Rusia Incar Harta Karun RI di Laut Natuna, Ini Isinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Rusia berminat masuk ikut mengelola ladang gas di Indonesia, yakni Blok East Natuna.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa perusahaan yang mengincar harta karun Indonesia di Laut Natuna itu ialah Zarubezhneft, perusahaan migas asal Negeri Beruang Merah. Zarubezhneft adalah perusahaan minyak milik negara Rusia yang berbasis di Moskow yang berspesialisasi dalam eksplorasi, pengembangan, dan pengoperasian ladang minyak dan gas di luar wilayah Rusia.
"Saya kira di East Natuna banyak yang berminat dari Malaysia juga berminat. Yang Rusia mungkin hampir sama yang sekarang hampir terlibat di Blok Tuna," kata Dwi di Kementerian ESDM, Senin (5/12/2022).
Dwi mengungkapkan investor yang ingin menggarap Blok East Natuna semakin banyak. Termasuk di antaranya perusahan negara milik asal negeri jiran yakni Petronas dari Malaysia juga berminat turut mengembangkan Blok East Natuna.
Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mengutarakan akan melelang ulang Blok East Natuna setelah proses penyerahan dari PT Pertamina rampung. Bahkan blok yang dulunya bernama Natuna D-Alpha ini akan dipecah menjadi tiga wilayah kerja.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan bahwa Pertamina selaku operator Blok East Natuna bakal mengembalikan Blok East Natuna ke negara. Mengingat pengembangan blok jumbo tersebut hingga kini tidak ada menemui progres yang signifikan. "Kita kembalikan dulu ke negara kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka.
Sebagai informasi, Blok East Natuna memiliki kandungan gas yang sangat besar, 222 Tcf initial gas-in-place (IGIP) yang membuatnya menjadi undeveloped gas field terbesar di Asia Tenggara. Namun, kandungan gas yang besar tersebut datang dengan tantangan yang juga besar, dimana kandungan CO2-nya sangat tinggi (lebih dari 70%, merupakan single accumulation CO2 terbesar di dunia).
Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumberdaya kontingen sebesar 46 Tcf, atau hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia (55 Tcf 2P di awal 2020). Selain kandungan CO2 yang tinggi, tantangan lain dari pengembangan blok East Natuna adalah lokasinya yang terpencil; jarak dari Blok East Natuna ke pulau Natuna mencapai 225 km dan jarak ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa perusahaan yang mengincar harta karun Indonesia di Laut Natuna itu ialah Zarubezhneft, perusahaan migas asal Negeri Beruang Merah. Zarubezhneft adalah perusahaan minyak milik negara Rusia yang berbasis di Moskow yang berspesialisasi dalam eksplorasi, pengembangan, dan pengoperasian ladang minyak dan gas di luar wilayah Rusia.
"Saya kira di East Natuna banyak yang berminat dari Malaysia juga berminat. Yang Rusia mungkin hampir sama yang sekarang hampir terlibat di Blok Tuna," kata Dwi di Kementerian ESDM, Senin (5/12/2022).
Dwi mengungkapkan investor yang ingin menggarap Blok East Natuna semakin banyak. Termasuk di antaranya perusahan negara milik asal negeri jiran yakni Petronas dari Malaysia juga berminat turut mengembangkan Blok East Natuna.
Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mengutarakan akan melelang ulang Blok East Natuna setelah proses penyerahan dari PT Pertamina rampung. Bahkan blok yang dulunya bernama Natuna D-Alpha ini akan dipecah menjadi tiga wilayah kerja.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan bahwa Pertamina selaku operator Blok East Natuna bakal mengembalikan Blok East Natuna ke negara. Mengingat pengembangan blok jumbo tersebut hingga kini tidak ada menemui progres yang signifikan. "Kita kembalikan dulu ke negara kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka.
Sebagai informasi, Blok East Natuna memiliki kandungan gas yang sangat besar, 222 Tcf initial gas-in-place (IGIP) yang membuatnya menjadi undeveloped gas field terbesar di Asia Tenggara. Namun, kandungan gas yang besar tersebut datang dengan tantangan yang juga besar, dimana kandungan CO2-nya sangat tinggi (lebih dari 70%, merupakan single accumulation CO2 terbesar di dunia).
Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumberdaya kontingen sebesar 46 Tcf, atau hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia (55 Tcf 2P di awal 2020). Selain kandungan CO2 yang tinggi, tantangan lain dari pengembangan blok East Natuna adalah lokasinya yang terpencil; jarak dari Blok East Natuna ke pulau Natuna mencapai 225 km dan jarak ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.
(nng)