Minyak Rusia Dihantam Embargo dan Batas Harga, Moskow Rugi Rp 2,5 Triliun Setiap Hari
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pendapatan Rusia dari ekspor bahan bakar fosil runtuh pada bulan Desember 2023, menurut sebuah laporan terbaru yang secara signifikan menghambat kemampuan Presiden Vladimir Putin untuk membiayai perang di Ukraina . Temuan itu kata pejabat dan juru bicara Ukraina, menggambarkan efektivitas dari sanksi Barat yang menargetkan pendapatan minyak Rusia .
Digarisbawahi juga bahwa ada kebutuhan mendesak bagi pembuat kebijakan Barat untuk meningkatkan tekanan kepada keuangan Moskow untuk membantu Kiev menang.
Diterbitkan tengah pekan kemarin oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (Centre for Research on Energy and Clean Air/CREA), sebuah think tank independen asal Finlandia, dalam laporan itu ditemukan bahwa pada bulan pertama larangan Uni Eropa (UE) terhadap impor minyak mentah Rusia melalui jalur laut dan pembatasan harga minyak G-7 telah merugikan Moskow sekitar USD 171,8 juta per hari atau setara Rp 2,5 triliun (Kurs Rp 15.053 per USD).
Laporan CREA mengungkapkan, sebagian besar sanksi Barat menjadi penyebab atas penurunan pendapatan Rusia dari ekspor bahan bakar fosil sebesar 17% pada bulan terakhir di tahun 2022. Kondisi tersebut membuat pendapatan ekspor energi Rusia merosot ke level terendah sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022 lalu.
"Larangan minyak UE dan batas harga minyak akhirnya dimulai dan dampaknya sama-sama signifikan seperti yang diharapkan," kata Analis Utama CREA, Lauri Myllyvirta dalam sebuah pernyataan dikutip dari CNBC.
"Ini menunjukkan bahwa kami mempunyai alat untuk membantu Ukraina menang melawan agresi Rusia. Sangat penting untuk menurunkan batas harga ke tingkat yang bisa menekan keuntungan minyak usai kena pajak bagi Kremlin, dan untuk membatasi impor minyak dan gas yang tersisa dari Rusia," kata Myllyvirta.
Kelompok negara kaya G7, Australia dan UE seperti diketahui telah sepakat menerapkan batas harga USD 60 per barel pada minyak Rusia sejak 5 Desember 2022. Kebijakan itu terjadi bersamaan dengan langkah UE dan Inggris yang memberlakukan larangan impor minyak mentah Rusia lewat jalur laut.
Bersama-sama, sanksi Barat sejauh ini mencerminkan langkah paling signifikan untuk membatasi pendapatan ekspor bahan bakar fosil yang mendanai serangan Kremlin di Ukraina.
Di sisi lain analis energi cenderung skeptis tentang dampak batas harga pada minyak Rusia, terutama karena Moskow telah mampu mengalihkan sebagian besar pengiriman lintas laut dari Eropa ke negara-negara seperti China, India dan Turki.
Rusia membalas sanksi Barat pada akhir bulan lalu dengan melarang penjualan minyak ke negara-negara yang mematuhi pembatasan harga.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov sebelumnya mengatakan, batas harga Barat pada minyak Rusia tidak akan memengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan apa yang digambarkannya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. Peskov juga memperingatkan, sanksi Barat itu akan mengacaukan pasar energi global, seperti dilansir Reuters.
Sementara itu seorang juru bicara Kementerian Keuangan Rusia belum mengomentari temuan dalam laporan tersebut.
Ketahanan Finansial
Penasihat ekonomi Presiden Ukraina, Oleg Ustenko mengatakan, Rusia yang kehilangan pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil sebagai akibat dari kebijakan Barat menjadi kabar yang sangat baik. Namun ditekankan olehnya hal itu belum cukup.
Ustenko menggemakan seruan Presiden Ukraina, Zelenskyy terkait batas harga agar menyentuh level yang jauh lebih rendah. Hal itu disampaikan pada sebuah pengarahan bahwa setiap eskalasi sanksi ekonomi terhadap Kremlin, bahwa batas harga minyak Rusia diminta turun ke kisaran USD 20 hingga USD 30 per barel.
"Tidak ada alasan untuk menunggu dan melihat, ini sudah jelas," kata Ustenko.
Laporan CREA juga menemukan bahwa beragam kebijakan Barat menyebabkan penurunan volume pengiriman dan harga minyak Rusia. Disebutkan juga Rusia sendiri masih menghasilkan sekitar 640 juta euro per hari dari mengekspor bahan bakar fosil, kata laporan itu.
"Bulan pertama embargo membuktikan apa yang telah kami katakan sejak awal invasi: pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil adalah garis finansial untuk perang Putin," kata Svitlana Romanko, pendiri dan direktur kelompok hak asasi manusia Ukraina Razom We Stand (Together We Stand).
"UE dan G7 memiliki kekuatan dan segala cara untuk memotong garis pendapatan ini. Hanya kekuatan dan uang yang bisa berbicara dengan Kremlin," sambungnya.
Romanko juga meminta koalisi untuk menurunkan batas harga minyak Rusia, memperkuat penegakan embargo dan memperkenalkan sanksi tambahan untuk menutup celah.
Laporan CREA mengatakan, menurunkan batas harga minyak terhadap Rusia menjadi di kisaran USD 25 dan UDF 30 per barel, masih "jauh di atas" biaya produksi dan transportasi. Diyakini hal itu akan memangkas pendapatan ekspor minyak Rusia setidaknya 100 juta euro per hari.
Digarisbawahi juga bahwa ada kebutuhan mendesak bagi pembuat kebijakan Barat untuk meningkatkan tekanan kepada keuangan Moskow untuk membantu Kiev menang.
Diterbitkan tengah pekan kemarin oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (Centre for Research on Energy and Clean Air/CREA), sebuah think tank independen asal Finlandia, dalam laporan itu ditemukan bahwa pada bulan pertama larangan Uni Eropa (UE) terhadap impor minyak mentah Rusia melalui jalur laut dan pembatasan harga minyak G-7 telah merugikan Moskow sekitar USD 171,8 juta per hari atau setara Rp 2,5 triliun (Kurs Rp 15.053 per USD).
Laporan CREA mengungkapkan, sebagian besar sanksi Barat menjadi penyebab atas penurunan pendapatan Rusia dari ekspor bahan bakar fosil sebesar 17% pada bulan terakhir di tahun 2022. Kondisi tersebut membuat pendapatan ekspor energi Rusia merosot ke level terendah sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022 lalu.
"Larangan minyak UE dan batas harga minyak akhirnya dimulai dan dampaknya sama-sama signifikan seperti yang diharapkan," kata Analis Utama CREA, Lauri Myllyvirta dalam sebuah pernyataan dikutip dari CNBC.
"Ini menunjukkan bahwa kami mempunyai alat untuk membantu Ukraina menang melawan agresi Rusia. Sangat penting untuk menurunkan batas harga ke tingkat yang bisa menekan keuntungan minyak usai kena pajak bagi Kremlin, dan untuk membatasi impor minyak dan gas yang tersisa dari Rusia," kata Myllyvirta.
Kelompok negara kaya G7, Australia dan UE seperti diketahui telah sepakat menerapkan batas harga USD 60 per barel pada minyak Rusia sejak 5 Desember 2022. Kebijakan itu terjadi bersamaan dengan langkah UE dan Inggris yang memberlakukan larangan impor minyak mentah Rusia lewat jalur laut.
Bersama-sama, sanksi Barat sejauh ini mencerminkan langkah paling signifikan untuk membatasi pendapatan ekspor bahan bakar fosil yang mendanai serangan Kremlin di Ukraina.
Di sisi lain analis energi cenderung skeptis tentang dampak batas harga pada minyak Rusia, terutama karena Moskow telah mampu mengalihkan sebagian besar pengiriman lintas laut dari Eropa ke negara-negara seperti China, India dan Turki.
Rusia membalas sanksi Barat pada akhir bulan lalu dengan melarang penjualan minyak ke negara-negara yang mematuhi pembatasan harga.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov sebelumnya mengatakan, batas harga Barat pada minyak Rusia tidak akan memengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan apa yang digambarkannya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. Peskov juga memperingatkan, sanksi Barat itu akan mengacaukan pasar energi global, seperti dilansir Reuters.
Sementara itu seorang juru bicara Kementerian Keuangan Rusia belum mengomentari temuan dalam laporan tersebut.
Ketahanan Finansial
Penasihat ekonomi Presiden Ukraina, Oleg Ustenko mengatakan, Rusia yang kehilangan pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil sebagai akibat dari kebijakan Barat menjadi kabar yang sangat baik. Namun ditekankan olehnya hal itu belum cukup.
Ustenko menggemakan seruan Presiden Ukraina, Zelenskyy terkait batas harga agar menyentuh level yang jauh lebih rendah. Hal itu disampaikan pada sebuah pengarahan bahwa setiap eskalasi sanksi ekonomi terhadap Kremlin, bahwa batas harga minyak Rusia diminta turun ke kisaran USD 20 hingga USD 30 per barel.
"Tidak ada alasan untuk menunggu dan melihat, ini sudah jelas," kata Ustenko.
Laporan CREA juga menemukan bahwa beragam kebijakan Barat menyebabkan penurunan volume pengiriman dan harga minyak Rusia. Disebutkan juga Rusia sendiri masih menghasilkan sekitar 640 juta euro per hari dari mengekspor bahan bakar fosil, kata laporan itu.
"Bulan pertama embargo membuktikan apa yang telah kami katakan sejak awal invasi: pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil adalah garis finansial untuk perang Putin," kata Svitlana Romanko, pendiri dan direktur kelompok hak asasi manusia Ukraina Razom We Stand (Together We Stand).
"UE dan G7 memiliki kekuatan dan segala cara untuk memotong garis pendapatan ini. Hanya kekuatan dan uang yang bisa berbicara dengan Kremlin," sambungnya.
Romanko juga meminta koalisi untuk menurunkan batas harga minyak Rusia, memperkuat penegakan embargo dan memperkenalkan sanksi tambahan untuk menutup celah.
Laporan CREA mengatakan, menurunkan batas harga minyak terhadap Rusia menjadi di kisaran USD 25 dan UDF 30 per barel, masih "jauh di atas" biaya produksi dan transportasi. Diyakini hal itu akan memangkas pendapatan ekspor minyak Rusia setidaknya 100 juta euro per hari.
(akr)