Dirut PLN Sebut Impor BBM Indonesia Bisa Tembus Rp400 Triliun di 2030
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, impor minyak ataupun produk bahan bakar minyak ( BBM ) akan semakin besar. Kenaikan impor BBM itu mengingat ekonomi Indonesia yang tumbuh sekitar 5% per tahun.
Dia mengungkapkan konsumsi minyak saat ini sekitar 1,5 juta barel per hari. Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% per tahun, maka konsumsi di 2030 diproyeksi menjadi sekitar 2 juta barel per hari.
Sementara produksi minyak Indonesia saat ini sekitar 660 ribu barel per hari dan di tahun 2030 diproyeksi turun sampai 450 ribu barel per hari.
"Artinya, impor minyak kita, baik itu crude maupun produk (BBM) kita sudah mendekati Rp400 triliun," kata Darmawan dalam acara "Menapak Peta Jalan Pemanfaatan Kendaraan Listrik Nasional", dikutip Rabu (12/10/2022).
Darmawan mengutarakan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekitar Rp15.000 triliun. Dengan nilai impor Rp150 triliun maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1% dan jika impornya Rp300 triliun akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sekitar 2%.
"Makanya kalau impornya Rp400 triliun ya ada pertumbuhan ekonomi yang melambat," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, energi berbasis impor harus digantikan oleh energi domestik sehingga tidak menggerus pertumbuhan ekonomi. "Listrik kita domestik, batubara domestik, gas kita kontrak dari domestik semuanya, kemudian energi baru terbarukan juga domestik," katanya.
Dia mengungkapkan konsumsi minyak saat ini sekitar 1,5 juta barel per hari. Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% per tahun, maka konsumsi di 2030 diproyeksi menjadi sekitar 2 juta barel per hari.
Sementara produksi minyak Indonesia saat ini sekitar 660 ribu barel per hari dan di tahun 2030 diproyeksi turun sampai 450 ribu barel per hari.
"Artinya, impor minyak kita, baik itu crude maupun produk (BBM) kita sudah mendekati Rp400 triliun," kata Darmawan dalam acara "Menapak Peta Jalan Pemanfaatan Kendaraan Listrik Nasional", dikutip Rabu (12/10/2022).
Darmawan mengutarakan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekitar Rp15.000 triliun. Dengan nilai impor Rp150 triliun maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1% dan jika impornya Rp300 triliun akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sekitar 2%.
"Makanya kalau impornya Rp400 triliun ya ada pertumbuhan ekonomi yang melambat," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, energi berbasis impor harus digantikan oleh energi domestik sehingga tidak menggerus pertumbuhan ekonomi. "Listrik kita domestik, batubara domestik, gas kita kontrak dari domestik semuanya, kemudian energi baru terbarukan juga domestik," katanya.
(uka)