Kopi Luwak Pertama di Kaltim Siap Menerobos Pasar
loading...
A
A
A
PRANGAT BARU - Dari secangkir kopi, Rindoni menyadarkan warga di Prangat Baru, Marangkayu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mengelola Kopi Luwak asli daerah demi kemajuan bersama. Tak cukup digugah dengan cerita semata tapi harus diberikan bukti kemudian dibimbing langsung untuk mengelola secara profesional.
Langkah tersebut penting untuk meningkatkan kualitas dari biji kopi agar bisa menembus pasar. Pedoman inilah yang dipegang teguh oleh Rindoni ketika mengajak warga setempat yang sebagian besar transmigran budidaya kopi. Pria usia 57 tahun transmigran asal Lamongan, Jawa Timur ini merintis usaha sejak 1997 silam.
Budidaya bibit kopi digeluti lebih serius setelah Rindoni mendapatkan dukungan dari Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). Rindoni kemudian mengajak warga setempat lebih serius mengembangkan kelompok petani kopi di desanya dengan membentuk Kelompok Tani Kampung Kopi Luwak. Kelompok tani tersebut menghasilkan kopi dari hasil panen hewan luwak dari bibit liberika.
Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 34 orang. Sejak 2021 lalu, anggota kelompok tani tersebut menanam 4.070 bibit kopi liberika seluas 4 hektare (ha) di lahan milik 15 anggota. Satu pohon kopi menghasilkan 1 kilogram (kg) kopi setiap tahun yang sudah disangrai dengan harga jual per 100 ons mencapai Rp 800.000.
"Kami yakin kampung kopi mampu menjadi produsen kopi yang khas Kalimantan, apabila kopi ini di kelola dengan cara yang baik dan benar akan mendatangkan keseJahteraan bagi para petani," kata Ketua Kelompok Tani Kapak Prabu Rindoni saat ditemui SINDOnews, di Kampung Kopi Luwak, Prangat Baru, Marangkayu, Kukar, Kaltim, baru-baru ini.
Dari merawat kopI, Rindoni berhasil mengantarkan ketiga anaknya untuk meraih gelar sarjana. Berbekal pengalaman yang dimiliki konsisten menghasilkan Kopi Luwak pertama di pulau Borneo. Rindoni optimistis kopi yang dihasilkannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
PHKT banyak membantu mulai dari menanam bibit, pemberian pupuk, hingga peningkatan skill roasting hingga jadi barista, pengemasan hingga pemasaran produk. Ia pun berharap kopi berjuluk Kapak Prabu bisa dipasarkan secara digital sehingga bisa menembus pasar lebih luas. "Kami telah mengirim kopi hasil panen ke Jawa dan Sumatra tapi jumlahnya masih beberapa kilo saja," kata dia.
Kepala Desa Prangat Baru Fitriati mengungkapkan bahwa semula petani kopi di desa ini adalah petani karet. Namun, lantaran harga karet turun karena ditentukan oleh tengkulak membuat petani menjadi makin sengsara. "Harga karet turun menjadi Rp 4.000 per kg dari semula mencapai Rp 14.000 per kg. Harapannya, program kopi ini bisa memberikan nilai tambah," jelasnya.
Firtiati bersama PHKT terus berkomitmen mendukung budidaya kopi di desanya. PHKT telah siap melakukan pendampingan selama 5 tahun. Sinergi tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian khususnya di wilayah tersebut. "Kami yakin potensi kopi tidak pernah turun. Harapan kami, siapapun yang datang hatinya senang," tuturnya.
Superintendant Production Movement Zona 10 PHKT Dobu Field Indra Bayu mengatakan Kopi Luwak Kapak Prabu berhasil meraih proper emas. Hal itu selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang di canangkan Pertamina. "Program ini sifatnya untuk membantu memberdayakan ekonomi masyarakat. Harapannya, berhasil secara keberlajutan," tutur Indra.
Lihat Juga: Direnovasi, Stadion Utama Kaltim Diharapkan Jadi Fasilitas Olahraga Bertaraf Internasional
Langkah tersebut penting untuk meningkatkan kualitas dari biji kopi agar bisa menembus pasar. Pedoman inilah yang dipegang teguh oleh Rindoni ketika mengajak warga setempat yang sebagian besar transmigran budidaya kopi. Pria usia 57 tahun transmigran asal Lamongan, Jawa Timur ini merintis usaha sejak 1997 silam.
Budidaya bibit kopi digeluti lebih serius setelah Rindoni mendapatkan dukungan dari Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). Rindoni kemudian mengajak warga setempat lebih serius mengembangkan kelompok petani kopi di desanya dengan membentuk Kelompok Tani Kampung Kopi Luwak. Kelompok tani tersebut menghasilkan kopi dari hasil panen hewan luwak dari bibit liberika.
Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 34 orang. Sejak 2021 lalu, anggota kelompok tani tersebut menanam 4.070 bibit kopi liberika seluas 4 hektare (ha) di lahan milik 15 anggota. Satu pohon kopi menghasilkan 1 kilogram (kg) kopi setiap tahun yang sudah disangrai dengan harga jual per 100 ons mencapai Rp 800.000.
"Kami yakin kampung kopi mampu menjadi produsen kopi yang khas Kalimantan, apabila kopi ini di kelola dengan cara yang baik dan benar akan mendatangkan keseJahteraan bagi para petani," kata Ketua Kelompok Tani Kapak Prabu Rindoni saat ditemui SINDOnews, di Kampung Kopi Luwak, Prangat Baru, Marangkayu, Kukar, Kaltim, baru-baru ini.
Dari merawat kopI, Rindoni berhasil mengantarkan ketiga anaknya untuk meraih gelar sarjana. Berbekal pengalaman yang dimiliki konsisten menghasilkan Kopi Luwak pertama di pulau Borneo. Rindoni optimistis kopi yang dihasilkannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
PHKT banyak membantu mulai dari menanam bibit, pemberian pupuk, hingga peningkatan skill roasting hingga jadi barista, pengemasan hingga pemasaran produk. Ia pun berharap kopi berjuluk Kapak Prabu bisa dipasarkan secara digital sehingga bisa menembus pasar lebih luas. "Kami telah mengirim kopi hasil panen ke Jawa dan Sumatra tapi jumlahnya masih beberapa kilo saja," kata dia.
Kepala Desa Prangat Baru Fitriati mengungkapkan bahwa semula petani kopi di desa ini adalah petani karet. Namun, lantaran harga karet turun karena ditentukan oleh tengkulak membuat petani menjadi makin sengsara. "Harga karet turun menjadi Rp 4.000 per kg dari semula mencapai Rp 14.000 per kg. Harapannya, program kopi ini bisa memberikan nilai tambah," jelasnya.
Firtiati bersama PHKT terus berkomitmen mendukung budidaya kopi di desanya. PHKT telah siap melakukan pendampingan selama 5 tahun. Sinergi tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian khususnya di wilayah tersebut. "Kami yakin potensi kopi tidak pernah turun. Harapan kami, siapapun yang datang hatinya senang," tuturnya.
Superintendant Production Movement Zona 10 PHKT Dobu Field Indra Bayu mengatakan Kopi Luwak Kapak Prabu berhasil meraih proper emas. Hal itu selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang di canangkan Pertamina. "Program ini sifatnya untuk membantu memberdayakan ekonomi masyarakat. Harapannya, berhasil secara keberlajutan," tutur Indra.
Lihat Juga: Direnovasi, Stadion Utama Kaltim Diharapkan Jadi Fasilitas Olahraga Bertaraf Internasional
(nng)