Australia Kepincut Jasa Pengerukan
A
A
A
JAKARTA - Pembangunan infrastruktur membuka peluang bagi investasi jasa penunjang, seperti pengerukan, baik untuk pendalaman dasar sungai, pelabuhan, maupun reklamasi bekas galian tambang.
Investor asal Australia yang berkantor pusat di Goldcoast, negara bagian Queensland, menyatakan minat terhadap sektor di atas. Untuk menunjukkan keseriusan, mereka telah menyiapkan dana sebesar USD 20 juta (ekuivalen Rp 250 miliar dengan asumsi kurs Rp 12.500 per dolar AS).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani menyatakan pihaknya menerima laporan mengenai minat investasi dari investor Australia ini, dari kantor perwakilan BKPM di Sydney.
“Melihat skala investasi yang diminati, investor akan diarahkan untuk memanfaatkan layanan investasi tiga jam,” ujarnya, Rabu (13/4/2016).
Franky menambahkan, perusahaan tersebut ingin ikut dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk pembangunan 24 pelabuhan dalam program tol laut yang dicanangkan pemerintah.
“Mereka minat di bidang usaha dredging (jasa kontraktor pengerukan) maupun dredging vessel (pembuatan galangan kapal/reparasi kapal keruk), yang akan berkontribusi mendorong investasi di sektor infrastruktur,” jelasnya.
Lebih lanjut Franky mengemukakan investor tersebut adalah investor kedua asal Negeri Kanguru yang memanfaatkan layanan investasi tiga jam. Sebelumnya investor produsen tas dan koper yang joint venture dengan investor asal Taiwan.
Direktur Kantor Perwakilan BKPM di Sydney, Sri Moertiningroem menyambut baik rencana investasi ini, yang akan menggandeng partner lokal dari Indonesia. Sehingga diharapkan memberi transfer teknologi dan peningkatan kapasitas pengoperasian kapal pengeruk dalam negeri.
Sri mengakui bahwa kantor perwakilan BKPM di Sydney akan terus mendorong dan memasarkan peluang-peluang investasi Indonesia terutama dari sektor-sektor prioritas pemerintah. “Australia kuat di sektor maritim, pertanian dan industri, ini yang akan kami terus dorong,” ungkapnya.
Dari data BKPM per 5 April 2016, tercatat 34 perusahaan telah memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam dengan nilai investasi mencapai Rp 106 triliun dan rencana penyerapan tenaga kerja 26.830 orang.
Australia termasuk 10 negara prioritas pemasaran investasi bersama bersama Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRC, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris.
BKPM melansir tahun 2015, realisasi investasi Australia berada di peringkat 12 sebesar USD 167 juta terdiri atas 443 proyek. Sementara dalam posisi sejak periode 2010-2015, tercatat investasi yang masuk ke Indonesia dari Australia sebesar USD 2,07 miliar.
Investor asal Australia yang berkantor pusat di Goldcoast, negara bagian Queensland, menyatakan minat terhadap sektor di atas. Untuk menunjukkan keseriusan, mereka telah menyiapkan dana sebesar USD 20 juta (ekuivalen Rp 250 miliar dengan asumsi kurs Rp 12.500 per dolar AS).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani menyatakan pihaknya menerima laporan mengenai minat investasi dari investor Australia ini, dari kantor perwakilan BKPM di Sydney.
“Melihat skala investasi yang diminati, investor akan diarahkan untuk memanfaatkan layanan investasi tiga jam,” ujarnya, Rabu (13/4/2016).
Franky menambahkan, perusahaan tersebut ingin ikut dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk pembangunan 24 pelabuhan dalam program tol laut yang dicanangkan pemerintah.
“Mereka minat di bidang usaha dredging (jasa kontraktor pengerukan) maupun dredging vessel (pembuatan galangan kapal/reparasi kapal keruk), yang akan berkontribusi mendorong investasi di sektor infrastruktur,” jelasnya.
Lebih lanjut Franky mengemukakan investor tersebut adalah investor kedua asal Negeri Kanguru yang memanfaatkan layanan investasi tiga jam. Sebelumnya investor produsen tas dan koper yang joint venture dengan investor asal Taiwan.
Direktur Kantor Perwakilan BKPM di Sydney, Sri Moertiningroem menyambut baik rencana investasi ini, yang akan menggandeng partner lokal dari Indonesia. Sehingga diharapkan memberi transfer teknologi dan peningkatan kapasitas pengoperasian kapal pengeruk dalam negeri.
Sri mengakui bahwa kantor perwakilan BKPM di Sydney akan terus mendorong dan memasarkan peluang-peluang investasi Indonesia terutama dari sektor-sektor prioritas pemerintah. “Australia kuat di sektor maritim, pertanian dan industri, ini yang akan kami terus dorong,” ungkapnya.
Dari data BKPM per 5 April 2016, tercatat 34 perusahaan telah memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam dengan nilai investasi mencapai Rp 106 triliun dan rencana penyerapan tenaga kerja 26.830 orang.
Australia termasuk 10 negara prioritas pemasaran investasi bersama bersama Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRC, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris.
BKPM melansir tahun 2015, realisasi investasi Australia berada di peringkat 12 sebesar USD 167 juta terdiri atas 443 proyek. Sementara dalam posisi sejak periode 2010-2015, tercatat investasi yang masuk ke Indonesia dari Australia sebesar USD 2,07 miliar.
(ven)