Pakar: Pemerasan Energi Putin di Eropa Menandai Akhir dari Pasar Minyak Global
loading...
A
A
A
"Moskow akan melakukan serangan balik, berharap dapat menyebabkan gangguan, kepanikan, dan putusnya dukungan untuk Ukraina. Tetapi Rusia akan lebih sulit melakukannya, mengingat kondisi pasar saat ini," tulis Yergin.
Buku Pedoman Putin
Menghadapi solidnya persatuan Eropa dan AS, Rusia telah berusaha untuk memanfaatkan statusnya sebagai pemasok energi global untuk mengurangi dukungan bagi Ukraina. Tetapi sekutu Barat sejauh ini berhasil memegang teguh sikapnya.
Mulai Desembar lalu, Uni Eropa sebagai pelanggan energi historis terbesar Rusia, mulai menghentikan impor minyak Rusia secara bertahap. Sementara negara-negara G7 menyetujui pembatasan harga minyak untuk impor Rusia.
Bagi Putin, meningkatnya kemandirian Barat dari energi Rusia dan pasar minyak global yang lebih terfragmentasi secara keseluruhan dapat menjadi pukulan berat terhadap pendapatan energi yang telah diandalkan Rusia. Semua itu bisa jadi akibat perbuatannya sendiri.
Batasan harga minyak menurut Yergin sebagai langkah cerdik, dengan menetapkan pada level USD 60 per barel. Kebijakan teresebut dirancang untuk menjaga minyak Rusia tetap berada di pasar, sambil membatasi pendapatan yang bisa didapatkan Moskow dari ekspor minyak mentah dan produk minyak termasuk bensin dan solar.
Dalam enam bulan pertama sejak Perang berkecambuk, Rusia telah meraup pendapatan USD 108,6 miliar dari penjualan energi. Menanggapi pembatasan harga minyak Rusia, Putin menyebutnya sebagai keputusan bodoh.
Kremlin mengancam akan memangkas produksi minyak Rusia sebesar 5% hingga 7% di awal 2023, dimana efeknya bisa menaikkan harga global dan semakin membuat Barat bergelut dengan krisis energi. Awal akhir Desember, Rusia menegaskan tidak akan menjual minyak mereka ke negara-negara yang menyetujui batas harga.
Saat negara-negara Barat tidak lagi menjadi pelanggan yang dapat diandalkan, Rusia tampaknya telah condong ke gagasan pasar minyak yang lebih regional.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Saudi Asharq, menteri keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan, negara itu secara aktif "mencari pelanggan minyak baru" setelah berlakunya pembatasan harga minyak Barat. Lalu perusahaan minyak Rusia "mengalihkan pasokan mereka dari Barat ke Timur, Selatan, dan negara-negara lain."
Buku Pedoman Putin
Menghadapi solidnya persatuan Eropa dan AS, Rusia telah berusaha untuk memanfaatkan statusnya sebagai pemasok energi global untuk mengurangi dukungan bagi Ukraina. Tetapi sekutu Barat sejauh ini berhasil memegang teguh sikapnya.
Mulai Desembar lalu, Uni Eropa sebagai pelanggan energi historis terbesar Rusia, mulai menghentikan impor minyak Rusia secara bertahap. Sementara negara-negara G7 menyetujui pembatasan harga minyak untuk impor Rusia.
Bagi Putin, meningkatnya kemandirian Barat dari energi Rusia dan pasar minyak global yang lebih terfragmentasi secara keseluruhan dapat menjadi pukulan berat terhadap pendapatan energi yang telah diandalkan Rusia. Semua itu bisa jadi akibat perbuatannya sendiri.
Batasan harga minyak menurut Yergin sebagai langkah cerdik, dengan menetapkan pada level USD 60 per barel. Kebijakan teresebut dirancang untuk menjaga minyak Rusia tetap berada di pasar, sambil membatasi pendapatan yang bisa didapatkan Moskow dari ekspor minyak mentah dan produk minyak termasuk bensin dan solar.
Dalam enam bulan pertama sejak Perang berkecambuk, Rusia telah meraup pendapatan USD 108,6 miliar dari penjualan energi. Menanggapi pembatasan harga minyak Rusia, Putin menyebutnya sebagai keputusan bodoh.
Kremlin mengancam akan memangkas produksi minyak Rusia sebesar 5% hingga 7% di awal 2023, dimana efeknya bisa menaikkan harga global dan semakin membuat Barat bergelut dengan krisis energi. Awal akhir Desember, Rusia menegaskan tidak akan menjual minyak mereka ke negara-negara yang menyetujui batas harga.
Saat negara-negara Barat tidak lagi menjadi pelanggan yang dapat diandalkan, Rusia tampaknya telah condong ke gagasan pasar minyak yang lebih regional.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Saudi Asharq, menteri keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan, negara itu secara aktif "mencari pelanggan minyak baru" setelah berlakunya pembatasan harga minyak Barat. Lalu perusahaan minyak Rusia "mengalihkan pasokan mereka dari Barat ke Timur, Selatan, dan negara-negara lain."