Komite I DPD Minta Riset Kalung Anti-Corona Tetap Dilanjutkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) meminta riset mengenai eucalyptus sebagai penangkal virus corona terus dilanjutkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) . Selama obat atau vaksin corona belum tersedia, temuan apapun yang berkaitan untuk mengatasi pandemi Covid-19 sangat dibutuhkan sekarang, termasuk eucalyptus.
"Riset eucalyptus harus tetap dilanjutkan Kementerian Pertanian, karena ini temuan penting untuk bangsa Indonesia," tegas Abdul Kholik, Wakil Ketua Komite I DPD, Jumat (10/7/2020).
Kholik mengatakan, temuan ini harapan sebagai solusi di tengah masalah besar yang sedang dihadapi bangsa. Harapannya, kata dia, Kementerian Pertanian terus maju dengan inovasinya. Kholik nberjani dirinya akan mendorong itu pada forum DPD.
"Saya termasuk yang berharap besar pada temuan ini untuk menghasilkan produk yang bisa mengatasi wabah virus. Seberapa pun sumbangannya untuk mengatasi wabah ini, diteruskan dan diupayakan produk-produknya lebih banyak lagi untuk menangani virus ini. Riset ini tetap harus dilanjutkan Kementan," tegasnya.
(Baca Juga: IDI Akan Uji Klinis Kalung Anti Corona Hasil Penelitian Kementan)
MoU Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu, imbuh Kholik, juga harus didorong untuk lebih meyakinkan publik. Sebagai organisasi profesi yang berkaitan dengan pengobatan, dan punya tanggung jawab terhadap penanganan pandemi Covid-19 ini, IDI dinilai lebih relevan untuk membantu menjernihkan isu ini kepada masyarakat.
"DPD mempunyai program pengembangan potensi daerah, diharapkan dapat bersinergi dengan Kementan. Dia berharap hasil-hasil penelitian Litbang Kementan yang bisa disinergikan dengan daerah nantinya," tambahnya.
Terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry mengatakan bahwa produk eucalyptus ini merupakan produk aksesoris aromaterapi berbasis minyak eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori. Produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release), sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu.
Menurut Fadjry, penggunaannya dengan cara menghirup aroma yang keluar dari kemasannya, atau dengan menghirup langsung dari lubang-lubang kemasannya. "Jadi prinsip kerjanya hampir sama dengan kebiasaan kita mengusap minyak di dada untuk melegakan pernafasan. Kemasan yang diciptakan kini lebih praktis, modern, fashionable dalam bentuk kalung. Sehingga, dimana saja, kapan saja, kita dapat menghirup aromanya," jelas Fadjry.
Menurutnya, riset ini akan terus dilanjutkan dan bersinergi dengan lembaga lainnya. Ia berharap sinergi penelitian akan lebih memberikan kepercayaan publik pada inovasi, serta kontribusi bagi pandemi yang belum usai.
Lihat Juga: Produk Olahan Tembus Pasar Singapura, Plt. Mentan: Indonesia Bisa Jadi Produsen Pangan Dunia
"Riset eucalyptus harus tetap dilanjutkan Kementerian Pertanian, karena ini temuan penting untuk bangsa Indonesia," tegas Abdul Kholik, Wakil Ketua Komite I DPD, Jumat (10/7/2020).
Kholik mengatakan, temuan ini harapan sebagai solusi di tengah masalah besar yang sedang dihadapi bangsa. Harapannya, kata dia, Kementerian Pertanian terus maju dengan inovasinya. Kholik nberjani dirinya akan mendorong itu pada forum DPD.
"Saya termasuk yang berharap besar pada temuan ini untuk menghasilkan produk yang bisa mengatasi wabah virus. Seberapa pun sumbangannya untuk mengatasi wabah ini, diteruskan dan diupayakan produk-produknya lebih banyak lagi untuk menangani virus ini. Riset ini tetap harus dilanjutkan Kementan," tegasnya.
(Baca Juga: IDI Akan Uji Klinis Kalung Anti Corona Hasil Penelitian Kementan)
MoU Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu, imbuh Kholik, juga harus didorong untuk lebih meyakinkan publik. Sebagai organisasi profesi yang berkaitan dengan pengobatan, dan punya tanggung jawab terhadap penanganan pandemi Covid-19 ini, IDI dinilai lebih relevan untuk membantu menjernihkan isu ini kepada masyarakat.
"DPD mempunyai program pengembangan potensi daerah, diharapkan dapat bersinergi dengan Kementan. Dia berharap hasil-hasil penelitian Litbang Kementan yang bisa disinergikan dengan daerah nantinya," tambahnya.
Terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry mengatakan bahwa produk eucalyptus ini merupakan produk aksesoris aromaterapi berbasis minyak eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori. Produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release), sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu.
Menurut Fadjry, penggunaannya dengan cara menghirup aroma yang keluar dari kemasannya, atau dengan menghirup langsung dari lubang-lubang kemasannya. "Jadi prinsip kerjanya hampir sama dengan kebiasaan kita mengusap minyak di dada untuk melegakan pernafasan. Kemasan yang diciptakan kini lebih praktis, modern, fashionable dalam bentuk kalung. Sehingga, dimana saja, kapan saja, kita dapat menghirup aromanya," jelas Fadjry.
Menurutnya, riset ini akan terus dilanjutkan dan bersinergi dengan lembaga lainnya. Ia berharap sinergi penelitian akan lebih memberikan kepercayaan publik pada inovasi, serta kontribusi bagi pandemi yang belum usai.
Lihat Juga: Produk Olahan Tembus Pasar Singapura, Plt. Mentan: Indonesia Bisa Jadi Produsen Pangan Dunia
(fai)