BI Diramal Akan Pertahankan Suku Bunga Acuan

Senin, 18 Mei 2015 - 23:18 WIB
BI Diramal Akan Pertahankan Suku Bunga Acuan
BI Diramal Akan Pertahankan Suku Bunga Acuan
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dinilai akan tetap mempertahankan pengetatan dan belum menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) di pekan ini. Meski pertumbuhan PDB sedang menurun di kuartal pertama 2015.

Hal ini dikatakan sejumlah pengamat seperti ekonom DBS Gundy Cahyadi yang menilai penurunan BI Rate tidak akan memberikan dampak besar untuk mendorong permintaan domestik dalam kondisi ini. Selama pendapatan ekspor masih lemah dan pertumbuhan investasi kurang tumbuh signifikan.

"Mempertahankan tingkat suku bunga merupakan sinyal penting. Kekhawatiran terkait pembiayaan asing sudah menurun, namun tidak benar-benar hilang," ujar dia dalam rilisnya di Jakarta, Senin (18/5/2015).

Menurutnya, defisit transaksi berjalan merosot ke 1,8% dari PDB pada kuartal I/2015, namun akan muncul tren peningkatan lagi di kemudian hari, mengingat momentum pertumbuhan PDB yang akan meningkat.

"Defisit transaksi berjalan yang tampaknya akan stabil adalah di angka sekitar 2% dari PDB, namun kami memiliki ekspektasi bahwa di akhir tahun angka ini akan mendekati 3% dari PDB," katanya.

Risiko tekanan inflasi jangka pendek telah kembali muncul. Karena Pertamina merencanakan perubahan harga bahan bakar pekan lalu. "Meski demikian, rupiah yang melemah dan harga minyak yang masih bergejolak pertanda tidak ada kepastian mengenai revisi kenaikan harga bahan bakar di beberapa bulan ke depan," ujarnya.

Namun, hal ini bukan berarti BI tidak melakukan apa-apa selama penurunan ekonomi di dua kuartal terakhir. Bank sentral dinilainya telah melakukan toleransi pelemahan rupiah. Pertumbuhan ekspor, setidaknya pada sektor manufaktur, berpotensi meningkat akibat pelemahan rupiah.

Harga komoditi yang lemah masih akan menjadi ganjalan besar terhadap pertumbuhan ekspor, yang saat ini masih lemah di -8.5% (YoY) pada April. "Meski terdapat sejumlah perdebatan, namun ini penanda kebijakan pelemahan. Walau dampak keseluruhan terhadap pertumbuhan PDB masih terbatas," terangnya.

Dia melihat hingga saat ini hanya akselerasi di belanja fiskal yang sepertinya dapat meningkatkan sentimen investor. Sementara itu BI dapat meningkatkan pertumbuhan PDB melalui kebijakan-kebijakan di luar BI Rate.

Relaksasi terhadap beberapa kebijakan makroprudensial, termasuk peraturan tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan-to-deposit ratio/LDR) dan/atau batas kredit terhadap nilai aset (loan-to-value/ LTV), sepertinya tidak lama lagi akan dilakukan. Mendorong pertumbuhan kredit kepada UKM juga harus menjadi salah satu prioritas BI.

Sebelumnya pengamat keuangan Ryan Kiryanto juga berharap BI tetap mempertahankan BI Rate. Ini dengan mempertimbangkan inflasi April 6,79% (yoy), juga ekspektasi inflasi ke depan yang berpotensi naik. Mengingat momen Lebaran dan perayaan Natal serta tahun baru.

"Juga demi antisipasi kenaikan FFR, sebaiknya BI tetap pertahankan BI Rate di 7,5% Level ini masih akomodatif bagi perbankan dan sektor riil," ujar Ryan beberapa waktu lalu.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7670 seconds (0.1#10.140)