2021. Selain PMC dan BSPC, anak perusahaan BCR lainnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) telah memulai produksi batu bara pada Juli 2022.
Memiliki salah satu area konsesi terbesar seluas 15 ribu hektar, Perseroan yakin IBPE pada kuartal depan dan seterusnya akan memberikan kontribusi signifikan. IBPE ditargetkan memproduksi 500 ribu MT batu bara pada tahun 2022. Di samping itu, PT Arthaco Prima Energy (APE), juga ditargetkan untuk mulai produksi dalam tahun ini.
Perseroan sedang menjalankan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) awal tahun ini. Perseroan berencana menerbitkan 14.840.555.748 saham yang dananya akan digunakan untuk pelunasan seluruh Surat Sanggup yang diterbitkan kepada PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) dalam rangka pengambilalihan BCR.
Selain itu, akan digunakan sebagai setoran modal kepada perusahaan anak yang akan digunakan untuk pengembangan usaha di bidang batubara dan migas dan modal kerja Perseroan. Pasca HMETD, BHIT akan memiliki kepemilikan maksimal 56,97% di IATA.
Komparasi Aktual H1-2021 Sebelum Konsolidasi BCR
Berdasarkan hasil aktual H1-2021, Perseroan melaporkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 1.734,35% dari USD 4,61 juta pada H1-2021 menjadi USD 84,50 juta pada H1-2022. Demikian pula, EBITDA Perseroan tumbuh dari USD 545 ribu pada H1-2021 menjadi USD 44,72 juta pada H1-2022, atau sekitar 8.098,60%. Laba bersih perseroan juga tumbuh secara signifikan dari negatif USD 1,70 juta menjadi positif USD 32,19 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh permintaan tinggi untuk sumber daya energi seperti batu bara sebagai akibat dari negara-negara yang bergantung pada minyak dan gas berebut untuk mencari alternatif setelah mengalami kesulitan dalam mengamankan pasokan.
Komparasi Berdasarkan PSAK 38 DK24
Dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2021, pendapatan usaha meningkat tajam sebesar 254,36% atau USD 84,50 juta pada H1-2022 dari USD 23,85 juta H1-2021. Kenaikan juga dapat dilihat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, dari USD 13,63 juta di Q2-2021 menjadi USD 44,11 juta di Q2-2022 atau sebesar 223,61%. Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara, yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih menjadi USD 32,19 juta pada H1-2022, atau meningkat 735,49% dibandingkan dengan USD 3,85 juta pada H1-2021. Laba bersih naik 335,55% dari USD 3,63 juta pada Q2-2021 menjadi USD 15,80 juta pada Q2-2022.
Mengutip laporan perusahaan, keuntungan yang dibukukan Perseroan berasal dari anak usaha BCR yaitu PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), yang masing-masing menargetkan produksi sebanyak 4,5 juta MT dan 1,8 juta MT untuk tahun 2022, meningkat dari 2 juta MT dan 590 ribu MT di 2021. Selain PMC dan BSPC, anak perusahaan BCR lainnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) telah memulai produksi batu bara pada Juli 2022.
Memiliki salah satu area konsesi terbesar seluas 15 ribu hektar, Perseroan yakin IBPE pada kuartal depan dan seterusnya akan memberikan kontribusi signifikan. IBPE ditargetkan memproduksi 500 ribu MT batu bara pada tahun 2022. Di samping itu, PT Arthaco Prima Energy (APE), juga ditargetkan untuk mulai produksi dalam tahun ini.
Perseroan sedang menjalankan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) awal tahun ini. Perseroan berencana menerbitkan 14.840.555.748 saham yang dananya akan digunakan untuk pelunasan seluruh Surat Sanggup yang diterbitkan kepada PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) dalam rangka pengambilalihan BCR.
Selain itu, akan digunakan sebagai setoran modal kepada perusahaan anak yang akan digunakan untuk pengembangan usaha di bidang batubara dan migas dan modal kerja Perseroan. Pasca HMETD, BHIT akan memiliki kepemilikan maksimal 56,97% di IATA.
(nng)