Mengapa Apple Menaikkan Harga iPhone 14? Tetapi Tidak di AS dan China

Selasa, 08 November 2022 - 13:44 WIB
loading...
A A A
"Hembusan valuta asing lebih dari 600 basis poin untuk kuartal ini," kata Cook kepada Steve Kovach dari CNBC. "Jadi itu signifikan. Kami akan tumbuh dalam dua digit tanpa angin valuta asing."

Pertukaran mata uang asing adalah "faktor yang sangat signifikan yang mempengaruhi hasil kami, baik pendapatan maupun margin kotor," kata Maestri.

Apple melakukan lindung nilai terhadap eksposur mata uangnya "di sebanyak mungkin tempat di seluruh dunia," katanya, tetapi perlindungan semacam itu mulai berkurang karena perusahaan perlu terus membeli kontrak baru.

Tetapi Apple juga memeriksa lanskap valuta asing ketika meluncurkan produk baru, kata Maestri, yang menyebabkan kenaikan harga terbaru ini.

"Dalam beberapa kasus, misalnya, pelanggan di pasar internasional harus ... melihat beberapa kenaikan harga ketika kami meluncurkan produk baru," katanya. "Dan sayangnya itulah situasi yang kita hadapi saat ini dengan dolar yang kuat."

Sementara fluktuasi mata uang baru-baru ini versus dolar AS menyebabkan beberapa pembeli internasional membayar lebih mahal untuk iPhone, ada beberapa contoh di mana Apple malah menyerap biaya tersebut.

Pada tahun 2019, ketika dolar AS juga mengalami kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya, Apple menyesuaikan harga di beberapa pasar dan mengatur ulang seperti yang terjadi pada mata uang setahun sebelumnya.

Namun, alasan Apple melakukan itu adalah karena penurunan penjualan sebagai akibat dari kenaikan harga. Misalnya, di Turki, di mana mata uang Lira telah jatuh 33% terhadap dolar pada tahun 2019, penjualan Apple turun USD700 juta.

"Kami telah memutuskan untuk kembali ke (harga iPhone) yang lebih sepadan dengan harga lokal kami setahun yang lalu, dengan harapan dapat membantu penjualan di daerah-daerah itu," kata Cook kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada saat itu.

Namun pada 2022, Apple mengatakan belum melihat penurunan permintaan di pasar tersebut. Maestri mencatat bahwa mereka melihat pertumbuhan dua digit di India, Indonesia, Meksiko, Vietnam, dan negara-negara lain.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1862 seconds (0.1#10.140)