Defisit Rp169,5 Triliun, Sri Mulyani Pastikan Kondisi APBN Tetap Sehat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini dalam kondisi sehat meskipun pada bulan lalu mengalami defisit.
Hal ini terlihat dari indikator Ekonomi dan APBN Indonesia hingga akhir Oktober 2022 menunjukkan kegiatan ekonomi yang pulih secara kuat dan cukup impresif.
Pada kuartal III (Q3) 2022, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan 5,7% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sejak Q4 2021 hingga kurun waktu tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada setiap kuartal konsisten berada di angka sekitar 5%.
"Dengan demikian, perekonomian Indonesia secara kumulatif sejak Q1-Q3 2022 berada 6,6% di atas level pra-pandemi (2019)," papar Sri melalui akun Instagramnya @smindrawati di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Hingga akhir Oktober 2022, dia menilai kinerja APBN masih sangat baik. Realisasi Belanja Negara tetap disiplin, mencapai Rp2.351,1 triliun (75,7% dari pagu), tumbuh 14,2% (yoy). Penerimaan juga cukup baik, yaitu mencapai Rp2.181,6 triliun atau 96,3% dari target, masih tumbuh kuat 44,5% (yoy).
Setelah mengalami surplus 9 bulan berturut-turut, pada bulan Oktober APBN mulai mencatatkan defisit Rp169,5 triliun atau 0,91% terhadap PDB. Menurut Sri, jumlah ini masih jauh di bawah batas defisit pada Perpres 98/2022 yaitu 4,5% terhadap PDB.
"Dengan kondisi ini, kita masih optimis, namun tetap harus mencermati tren global untuk bisa merumuskan langkah-langkah menjaga ekonomi kita yang sedang baik ini,” tutur menteri kelahiran Bandar Lampung itu.
“Untuk itu, #APBNKita masih akan terus dioptimalkan sebagai peredam tekanan global untuk melindungi masyarakat, perekonomian, dan kesehatan APBN sendiri," tutup Menkeu.
Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 yang sangat menantang membuat pemerintah harus mengoptimalkan penggunaan APBN sebagai shock absorber selama masa pandemi yang sudah nyaris tiga tahun. Kini, APBN harus disehatkan kembali untuk menciptakan ketahanan fiskal.
“Apa itu menciptakan ketahanan fiskal? Jaga kesehatan APBN. APBN tetap harus dijaga kesehatannya karena APBN itu harus tetap bisa jadi shock absorber. Gimana cara jaga APBN shock absorber itu? Defisitnya dikembalikan seperti dulu, kembali ke bawah 3%, kembali sehat,” ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Kuliah Umum Dosen Tamu Mata Kuliah Perekonomian Indonesia di FEB UI Depok, Rabu (23/11).
Dia menerangkan, penyehatan APBN bertujuan agar APBN selalu siaga sebagai instrumen yang sangat penting saat negara ini harus berhadapan dengan krisis.
Hal ini terlihat dari indikator Ekonomi dan APBN Indonesia hingga akhir Oktober 2022 menunjukkan kegiatan ekonomi yang pulih secara kuat dan cukup impresif.
Pada kuartal III (Q3) 2022, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan 5,7% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sejak Q4 2021 hingga kurun waktu tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada setiap kuartal konsisten berada di angka sekitar 5%.
"Dengan demikian, perekonomian Indonesia secara kumulatif sejak Q1-Q3 2022 berada 6,6% di atas level pra-pandemi (2019)," papar Sri melalui akun Instagramnya @smindrawati di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Hingga akhir Oktober 2022, dia menilai kinerja APBN masih sangat baik. Realisasi Belanja Negara tetap disiplin, mencapai Rp2.351,1 triliun (75,7% dari pagu), tumbuh 14,2% (yoy). Penerimaan juga cukup baik, yaitu mencapai Rp2.181,6 triliun atau 96,3% dari target, masih tumbuh kuat 44,5% (yoy).
Setelah mengalami surplus 9 bulan berturut-turut, pada bulan Oktober APBN mulai mencatatkan defisit Rp169,5 triliun atau 0,91% terhadap PDB. Menurut Sri, jumlah ini masih jauh di bawah batas defisit pada Perpres 98/2022 yaitu 4,5% terhadap PDB.
"Dengan kondisi ini, kita masih optimis, namun tetap harus mencermati tren global untuk bisa merumuskan langkah-langkah menjaga ekonomi kita yang sedang baik ini,” tutur menteri kelahiran Bandar Lampung itu.
“Untuk itu, #APBNKita masih akan terus dioptimalkan sebagai peredam tekanan global untuk melindungi masyarakat, perekonomian, dan kesehatan APBN sendiri," tutup Menkeu.
Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 yang sangat menantang membuat pemerintah harus mengoptimalkan penggunaan APBN sebagai shock absorber selama masa pandemi yang sudah nyaris tiga tahun. Kini, APBN harus disehatkan kembali untuk menciptakan ketahanan fiskal.
“Apa itu menciptakan ketahanan fiskal? Jaga kesehatan APBN. APBN tetap harus dijaga kesehatannya karena APBN itu harus tetap bisa jadi shock absorber. Gimana cara jaga APBN shock absorber itu? Defisitnya dikembalikan seperti dulu, kembali ke bawah 3%, kembali sehat,” ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Kuliah Umum Dosen Tamu Mata Kuliah Perekonomian Indonesia di FEB UI Depok, Rabu (23/11).
Dia menerangkan, penyehatan APBN bertujuan agar APBN selalu siaga sebagai instrumen yang sangat penting saat negara ini harus berhadapan dengan krisis.
(ind)