Tok! Bank Indonesia Kerek Suku Bunga Jadi 4,75%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia ( BI ) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps). Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) hari ini (20/10/2022) menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) naik menjadi 4,75%.
Suku bunga deposit facility juga naik sebesar 50 bps menjadi 4%, dan suku bunga lending facility naik 50 bps menjadi 5,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa kenaikan ini merupakan langkah front-loaded, preemptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting), serta memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3±1% lebih awal pada paruh pertama 2023.
"Keputusan ini dilakukan dalam rangka memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamental akibat kuatnya dolar AS (USD) dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," ujar Perry dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (20/10/2022).
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi global saat ini melambat, disertai dengan tekanan inflasi yang tinggi. Ketidakpastian pasar keuangan global pun meningkat. Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi ke bawah pun terjadi di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.
"Menguatnya dolar AS karena kenaikan Fed Fund Rate memberikan tekanan berupa pelemahan atau depresiasi mata uang negara-negara emerging," ungkap Perry.
Dia menyampaikan, BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional.
Suku bunga deposit facility juga naik sebesar 50 bps menjadi 4%, dan suku bunga lending facility naik 50 bps menjadi 5,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa kenaikan ini merupakan langkah front-loaded, preemptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting), serta memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3±1% lebih awal pada paruh pertama 2023.
"Keputusan ini dilakukan dalam rangka memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamental akibat kuatnya dolar AS (USD) dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," ujar Perry dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (20/10/2022).
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi global saat ini melambat, disertai dengan tekanan inflasi yang tinggi. Ketidakpastian pasar keuangan global pun meningkat. Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi ke bawah pun terjadi di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.
"Menguatnya dolar AS karena kenaikan Fed Fund Rate memberikan tekanan berupa pelemahan atau depresiasi mata uang negara-negara emerging," ungkap Perry.
Dia menyampaikan, BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional.
(uka)