Dari Hobi Jadi Cuan Belasan Juta, Inilah 5 Kisah UMKM Binaan SETC
loading...
A
A
A
"Sebenarnya basis keilmuan saya itu arsitektur, jadi memang hobi menggambar. Tadinya tidak terpikirkan untuk membuka usaha. Ternyata, sekarang aktivitas yang saya sukai ini bisa mendatangkan omzet Rp8-10 juta per bulan," kata Lastri.
Sebagai informasi, SETC memberikan pelatihan berbagai keterampilan kepada para pelaku UMKM binaan. Mulai dari manajemen keuangan dan bisnis, juga keterampilan produksi, pengolahan kuliner, sampai pengemasan produk.
Ada juga keterampilan pemasaran, baik konvensional maupun digital, akses jejaring dengan berbagai calon mitra bisnis, hingga pelatihan mengenai tata cara ekspor, sehingga para pelaku UMKM berkesempatan menjangkau lebih banyak pembeli dan bisnisnya cepat berkembang, bahkan sampai ke mancanegara.
Sementara itu, Eka Wahyu Setyowati, yang telah menjelajahi puluhan pameran UMKM sebagai pegiat patchwork alias kerajinan perca bersama brand-nya, Decak Handmade, melihat pentingnya peran lembaga pendampingan seperti SETC.
"Saya baru bergabung dengan SETC sejak awal pandemi, dan manfaatnya buat pengembangan bisnis Decak Handmade sudah terasa sekali. Contohnya, saya pertama kali tahu cara menghitung HPP [harga pokok penjualan] dari sini, kemudian pemasaran digital ternyata juga ada ilmunya, yang juga saya baru tahu. Jadi SETC menyediakan saya akses untuk belajar," tutur Eka.
Di Fasilitas SETC terlihat beberapa pelatihan yang tengah digelar secara langsung. Misalnya, pengolahan makanan dari jahe, ilmu hidroponik, dan pelatihan pembibitan cabai merah.
Dalam berkesempatan berbincang dengan UMKM binaan SETC bernama Lilien Kecil besutan Trisakti Chandra Dewi yang mendapatkan berkah jejaring bisnis dari SETC, kemudian memanfaatkannya untuk memberdayakan para ibu-ibu PKK di wilayahnya.
Turut hadir pula Neneng Apriani, pelaku UMKM binaan SETC yang membuat produk olahan bawang hitam menjadi cokelat, kue kering, sampai selai.
Awalnya, Neneng mengonsumsi sendiri bawang hitam. Kemudian, ia mulai memproduksinya untuk kemudian dipasarkan, bahkan hingga ke luar Indonesia.
"Dari awalnya hanya konsumsi pribadi, saat ini bawang hitam olahan saya lewat brand N'Up Product bisa mendatangkan omzet bulanan di kisaran Rp15 juta. Ada konsumen saya asal Australia dan Turki yang juga rutin membeli," ujar Neneng.
Sebagai informasi, SETC memberikan pelatihan berbagai keterampilan kepada para pelaku UMKM binaan. Mulai dari manajemen keuangan dan bisnis, juga keterampilan produksi, pengolahan kuliner, sampai pengemasan produk.
Ada juga keterampilan pemasaran, baik konvensional maupun digital, akses jejaring dengan berbagai calon mitra bisnis, hingga pelatihan mengenai tata cara ekspor, sehingga para pelaku UMKM berkesempatan menjangkau lebih banyak pembeli dan bisnisnya cepat berkembang, bahkan sampai ke mancanegara.
Sementara itu, Eka Wahyu Setyowati, yang telah menjelajahi puluhan pameran UMKM sebagai pegiat patchwork alias kerajinan perca bersama brand-nya, Decak Handmade, melihat pentingnya peran lembaga pendampingan seperti SETC.
"Saya baru bergabung dengan SETC sejak awal pandemi, dan manfaatnya buat pengembangan bisnis Decak Handmade sudah terasa sekali. Contohnya, saya pertama kali tahu cara menghitung HPP [harga pokok penjualan] dari sini, kemudian pemasaran digital ternyata juga ada ilmunya, yang juga saya baru tahu. Jadi SETC menyediakan saya akses untuk belajar," tutur Eka.
Di Fasilitas SETC terlihat beberapa pelatihan yang tengah digelar secara langsung. Misalnya, pengolahan makanan dari jahe, ilmu hidroponik, dan pelatihan pembibitan cabai merah.
Dalam berkesempatan berbincang dengan UMKM binaan SETC bernama Lilien Kecil besutan Trisakti Chandra Dewi yang mendapatkan berkah jejaring bisnis dari SETC, kemudian memanfaatkannya untuk memberdayakan para ibu-ibu PKK di wilayahnya.
Turut hadir pula Neneng Apriani, pelaku UMKM binaan SETC yang membuat produk olahan bawang hitam menjadi cokelat, kue kering, sampai selai.
Awalnya, Neneng mengonsumsi sendiri bawang hitam. Kemudian, ia mulai memproduksinya untuk kemudian dipasarkan, bahkan hingga ke luar Indonesia.
"Dari awalnya hanya konsumsi pribadi, saat ini bawang hitam olahan saya lewat brand N'Up Product bisa mendatangkan omzet bulanan di kisaran Rp15 juta. Ada konsumen saya asal Australia dan Turki yang juga rutin membeli," ujar Neneng.