Peneliti Celios: Open Banking, Masa Depan Perbankan dan UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, open banking merupakan masa depan perbankan dan UMKM di era digitalisasi saat ini. Menurutnya, strategi digital juga cocok dengan kondisi Indonesia dengan jumlah unbanked yang masih terbilang tinggi.
"Open banking memecahkan sejumlah masalah yang saat ini dihadapi perbankan. Dengan membentuk ekosistem pembayaran digital, bank bersama mitra dapat meningkatkan transaksi digital, menggaet nasabah baru, dan efisien dari sisi operasional," ungkap Bhima di Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Untuk bank-bank dikategori KBMI 1 dan 2, lanjut Bhima, open banking mendorong efisiensi dari sisi operasional perbankan. Karena transformasi digital bukan merupakan langkah korporasi yang berbiaya murah.
“Keberadaan open banking ini mendamaikan bank dan fintech, tidak lagi ada kompetisi antara perbankan dan fintech. Yang terjadi justru kolaborasi yang meluas antara keduanya, yang memberikan nilai tambah bagi nasabah dan win win solution untuk keduanya," ujarnya.
Menurut dia, open banking juga menyelesaikan permasalahan gap infrastruktur. Pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi terutama oleh infrastruktur. Namun, infrastruktur digital belum merata.
"Masih ada gap antara Jawa dan luar Jawa, terutama pedesaan. Hadirnya open banking dan daya jelajah fintech menyebabkan bank dapat memberikan layanan keuangan hingga ke pelosok," ungkapnya..
Di sisi lain, lanjut dia, open banking juga membuka kerja sama lebih luas dengan pemain ritel tradisional, yang notabene adalah pelaku UMKM.
"Hingga kini, pemain ritel tradisional seperti warung dan pasar tradisional masih lambat dalam mengadopsi pembayaran digital. Sementara ritel dan pasar tradisional menguasai lebih dari 75 persen total transaksi ritel nasional," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, perubahan lanskap pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor.
Pertama, kemajuan teknologi memungkinkan perbankan dapat mempersilahkan mitra potensial untuk berinovasi dengan sistem layanan perbankan digital yang tersedia.
Kedua, perilaku dan keinginan nasabah yang berubah mendorong kompetisi layanan perbankan digital untuk nasabah tersebut sesuai dengan tren saat ini.
Berkat penetrasi telepon pintar di Indonesia, kedua faktor tersebut mendorong sejumlah institusi keuangan, baik perbankan maupun Fintech menyediakan layanan digital bagi nasabah dan terus melakukan inovasi sesuai dengan kebutuhan.
Henky mengatakan, pihaknya telah melakukan pengembangan layanan open banking API (application programming interface) yang memungkinkan Bank Sampoerna dapat berintegrasi dengan inovasi layanan pembayaran milik mitra strategis sesuai standar BSPI 2025.
"Kolaborasi antara Bank Sampoerna dan mitra strategis tersebut sangat penting untuk memberikan akses perbankan bagi para nasabah individu maupun UMKM, termasuk yang masih unbanked," tukasnya.
Dengan kolaborasi tersebut, pihaknya berharap dapat memaksimalkan penetrasi pasar dan bisnis untuk layanan keuangan yang lebih terukur serta memaksimalkan bisnis dalam ekosistem keuangan antara Bank Sampoerna dan mitra perusahaan Fintech.
Dia mengakui bahwa open banking memungkinkan adanya layanan perbankan yang lebih variatif, efektif, efisien, sesuai kebutuhan dan tren saat ini.
Jadi, tidak dapat dipungkiri open banking memberikan dampak pertumbuhan positif atas jumlah nasabah dan penghasilan baru dari pengguna aplikasi para mitra strategis.
"Kerja sama ini memberikan prospek yang menjanjikan di masa depan bagi perbankan dan membawa nilai tambah bagi nasabah, termasuk untuk untuk UMKM di Tanah Air,” tutupnya.
"Open banking memecahkan sejumlah masalah yang saat ini dihadapi perbankan. Dengan membentuk ekosistem pembayaran digital, bank bersama mitra dapat meningkatkan transaksi digital, menggaet nasabah baru, dan efisien dari sisi operasional," ungkap Bhima di Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Untuk bank-bank dikategori KBMI 1 dan 2, lanjut Bhima, open banking mendorong efisiensi dari sisi operasional perbankan. Karena transformasi digital bukan merupakan langkah korporasi yang berbiaya murah.
“Keberadaan open banking ini mendamaikan bank dan fintech, tidak lagi ada kompetisi antara perbankan dan fintech. Yang terjadi justru kolaborasi yang meluas antara keduanya, yang memberikan nilai tambah bagi nasabah dan win win solution untuk keduanya," ujarnya.
Menurut dia, open banking juga menyelesaikan permasalahan gap infrastruktur. Pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi terutama oleh infrastruktur. Namun, infrastruktur digital belum merata.
"Masih ada gap antara Jawa dan luar Jawa, terutama pedesaan. Hadirnya open banking dan daya jelajah fintech menyebabkan bank dapat memberikan layanan keuangan hingga ke pelosok," ungkapnya..
Di sisi lain, lanjut dia, open banking juga membuka kerja sama lebih luas dengan pemain ritel tradisional, yang notabene adalah pelaku UMKM.
"Hingga kini, pemain ritel tradisional seperti warung dan pasar tradisional masih lambat dalam mengadopsi pembayaran digital. Sementara ritel dan pasar tradisional menguasai lebih dari 75 persen total transaksi ritel nasional," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, perubahan lanskap pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor.
Pertama, kemajuan teknologi memungkinkan perbankan dapat mempersilahkan mitra potensial untuk berinovasi dengan sistem layanan perbankan digital yang tersedia.
Kedua, perilaku dan keinginan nasabah yang berubah mendorong kompetisi layanan perbankan digital untuk nasabah tersebut sesuai dengan tren saat ini.
Berkat penetrasi telepon pintar di Indonesia, kedua faktor tersebut mendorong sejumlah institusi keuangan, baik perbankan maupun Fintech menyediakan layanan digital bagi nasabah dan terus melakukan inovasi sesuai dengan kebutuhan.
Henky mengatakan, pihaknya telah melakukan pengembangan layanan open banking API (application programming interface) yang memungkinkan Bank Sampoerna dapat berintegrasi dengan inovasi layanan pembayaran milik mitra strategis sesuai standar BSPI 2025.
"Kolaborasi antara Bank Sampoerna dan mitra strategis tersebut sangat penting untuk memberikan akses perbankan bagi para nasabah individu maupun UMKM, termasuk yang masih unbanked," tukasnya.
Dengan kolaborasi tersebut, pihaknya berharap dapat memaksimalkan penetrasi pasar dan bisnis untuk layanan keuangan yang lebih terukur serta memaksimalkan bisnis dalam ekosistem keuangan antara Bank Sampoerna dan mitra perusahaan Fintech.
Dia mengakui bahwa open banking memungkinkan adanya layanan perbankan yang lebih variatif, efektif, efisien, sesuai kebutuhan dan tren saat ini.
Jadi, tidak dapat dipungkiri open banking memberikan dampak pertumbuhan positif atas jumlah nasabah dan penghasilan baru dari pengguna aplikasi para mitra strategis.
"Kerja sama ini memberikan prospek yang menjanjikan di masa depan bagi perbankan dan membawa nilai tambah bagi nasabah, termasuk untuk untuk UMKM di Tanah Air,” tutupnya.
(don)