Di Forum G20, Prabowo Sebut Krisis Pangan Jadi Ancaman Kemanusiaan
loading...
A
A
A
NUSA DUA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan bahwa krisis pangan telah menjadi ancaman nyata terhadap kemanusiaan. Hal itu diperparah dengan permasalahan lain seperti ancaman perubahan iklim yang kian nyata di tengah lonjakan populasi.
"Suka atau tidak suka, kita menghadapi isu ledakan populasi. Mungkin ini (isu) sensitif, ada bagian dari elit global yang masih sangat berpengaruh, dan bahkan di negara kami, yang tidak suka berbicara soal ledakan populasi. Tetapi, jika kita adalah pemimpin yang sesungguhnya, kadang pemimpin harus mengatakan hal yang tidak mengenakkan, dan ini menjadi sebuah dilema atau paradoks, khususnya bagi para politisi yang ingin terpilih," tegas Prabowo dalam Global Food Security Forum G20 Day 2 di Nusa Dua, Bali, Minggu (12/11/2022).
Dia mengatakan, beruntungnya pemilu dan pemilihan Presiden di Indonesia masih lumayan jauh di masa depan. Hal ini kemudian menjadi dilema bagi orang-orang yang memegang posisi kepemimpinan. Misal, jika mereka mengingatkan soal bahaya yang akan datang, mereka akan dituduh menjadi pesimistis.
"Presiden saya, Presiden Jokowi tahun ini sendiri mungkin sudah berbicara lebih dari 25 kali di publik, mengingatkan orang-orang Indonesia bahwa kita menghadapi masa-masa sulit, tahun depan akan menjadi sangat sulit, dan ada orang-orang yang menuduh beliau menyebarkan pesimisme," ungkap Prabowo.
Prabowo menyampaikan bahwa segelintir orang memang tidak bisa menerima betapa dibutuhkannya cara penanganan isu ledakan populasi. Terlebih di Indonesia, kenaikan populasinya mencapai 1,9% per tahunnya.
"Ini berarti 5 juta bayi yang lahir tiap tahunnya, 5 juta mulut baru untuk diberi makan, 5 juta setara penduduk Singapura. Setiap tahun, di Indonesia, ada 'Singapura' baru, setiap 10 tahun berarti akan ada 'Malaysia' baru," ucapnya.
Dia menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia adalah orang-orang yang senang berbahagia, karena dalam menyikapi masa sulit, mereka cenderung tertawa. Bahkan, kadang mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi kedepannya.
"Pemerintah mana, ahli mana yang berpikir bahwa memberi makan tambahan 5 juta orang baru ini sebagai tantangan yang normal dan mudah? Menjadi Presiden Indonesia berarti memikirkan soal ini, dan kalau memang mau menjadi Presiden, mungkin harus konsultasi terlebih dahulu dengan psychoanalist-nya," canda Prabowo.
Dia menyampaikan bahwa tantangan pemerintah Indonesia ke depannya bukanlah ancaman yang mudah, tapi bukan berarti itu harus menjadi sesuatu yang harus ditakuti. Sebagai mantan tentara, Prabowo menyampaikan bahwa mantan-mantan tentara di Indonesia tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah pudar.
"Tetapi kalau dipanggil Tuhan ya itu berbeda lagi. Hanya saja, saya menekankan bahwa ini adalah isu yang ada di depan mata kita, 5 juta lapangan pekerjaan, 5 juta tempat baru di sekolah, rumah sakit. Ini adalah dimensi dari tantangan kami," tandas Prabowo.
"Suka atau tidak suka, kita menghadapi isu ledakan populasi. Mungkin ini (isu) sensitif, ada bagian dari elit global yang masih sangat berpengaruh, dan bahkan di negara kami, yang tidak suka berbicara soal ledakan populasi. Tetapi, jika kita adalah pemimpin yang sesungguhnya, kadang pemimpin harus mengatakan hal yang tidak mengenakkan, dan ini menjadi sebuah dilema atau paradoks, khususnya bagi para politisi yang ingin terpilih," tegas Prabowo dalam Global Food Security Forum G20 Day 2 di Nusa Dua, Bali, Minggu (12/11/2022).
Dia mengatakan, beruntungnya pemilu dan pemilihan Presiden di Indonesia masih lumayan jauh di masa depan. Hal ini kemudian menjadi dilema bagi orang-orang yang memegang posisi kepemimpinan. Misal, jika mereka mengingatkan soal bahaya yang akan datang, mereka akan dituduh menjadi pesimistis.
"Presiden saya, Presiden Jokowi tahun ini sendiri mungkin sudah berbicara lebih dari 25 kali di publik, mengingatkan orang-orang Indonesia bahwa kita menghadapi masa-masa sulit, tahun depan akan menjadi sangat sulit, dan ada orang-orang yang menuduh beliau menyebarkan pesimisme," ungkap Prabowo.
Prabowo menyampaikan bahwa segelintir orang memang tidak bisa menerima betapa dibutuhkannya cara penanganan isu ledakan populasi. Terlebih di Indonesia, kenaikan populasinya mencapai 1,9% per tahunnya.
"Ini berarti 5 juta bayi yang lahir tiap tahunnya, 5 juta mulut baru untuk diberi makan, 5 juta setara penduduk Singapura. Setiap tahun, di Indonesia, ada 'Singapura' baru, setiap 10 tahun berarti akan ada 'Malaysia' baru," ucapnya.
Dia menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia adalah orang-orang yang senang berbahagia, karena dalam menyikapi masa sulit, mereka cenderung tertawa. Bahkan, kadang mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi kedepannya.
"Pemerintah mana, ahli mana yang berpikir bahwa memberi makan tambahan 5 juta orang baru ini sebagai tantangan yang normal dan mudah? Menjadi Presiden Indonesia berarti memikirkan soal ini, dan kalau memang mau menjadi Presiden, mungkin harus konsultasi terlebih dahulu dengan psychoanalist-nya," canda Prabowo.
Dia menyampaikan bahwa tantangan pemerintah Indonesia ke depannya bukanlah ancaman yang mudah, tapi bukan berarti itu harus menjadi sesuatu yang harus ditakuti. Sebagai mantan tentara, Prabowo menyampaikan bahwa mantan-mantan tentara di Indonesia tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah pudar.
"Tetapi kalau dipanggil Tuhan ya itu berbeda lagi. Hanya saja, saya menekankan bahwa ini adalah isu yang ada di depan mata kita, 5 juta lapangan pekerjaan, 5 juta tempat baru di sekolah, rumah sakit. Ini adalah dimensi dari tantangan kami," tandas Prabowo.
(nng)