Industri Berat Eropa Mulai Menjerit Dihantam Krisis Energi
loading...
A
A
A
PARIS - Produsen logam, bahan kimia dan gas menyampaikan, bahwa prospek di penghujung tahun 2022 ini telah memburuk, seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa lonjakan biaya energi dan bahan baku akan mengecilkan industri berat Eropa .
Perusahaan gas industri Prancis, Air Liquide mengalami melambatnya permintaan dari beberapa pelanggan di Eropa. Sementara itu pembuat baja asal Swedia, SSAB mengatakan, bakal memangkas kapasitas pada kuartal keempat karena permintaan di Eropa menyusut. Kondisi tersebut sudah menggerussektor konstruksi hingga akhir September.
Selanjutnya produsen bahan kimia Jerman, Covestro menurunkan, proyeksi pendapatan di tahun 2022 untuk ketiga kalinya tahun ini, dimana mereka menyalahkan adanya lonjakan harga gas dan bahan baku.
Perusahaan yang memiliki produk utamanya termasuk di antaranya bahan kimia busa pada kasur, kursi mobil, dan insulasi untuk bangunan, mengutarakan hanya mampu mengimbangi sebagian dari kenaikan biaya melalui harga yang lebih tinggi.
Harga gas di Eropa telah mereda saat cuaca bulan Oktober yang luar biasa hangat dan proyeksi musim dingin yang ringan.
Tetapi benua biru -julukan Eropa- telah membayar lima kali lebih banyak untuk gasnya daripada Amerika Serikat, menimbulkan kekhawatiran bahwa kawasan itu harus berjuang untuk bisa bersaing di pasar global dalam jangka panjang.
"Musim dingin yang ringan saja, tidak bisa menyelamatkan Eropa. Pertumbuhan melambat, Bank Sentral Eropa (ECB) memperketat kebijakan, sementara mata uang tetap lemah," kata Analis senior di Swissquote Bank, Ipek Ozkardeskaya.
BASF, perusahaan bahan kimia terbesar di dunia, telah mengurangi produksi amonia, pupuk nitrogen, dan input untuk pembuatan plastik dan cairan knalpot diesel. Group besar itu sangat bergantung pada gas alam, dan membeli dari luar Eropa, di mana harganya lebih rendah.
Data terbaru juga menyoroti dampaknya. Aktivitas manufaktur zona euro bulan ini mencapai level terlemah sejak Mei 2020.
Prospek manufaktur yang optimis berbeda dengan perusahaan makanan dan produk konsumen, termasuk Nestle dan Procter & Gamble, yang telah menaikkan harga barang mulai dari kopi Nescafe hingga pisau cukur Gillette.
Berlomba Lakukan Penghematan
Perusahaan di seluruh Eropa sedang berlomba untuk mengurangi penggunaan energi mereka menjelang musim dingin ketika permintaan meningkat. Misalnya, Covestro mengatakan, pada hari Selasa bahwa mereka menggunakan sensor digital untuk memantau perangkap uapnya, yang berarti menggunakan uap seefisien mungkin dalam produksi.
Perusahaan kimia termasuk yang paling terpukul oleh krisis energi, karena mereka menggunakan gas sebagai bahan baku untuk produksi dan sebagai sumber energi.
Perusahaan mesin asal Swedia, Alfa Laval baru saja meluncurkan dorongan pemotongan biaya yang dapat mempengaruhi sekitar sepersepuluh dari tenaga kerjanya, setelah melemahnya pasar kapal tanker dan kenaikan biaya telah menghantam bisnis kelautannya.
Mercedes-Benz juga telah menetapkan langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi gas hingga 50%, tetapi belum melakukan pemotongan lebih dari 10%. Lain lagi dengan Volkswagen yang telah mengeksplorasi langkah-langkah jangka pendek seperti menyimpan suku cadang di kapal dan kereta api dan dalam jangka menengah, beralih ke pemasok di luar negeri.
Perusahaan gas industri Prancis, Air Liquide mengalami melambatnya permintaan dari beberapa pelanggan di Eropa. Sementara itu pembuat baja asal Swedia, SSAB mengatakan, bakal memangkas kapasitas pada kuartal keempat karena permintaan di Eropa menyusut. Kondisi tersebut sudah menggerussektor konstruksi hingga akhir September.
Selanjutnya produsen bahan kimia Jerman, Covestro menurunkan, proyeksi pendapatan di tahun 2022 untuk ketiga kalinya tahun ini, dimana mereka menyalahkan adanya lonjakan harga gas dan bahan baku.
Perusahaan yang memiliki produk utamanya termasuk di antaranya bahan kimia busa pada kasur, kursi mobil, dan insulasi untuk bangunan, mengutarakan hanya mampu mengimbangi sebagian dari kenaikan biaya melalui harga yang lebih tinggi.
Harga gas di Eropa telah mereda saat cuaca bulan Oktober yang luar biasa hangat dan proyeksi musim dingin yang ringan.
Tetapi benua biru -julukan Eropa- telah membayar lima kali lebih banyak untuk gasnya daripada Amerika Serikat, menimbulkan kekhawatiran bahwa kawasan itu harus berjuang untuk bisa bersaing di pasar global dalam jangka panjang.
"Musim dingin yang ringan saja, tidak bisa menyelamatkan Eropa. Pertumbuhan melambat, Bank Sentral Eropa (ECB) memperketat kebijakan, sementara mata uang tetap lemah," kata Analis senior di Swissquote Bank, Ipek Ozkardeskaya.
BASF, perusahaan bahan kimia terbesar di dunia, telah mengurangi produksi amonia, pupuk nitrogen, dan input untuk pembuatan plastik dan cairan knalpot diesel. Group besar itu sangat bergantung pada gas alam, dan membeli dari luar Eropa, di mana harganya lebih rendah.
Data terbaru juga menyoroti dampaknya. Aktivitas manufaktur zona euro bulan ini mencapai level terlemah sejak Mei 2020.
Prospek manufaktur yang optimis berbeda dengan perusahaan makanan dan produk konsumen, termasuk Nestle dan Procter & Gamble, yang telah menaikkan harga barang mulai dari kopi Nescafe hingga pisau cukur Gillette.
Berlomba Lakukan Penghematan
Perusahaan di seluruh Eropa sedang berlomba untuk mengurangi penggunaan energi mereka menjelang musim dingin ketika permintaan meningkat. Misalnya, Covestro mengatakan, pada hari Selasa bahwa mereka menggunakan sensor digital untuk memantau perangkap uapnya, yang berarti menggunakan uap seefisien mungkin dalam produksi.
Perusahaan kimia termasuk yang paling terpukul oleh krisis energi, karena mereka menggunakan gas sebagai bahan baku untuk produksi dan sebagai sumber energi.
Perusahaan mesin asal Swedia, Alfa Laval baru saja meluncurkan dorongan pemotongan biaya yang dapat mempengaruhi sekitar sepersepuluh dari tenaga kerjanya, setelah melemahnya pasar kapal tanker dan kenaikan biaya telah menghantam bisnis kelautannya.
Mercedes-Benz juga telah menetapkan langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi gas hingga 50%, tetapi belum melakukan pemotongan lebih dari 10%. Lain lagi dengan Volkswagen yang telah mengeksplorasi langkah-langkah jangka pendek seperti menyimpan suku cadang di kapal dan kereta api dan dalam jangka menengah, beralih ke pemasok di luar negeri.
(akr)