Menakar Seberapa Kuat Indonesia Menahan Ancaman Resesi Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat ancaman resesi global menggema, bagaimana peluang Indonesia untuk mampu bertahan. Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut dunia akan masuk jurang resesi pada 2023.
Adapun ketahanan ekonomi Indonesia dalam tren resesi global diyakini masih bisa bertahan. Head of Business Development PT. FAC Sekuritas Indonesia, Kenji Putera Tjahaja mengatakan, resesi itu dialami utamanya berdasarkan PHK, kenaikan harga bahan pokok, kenaikan harga pasokan energi dan kenaikan angka kemiskinan.
"Di sini yang saya mau highlight itu kenaikan harga pasokan energinya, dimana justru seperti kita tahu domestik kita kuat sekali untuk posisi bahan energi dan komoditas, saya rasa kita lagi bagus banget gitu," kata Kenji dalam segmen Market Buzz Power Breakfast, Kamis (6/10/2022).
Menurut Kenji, Indonesia diyakini berpeluang menahan resesi global, dalam arti kinerja pertumbuhan ekonomi domestik masih bagus sekali.
" Pertumbuhan ekonomi kita secara year on year tumbuh kurang lebih 5,44%, neraca perdagangan itu juga surplus 28 bulan berturut-turut, inflasi memang ada kenaikan dari target awal tapi terkendali," jelas Kenji.
Sehingga walaupun inflasi ada kenaikan, masih bisa terkendali jika dibandingkan dengan negara-negara regional Asia apalagi Eropa. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) juga Kenji rasa masih sangat wajar dan IHSG juga dilihat performanya secara regional khususnya Asia Pacific kita performance-nya bagus sekali.
Adapun sektor komoditas yang menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi global saat ini. Menurut Kenji, poin tersebut menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kinerja ekonomi bagi Indonesia sendiri.
Selain itu, kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara, lanjut Kenji, menjadi salah satu penyebab resesi global yang kemungkinan terjadi di 2023. Untuk pasar modal memang agak sensitif terhadap isu seperti ini.
"Tapi kita harus pertahankan, jadi utamanya yang ditakutkan negara atau pasar modal negara berkembang itu namanya capital outflow, itu jelas. Jadi apabila ada kenaikan suku bunga bank sentral, takutnya asing malah lebih investasi di negara maju dibandingkan negara berkembang, ancaman ril nya disitu," jelas Kenji.
Adapun ketahanan ekonomi Indonesia dalam tren resesi global diyakini masih bisa bertahan. Head of Business Development PT. FAC Sekuritas Indonesia, Kenji Putera Tjahaja mengatakan, resesi itu dialami utamanya berdasarkan PHK, kenaikan harga bahan pokok, kenaikan harga pasokan energi dan kenaikan angka kemiskinan.
"Di sini yang saya mau highlight itu kenaikan harga pasokan energinya, dimana justru seperti kita tahu domestik kita kuat sekali untuk posisi bahan energi dan komoditas, saya rasa kita lagi bagus banget gitu," kata Kenji dalam segmen Market Buzz Power Breakfast, Kamis (6/10/2022).
Menurut Kenji, Indonesia diyakini berpeluang menahan resesi global, dalam arti kinerja pertumbuhan ekonomi domestik masih bagus sekali.
" Pertumbuhan ekonomi kita secara year on year tumbuh kurang lebih 5,44%, neraca perdagangan itu juga surplus 28 bulan berturut-turut, inflasi memang ada kenaikan dari target awal tapi terkendali," jelas Kenji.
Sehingga walaupun inflasi ada kenaikan, masih bisa terkendali jika dibandingkan dengan negara-negara regional Asia apalagi Eropa. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) juga Kenji rasa masih sangat wajar dan IHSG juga dilihat performanya secara regional khususnya Asia Pacific kita performance-nya bagus sekali.
Adapun sektor komoditas yang menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi global saat ini. Menurut Kenji, poin tersebut menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kinerja ekonomi bagi Indonesia sendiri.
Selain itu, kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara, lanjut Kenji, menjadi salah satu penyebab resesi global yang kemungkinan terjadi di 2023. Untuk pasar modal memang agak sensitif terhadap isu seperti ini.
"Tapi kita harus pertahankan, jadi utamanya yang ditakutkan negara atau pasar modal negara berkembang itu namanya capital outflow, itu jelas. Jadi apabila ada kenaikan suku bunga bank sentral, takutnya asing malah lebih investasi di negara maju dibandingkan negara berkembang, ancaman ril nya disitu," jelas Kenji.
(akr)