Produksi Beras Nasional Dijamin Aman, Bakal Ada Tambahan 6 Juta Ton
loading...
A
A
A
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, saat ini CBP menipis. Itu terjadi karena prouksi padi terbatas dan harga jual tinggi.
Budi Waseso mengaku kesulitan membeli beras atau gabah di tingkat produsen karena keterbatasan pasokan di tingkat penggilingan maupun petani. Bulog, kata Budi, telah mengumpulkan para mitra pengusaha penggilingan padi dan telah membuat perjanjian untuk bisa menyerap 500 ribu ton beras hingga Desember 2022.
Namun, kata dia, hingga 16 November 2022, Bulog baru bisa menyerap 92 ribu ton karena sudah tidak ada stok beras di tingkat penggilingan padi. Imbasnya, kata Budi Waseso, CBP saat ini di gudang Bulog hanya 651 ribu ton, jauh dari target pemerintah sebanyak 1,2 juta ton.
Berdasarkan hasil survei cadangan beras nasional oleh Badan Pusat Statistik, Kementan, dan Badan Pangan Nasional, jelas Ismail, stok beras per akhir Juni 2022 mencapai 9,71 juta ton. Sebanyak 67,94% berada di rumah tangga, Bulog 11,40%, pedagang 10,67%, penggilingan 7,15%, serta horeka (hotel, restoran, dan katering) dan industri 2,84%.
Ismail menceritakan, beberapa waktu lalu ia mendapat pertanyaan dari produsen beras di Jawa Tengah. Intinya, mempertanyakan kepastian Bulog untuk menyerap beras mereka. Beras tersebut, kata dia, sudah ditahan untuk tidak dijual.
"Mereka tanya, Bulog jadi beli beras mereka atau tidak, karena mereka masih menahan stoknya untuk tidak dijual. Lalu kami sampaikan pada mereka untuk tanyakan pada Pinwil (Pimpinan Wilayah) Bulog setempat. Kalau tidak mau dibeli, ya sudah dilepas saja," jelas Ismail.
Sambung Ismail memastikan, produksi beras nasional hingga akhir Desember 2022 cukup. Ini didasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) oleh BPS. Data ini telah dievaluasi oleh tim ahli statistik.
Bahkan, kata Ismail, stok beras di Jawa Barat meningkat tajam hingga membuat pemasok beras asal Jawa Tengah ditolak masuk ke pasar Jawa Barat, terutama ke Kabupaten Karawang.
Budi Waseso mengaku kesulitan membeli beras atau gabah di tingkat produsen karena keterbatasan pasokan di tingkat penggilingan maupun petani. Bulog, kata Budi, telah mengumpulkan para mitra pengusaha penggilingan padi dan telah membuat perjanjian untuk bisa menyerap 500 ribu ton beras hingga Desember 2022.
Namun, kata dia, hingga 16 November 2022, Bulog baru bisa menyerap 92 ribu ton karena sudah tidak ada stok beras di tingkat penggilingan padi. Imbasnya, kata Budi Waseso, CBP saat ini di gudang Bulog hanya 651 ribu ton, jauh dari target pemerintah sebanyak 1,2 juta ton.
Berdasarkan hasil survei cadangan beras nasional oleh Badan Pusat Statistik, Kementan, dan Badan Pangan Nasional, jelas Ismail, stok beras per akhir Juni 2022 mencapai 9,71 juta ton. Sebanyak 67,94% berada di rumah tangga, Bulog 11,40%, pedagang 10,67%, penggilingan 7,15%, serta horeka (hotel, restoran, dan katering) dan industri 2,84%.
Ismail menceritakan, beberapa waktu lalu ia mendapat pertanyaan dari produsen beras di Jawa Tengah. Intinya, mempertanyakan kepastian Bulog untuk menyerap beras mereka. Beras tersebut, kata dia, sudah ditahan untuk tidak dijual.
"Mereka tanya, Bulog jadi beli beras mereka atau tidak, karena mereka masih menahan stoknya untuk tidak dijual. Lalu kami sampaikan pada mereka untuk tanyakan pada Pinwil (Pimpinan Wilayah) Bulog setempat. Kalau tidak mau dibeli, ya sudah dilepas saja," jelas Ismail.
Sambung Ismail memastikan, produksi beras nasional hingga akhir Desember 2022 cukup. Ini didasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) oleh BPS. Data ini telah dievaluasi oleh tim ahli statistik.
Bahkan, kata Ismail, stok beras di Jawa Barat meningkat tajam hingga membuat pemasok beras asal Jawa Tengah ditolak masuk ke pasar Jawa Barat, terutama ke Kabupaten Karawang.
(akr)