Gelar Business Review, bank bjb Tinjau Capaian Kinerja di 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank bjb menggelar Business Review Semester II 2022 dan Executive Workshop 2023. Acara tahunan business review mengambil tema Satukan Energi untuk Memperkuat Sinergi dan Keunggulan Kompetitif.
Gelaran acara tersebut bertujuan untuk membahas kinerja perusahaan sepanjang 2022, sekaligus juga meninjau rencana serta target perusahaan tahun ini. Turut hadir seluruh jajaran manajemen bank bjb, Komisaris Utama Independen Farid Rahman beserta jajaran, Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi beserta jajaran seluruh pejabat eksekutif bank bjb lain.
Yuddy Renaldi menyampaikan sepanjang tahun lalu, bank bjb tercatat terus tumbuh secara positif meskipun situasi ekonomi berada dalam masa transisi pemulihan pascapandemi Covid-19.
"Kami sangat berterima kasih kepada Otoritas Jasa Keuangan serta Bank Indonesia yang telah tanggap mendorong berbagai kebijakan di sektor keuangan dan perbankan, sehingga dapat membantu terciptanya iklim yang kondusif di 2022 silam," kata Yuddy dalam pernyataannya, Selasa (17/1/2023).
Pihaknya berterima kasih kepada seluruh pemegang saham, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemegang saham terbesar. Di dalam kesempatan yang sama, Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional II Jawa Barat Indarto Budiwitono mengutarakan, tantangan pada 2022 berhasil dilalui bank bjb dengan baik. Dan pada 2023 ini, perbankan akan menghadapi tantangan lebih berat.
“Kalau kita bicara bank bjb, otomatis pasti baik, tapi kita harus melihat dari sisi lainnya yang bisa lebih dioptimalkan salah satunya dalam hal efisiensi, kemudian penguatan anak usaha, Kelompok Usaha Bank (KUB) serta organisasi dan juga meningkatkan sinergitas antar BUMD, khususnya di Provinsi Jawa Barat agar bank bjb dapat terus tumbuh secara berkelanjutan.” ujar Indarto.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) juga mengaku bangga terhadap bank bjb atas pencapaian positif yang berhasil ditorehkan, khususnya selama 2022 dan terus mempertahanan pencapaian tersebut ke depan.
"Yang sudah bagus agar dipertahankan, yang masih terdapat kekurangan agar dipelajari supaya tahun ini yang bagus semakin bagus, yang masih kurang agar dapat dilakukan penyesuaian agar dapat memaksimalkan ekspektasi para stakeholder dan shareholder," ujar Ridwan seraya membuka gelaran acara Business Review Semester II 2022 dan Executive Workshop 2023.
Di dalam acara tersebut, Komisaris Utama Bank BNI Agus Martowardojo menjadi narasumber yang menyampaikan gagasan mengenai prospek serta tantangan dunia perbankan pada tahun ini. Melalui materinya "Leadership dan Integritas Bankir dalam Menghadapi Tantangan Perbankan 2023," ia menekankan pentingnya peran pemimpin dalam membawa tim menuju perubahan.
Agus memaparkan, ada beberapa hal yang akan memperngaruhi industri perbankan pada 2023. Di antaranya adalah kondisi ekses dari pandemi Covid-19, kondisi geopolitik nasional dan dunia, faktor makro ekonomi meliputi inflasi, GDP, suku bunga, dolar AS, disrupsi pada supply chain, penurunan nilai aset, hingga krisis iklim, hingga digitalisasi dan perubahan regulasi.
Agus menilai, situasi tersebut harus dapat diantisipasi dan dinavigasi dengan cermat oleh perbankan agar tetap survive dan tumbuh positif. Guna melakukannya, diperlukan sosok pemimpin yang visioner dan cerdas, juga adaptif terhadap situasi dan bisa membawa perusahaan menjadi resilient.
Gelaran acara tersebut bertujuan untuk membahas kinerja perusahaan sepanjang 2022, sekaligus juga meninjau rencana serta target perusahaan tahun ini. Turut hadir seluruh jajaran manajemen bank bjb, Komisaris Utama Independen Farid Rahman beserta jajaran, Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi beserta jajaran seluruh pejabat eksekutif bank bjb lain.
Yuddy Renaldi menyampaikan sepanjang tahun lalu, bank bjb tercatat terus tumbuh secara positif meskipun situasi ekonomi berada dalam masa transisi pemulihan pascapandemi Covid-19.
"Kami sangat berterima kasih kepada Otoritas Jasa Keuangan serta Bank Indonesia yang telah tanggap mendorong berbagai kebijakan di sektor keuangan dan perbankan, sehingga dapat membantu terciptanya iklim yang kondusif di 2022 silam," kata Yuddy dalam pernyataannya, Selasa (17/1/2023).
Pihaknya berterima kasih kepada seluruh pemegang saham, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemegang saham terbesar. Di dalam kesempatan yang sama, Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional II Jawa Barat Indarto Budiwitono mengutarakan, tantangan pada 2022 berhasil dilalui bank bjb dengan baik. Dan pada 2023 ini, perbankan akan menghadapi tantangan lebih berat.
“Kalau kita bicara bank bjb, otomatis pasti baik, tapi kita harus melihat dari sisi lainnya yang bisa lebih dioptimalkan salah satunya dalam hal efisiensi, kemudian penguatan anak usaha, Kelompok Usaha Bank (KUB) serta organisasi dan juga meningkatkan sinergitas antar BUMD, khususnya di Provinsi Jawa Barat agar bank bjb dapat terus tumbuh secara berkelanjutan.” ujar Indarto.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) juga mengaku bangga terhadap bank bjb atas pencapaian positif yang berhasil ditorehkan, khususnya selama 2022 dan terus mempertahanan pencapaian tersebut ke depan.
"Yang sudah bagus agar dipertahankan, yang masih terdapat kekurangan agar dipelajari supaya tahun ini yang bagus semakin bagus, yang masih kurang agar dapat dilakukan penyesuaian agar dapat memaksimalkan ekspektasi para stakeholder dan shareholder," ujar Ridwan seraya membuka gelaran acara Business Review Semester II 2022 dan Executive Workshop 2023.
Di dalam acara tersebut, Komisaris Utama Bank BNI Agus Martowardojo menjadi narasumber yang menyampaikan gagasan mengenai prospek serta tantangan dunia perbankan pada tahun ini. Melalui materinya "Leadership dan Integritas Bankir dalam Menghadapi Tantangan Perbankan 2023," ia menekankan pentingnya peran pemimpin dalam membawa tim menuju perubahan.
Agus memaparkan, ada beberapa hal yang akan memperngaruhi industri perbankan pada 2023. Di antaranya adalah kondisi ekses dari pandemi Covid-19, kondisi geopolitik nasional dan dunia, faktor makro ekonomi meliputi inflasi, GDP, suku bunga, dolar AS, disrupsi pada supply chain, penurunan nilai aset, hingga krisis iklim, hingga digitalisasi dan perubahan regulasi.
Agus menilai, situasi tersebut harus dapat diantisipasi dan dinavigasi dengan cermat oleh perbankan agar tetap survive dan tumbuh positif. Guna melakukannya, diperlukan sosok pemimpin yang visioner dan cerdas, juga adaptif terhadap situasi dan bisa membawa perusahaan menjadi resilient.
(nng)