Rusia Ancam Membiarkan Eropa Membeku Saat Musim Dingin, Jika...

Senin, 12 September 2022 - 18:20 WIB
loading...
Rusia Ancam Membiarkan Eropa Membeku Saat Musim Dingin, Jika...
Rusia menanggapi rincian proposal Eropa soal pembatasan harga minyak dan gas dengan mengancam akan merobek kontrak pasokan yang ada jika pembatasan diberlakukan. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Para Menteri Energi Uni Eropa (UE) pada akhir pekan kemarin tetap melanjutkan pembicaraan soal rencana darurat tentang bagaimana melindungi sektor rumah tangga dan bisnis dari lonjakan harga gas dan listrik menjelang musim dingin. Seperti diketahui penghentian aliran gas dari Rusia ikut mendongkrak harga energi di Benua Biru.



Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen berusaha untuk meletakkan dasar pada pertemuan, Jumat kemarin dengan memaparkan lima poin. Di dalamnya termasuk batas harga gas Rusia, pajak keuntungan bahan bakar fosil, target kewajiban pengurangan penggunaan listrik dan jalur kredit darurat untuk perusahaan listrik.

Presiden Rusia, Vladimir Putin menanggapi proposal tersebut dengan mengancam akan merobek kontrak pasokan yang ada jika pembatasan ekspor energi Rusia diberlakukan. Ia memperingatkan, bahwa dirinya siap untuk membiarkan Eropa "membeku" selama bulan-bulan saat musim dingin.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menerangkan, bahwa Barat gagal memahami bagaimana pembatasan harga energi dapat berdampak pada negara mereka sendiri. "Barat secara kolektif tidak mengerti: pengenalan batas harga untuk sumber daya energi Rusia akan mengarah ke lantai yang licin di bawah kakinya sendiri," ungkap Zakharova, demikian menurut Reuters.

Tidak diharapkan bahwa negara-negara anggota UE akan mencapai keputusan mengenai ide-ide kebijakan yang diusulkan soal pembatasan. Kawasan yang beranggotakan 27 negara tercatat telah mengalami penurunan tajam untuk urusan gas Rusia , yang secara umum merupakan pemasok energi terbesarnya, di tengah kebuntuan atas serangan Kremlin di Ukraina.



Gas Impor Rusia ke Eropa saat ini mencapai 9%, mewakili penurunan substansial dari sekitar 40% sebelum perang Ukraina pecah. Perselisihan energi antara Brussels dan Moskow baru-baru ini membuat Rusia benar-benar menghentikan aliran gas melalui rute pasokan utama ke Eropa, memperburuk risiko resesi dan kekurangan gas memasuki musim dingin.

Berbicara di Brussels pada akhir pekan, Komisaris Energi Uni Eropa Kadri Simson mengatakan, kepada wartawan bahwa pertemuan diperlukan untuk menyediakan alat yang tepat bagi pemerintah untuk mengatasi krisis energi yang semakin dalam.

"Ini bukan hanya tentang harga. Ini juga merupakan tantangan pada aspek keamanan pasokan," ungkap Simon.

Tagihan energi telah meroket sejak Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari dan Barat merespons dengan rentetan sanksi ekonomi.

Energi Terbarukan Dibutuhkan 'Lebih Cepat dari Sebelumnya'

"Kami menghadapi situasi yang luar biasa, bukan hanya karena Rusia adalah pemasok yang tidak dapat diandalkan, seperti yang telah kami saksikan selama beberapa hari, minggu dan bulan terakhir. Tetapi juga karena Rusia secara aktif memanipulasi pasar gas," kata von der Leyen dalam sebuah pernyataannya.

"Saya sangat yakin bahwa dengan persatuan kita, tekad kita, solidaritas kita, kita akan menang," tambahnya.

Anggota parlemen Uni Eropa telah berulang kali menuduh Rusia menggunakan ekspor energi sebagai alat untuk menaikkan harga komoditas dan menabur ketidakpastian di seluruh blok. Moskow sendiri membantah telah menggunakan energi sebagai senjata.

Pekan lalu, raksasa energi milik negara Rusia, Gazprom mengklaim ada kebocoran minyak sehingga membuatnya mengambil langkah penutupan pipa gas Nord Stream 1 tanpa batas waktu, yang menghubungkan Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik.

Namun, Kremlin sejak itu mengatakan bahwa dimulainya kembali pasokan gas ke Eropa sepenuhnya tergantung pada UE jika mencabut sanksi ekonominya terhadap Moskow.

"Saya pikir apa yang telah ditunjukkan oleh krisis energi ini adalah bahwa kita membutuhkan energi terbarukan dan transisi energi hijau lebih cepat dari sebelumnya," kata Deepa Venkateswaran, analis senior Utilitas Eropa di Bernstein, kepada "Squawk Box Europe" CNBC..

"Pada titik ini, energi terbarukan tidak pernah (sebanyak ini) lebih murah daripada harga grosir, yang didorong oleh harga gas dan bahan bakar fosil," tambahnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1871 seconds (0.1#10.140)