Batasi Harga Minyak Rusia, AS Gabung dengan UE dan G7 Patok USD60/Barel

Minggu, 04 Desember 2022 - 04:24 WIB
loading...
Batasi Harga Minyak Rusia, AS Gabung dengan UE dan G7 Patok USD60/Barel
Amerika Serikat (AS) bergabung bersama dengan Uni Eropa (UE), negara-negara G7 dan Australia untuk membatasi harga minyak Rusia pada level USD60 per barel. Foto/Dok
A A A
BRUSELLS - Amerika Serikat (AS) bergabung bersama dengan Uni Eropa (UE), negara-negara G7 dan Australia untuk membatasi harga minyak mentah Rusia pada level USD60 per barel. Pembicaraan rincian sanksi terhadap Rusia i tu telah dilakukan AS bersama dengan sekutunya selama berbulan-bulan soal penetapan batas harga.



Sanksi terbaru Barat itu sebagai upaya mengurangi pendapatan Rusia untuk membiayai invasi ke Ukraina. Batas tersebut juga memastikan minyak dapat terus mengalir ke pasar global, mencegah lonjakan harga minyak global saat pemerintah di seluruh dunia berupaya menekan inflasi tertinggi multi-dekade.

Invasi Rusia seperti diketahui telah berkontribusi besar terhadap lonjakan harga minyak tahun ini.

"Batas harga akan mendorong aliran minyak Rusia dengan harga diskon ke pasar global dan dirancang untuk membantu melindungi konsumen dan bisnis dari gangguan pasokan global," kata Menteri Keuangan (Menkeu) AS, Janet Yellen dalam sebuah pernyataan.

"Batas harga akan sangat menguntungkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang telah menanggung beban kenaikan harga energi dan pangan," sambungnya.

Sementara itu pekan depan, apa yang disebut koalisi batas harga akan melarang berbagai layanan, termasuk asuransi maritim dan pembiayaan perdagangan terkait dengan pengangkutan minyak mentah Rusia. Terkecuali pembeli minyak dengan harga di bawah USD60 per barel, sebagai bagian dari efektivitas pembatasan harga.



Seperti diketahui sebagian besar minyak Rusia menggunakan pengiriman dan asuransi dari pihak Barat. Merespons sanksi Uni Eropa terbaru bersama dengan sekutunya, Rusia diyakini berpeluang membuat rezim asuransi minyaknya sendiri.

Seorang pejabat senior Departemen Keuangan mengatakan, skalanya akan terbatas, lebih mahal, dan kurang dapat diandalkan, sehingga diyakini bakal mengurangi volume penjualan Rusia ke pasar negara berkembang dan mengurangi pendapatannya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5925 seconds (0.1#10.140)