Produksi Baja Nasional Masih Rendah, Impor Jadi Keniscayaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) meminta kepada Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk memproteksi pelaku usaha industri baja nasional dari gempuran impor. Pasalnya, Hipmi menemukan adanya baja yang diselundupkan ke daerah-daerah.
Menanggapi permintaan itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, menegaskan bahwa pemerintah memastikan bakal meningkatkan industri baja dalam negeri dan mengurangi impor.
"Pak Menteri Perindustrian sudah komit akan mensubstitusi impor paling tidak 35% sampai akhir masa jabatan. Jadi (dalam hal ini) saya kira kita semua bersama-sama," kata Bawazier dalam diskusi secara virtual dengan Hipmi, Kamis (9/7/2020). ( Baca juga: Hipmi: Industri Baja Digempur Barang Impor dan Selundupan )
Bawazier, menjelaskan penyebab adanya impor produk baja. Salah satunya, produksi baja di Indonesia masih rendah, yaitu 6,5 juta ton sedangkan kebutuhannya mencapai 20 juta ton. Selain itu, ada produk baja yang belum bisa dihasilkan di sini.
"Gapnya sangat besar sekali. Ini yang mesti kita lihat lagi," jelasnya
Ia menambahkan, bahwa pemerintah tidak bisa langsung menutup keran impor begitu saja. Perlu ada transfer teknologi untuk membuat produk baja yang tidak bisa diproduksi di Indonesia.
"Tidak boleh kita langsung menutup impor secara radikal. Enggak boleh impor, itu juga tidak bijak. Hal ini harus bertahap dan selektif, kalau perlu ada transfer teknologi untuk membuat barang serupa," tegasnya.
Saat ini, Kemenperin sedang berupaya membangkitkan industri baja nasional yang turun akibat pandemi. Langkah yang menjadi fokus Kemenperin adalah menggenjot dari sisi demand.
"Saat ini pemerintah sedang membangkitkan dari segi demand," tandasnya.
Menanggapi permintaan itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, menegaskan bahwa pemerintah memastikan bakal meningkatkan industri baja dalam negeri dan mengurangi impor.
"Pak Menteri Perindustrian sudah komit akan mensubstitusi impor paling tidak 35% sampai akhir masa jabatan. Jadi (dalam hal ini) saya kira kita semua bersama-sama," kata Bawazier dalam diskusi secara virtual dengan Hipmi, Kamis (9/7/2020). ( Baca juga: Hipmi: Industri Baja Digempur Barang Impor dan Selundupan )
Bawazier, menjelaskan penyebab adanya impor produk baja. Salah satunya, produksi baja di Indonesia masih rendah, yaitu 6,5 juta ton sedangkan kebutuhannya mencapai 20 juta ton. Selain itu, ada produk baja yang belum bisa dihasilkan di sini.
"Gapnya sangat besar sekali. Ini yang mesti kita lihat lagi," jelasnya
Ia menambahkan, bahwa pemerintah tidak bisa langsung menutup keran impor begitu saja. Perlu ada transfer teknologi untuk membuat produk baja yang tidak bisa diproduksi di Indonesia.
"Tidak boleh kita langsung menutup impor secara radikal. Enggak boleh impor, itu juga tidak bijak. Hal ini harus bertahap dan selektif, kalau perlu ada transfer teknologi untuk membuat barang serupa," tegasnya.
Saat ini, Kemenperin sedang berupaya membangkitkan industri baja nasional yang turun akibat pandemi. Langkah yang menjadi fokus Kemenperin adalah menggenjot dari sisi demand.
"Saat ini pemerintah sedang membangkitkan dari segi demand," tandasnya.
(uka)