Harga Minyak Asal Moskow Dipatok, Zelensky Ragu Beri Kerusakan Serius ke Ekonomi Rusia
loading...
A
A
A
KIEV - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky melayangkan kritik terhadap sanksi terbaru yang diterapkan oleh sekutu Barat-nya kepada ekspor minyak mentah Rusia . Ia menyebutkan, pembatasan harga minyak Rusia hanya akan berdampak lemah terhadap Moskow.
Seperti diketahui sanksi terbaru pembatasan harga yang disepakati pada akhir pekan kemarin, bertujuan membuat negara-negara agar menghentikan membayar lebih dari USD60 per barel untuk minyak mentah Rusia yang dikirimkan melalui laut. Rusia memberikan respons, tidak akan menerima pembatasan harga untuk ekspor minyaknya.
Sanksi terbaru yang digagas negara G7 itu resmi berlaku sejak awal pekan, untuk membuat tekanan Barat semakin berat terhadap Rusia sebagai respons atas invasinya ke Ukraina.
Akan tetapi Zelensky menyebut batas harga mempunyai "posisi yang lemah" dan tidak cukup memberikan efek "serius" untuk bisa merusak ekonomi Rusia. "Rusia telah menyebabkan kerugian besar bagi semua negara di dunia dengan sengaja mendestabilisasi pasar energi," ucap Zelensky dalam pidatonya.
"Hanya masalah waktu ketika alat yang lebih kuat harus digunakan," tambahnya.
Batas harga diajukan sejak bulan September 2022 oleh kelompok negara-negara industri G7 (Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan UE (Uni Eropa)) dalam upaya untuk memukul kemampuan Moskow dalam membiayai perang di Ukraina.
Dalam pernyataan bersama, G7 dengan Uni Eropa dan Australia mengatakan, keputusan itu diambil untuk "mencegah Rusia mengambil untung dari perang melawan Ukraina".
Pada hari Sabtu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, bahwa Moskow telah mempersiapkan langkah untuk menghadapinya, dan menekankan "tidak akan menerima" pembatasan tersebut.
Meskipun kebijakan batas harga secara pasti akan dirasakan oleh Rusia, namun pukulan itu diyakini melunak terkait langkahnya untuk menjual minyaknya ke pasar lain seperti India dan China - yang saat ini merupakan pembeli tunggal terbesar minyak mentah Rusia.
Kesepakatan pembatasan harga datang hanya beberapa hari sebelum larangan seluruh Uni Eropa (UE) terhadap minyak mentah Rusia yang diimpor melalui laut mulai berlaku, juga pada 5 Desember. Batas harga -yang dimaksudkan untuk mempengaruhi ekspor minyak di seluruh dunia- dimaksudkan melengkapi hal itu.
Negara-negara yang mendaftar ke dalam kebijakan yang dipimpin G7 hanya akan diizinkan untuk membeli minyak dan produk minyak bumi yang diangkut melalui laut dengan harga jual pada atau di bawah batas harga.
Sekutu Barat Ukraina juga berencana menolak asuransi untuk kapal tanker yang mengirimkan minyak Rusia ke negara-negara yang tidak mematuhi batas harga. Ini akan menyulitkan Rusia untuk menjual minyak di atas harga itu.
Sebelum perang pada tahun 2021, lebih dari setengah ekspor minyak Rusia pergi ke Eropa, menurut Asosiasi Energi Internasional. Jerman menjadi importir terbesar, diikuti oleh Belanda dan Polandia.
Tetapi sejak perang, negara-negara Uni Eropa telah berusaha mati-matian untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap energi Rusia. AS telah melarang minyak mentah Rusia, sementara Inggris berencana untuk menghapusnya pada akhir tahun.
Seperti diketahui sanksi terbaru pembatasan harga yang disepakati pada akhir pekan kemarin, bertujuan membuat negara-negara agar menghentikan membayar lebih dari USD60 per barel untuk minyak mentah Rusia yang dikirimkan melalui laut. Rusia memberikan respons, tidak akan menerima pembatasan harga untuk ekspor minyaknya.
Sanksi terbaru yang digagas negara G7 itu resmi berlaku sejak awal pekan, untuk membuat tekanan Barat semakin berat terhadap Rusia sebagai respons atas invasinya ke Ukraina.
Akan tetapi Zelensky menyebut batas harga mempunyai "posisi yang lemah" dan tidak cukup memberikan efek "serius" untuk bisa merusak ekonomi Rusia. "Rusia telah menyebabkan kerugian besar bagi semua negara di dunia dengan sengaja mendestabilisasi pasar energi," ucap Zelensky dalam pidatonya.
"Hanya masalah waktu ketika alat yang lebih kuat harus digunakan," tambahnya.
Batas harga diajukan sejak bulan September 2022 oleh kelompok negara-negara industri G7 (Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan UE (Uni Eropa)) dalam upaya untuk memukul kemampuan Moskow dalam membiayai perang di Ukraina.
Dalam pernyataan bersama, G7 dengan Uni Eropa dan Australia mengatakan, keputusan itu diambil untuk "mencegah Rusia mengambil untung dari perang melawan Ukraina".
Pada hari Sabtu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, bahwa Moskow telah mempersiapkan langkah untuk menghadapinya, dan menekankan "tidak akan menerima" pembatasan tersebut.
Meskipun kebijakan batas harga secara pasti akan dirasakan oleh Rusia, namun pukulan itu diyakini melunak terkait langkahnya untuk menjual minyaknya ke pasar lain seperti India dan China - yang saat ini merupakan pembeli tunggal terbesar minyak mentah Rusia.
Kesepakatan pembatasan harga datang hanya beberapa hari sebelum larangan seluruh Uni Eropa (UE) terhadap minyak mentah Rusia yang diimpor melalui laut mulai berlaku, juga pada 5 Desember. Batas harga -yang dimaksudkan untuk mempengaruhi ekspor minyak di seluruh dunia- dimaksudkan melengkapi hal itu.
Negara-negara yang mendaftar ke dalam kebijakan yang dipimpin G7 hanya akan diizinkan untuk membeli minyak dan produk minyak bumi yang diangkut melalui laut dengan harga jual pada atau di bawah batas harga.
Sekutu Barat Ukraina juga berencana menolak asuransi untuk kapal tanker yang mengirimkan minyak Rusia ke negara-negara yang tidak mematuhi batas harga. Ini akan menyulitkan Rusia untuk menjual minyak di atas harga itu.
Sebelum perang pada tahun 2021, lebih dari setengah ekspor minyak Rusia pergi ke Eropa, menurut Asosiasi Energi Internasional. Jerman menjadi importir terbesar, diikuti oleh Belanda dan Polandia.
Tetapi sejak perang, negara-negara Uni Eropa telah berusaha mati-matian untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap energi Rusia. AS telah melarang minyak mentah Rusia, sementara Inggris berencana untuk menghapusnya pada akhir tahun.
(akr)