Ekonomi AS Kuartal I/2015 Terkontraksi
A
A
A
WASHINGTON - Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi pada kuartal I/2015 karena menguatnya dolar AS (USD) dan gangguan di pelabuhan Pantai Barat, meski aktivitas perlahan mulai pulih.
Pemerintah pada Jumat waktu setempat memangkas estimasi produk domestik bruto (PDB), menyusul PDB kuartal I AS yang mengalami kontraksi 0,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dan di bawah perkiraan tumbuh 0,2%.
Melebarnya defisit perdagangan dan menyusutnya akumulasi persediaan bisnis dari estimasi sebelumnya menyumbang penurunan, begitu juga dengan tingkat belanja konsumen.
Dengan perkiraan pertumbuhan kuartal II sekitar 2%, ekonomi pada kuartal I mengalami kinerja terburuk sejak 2011. Lemahnya data sentimen konsumen dan aktivitas manufaktur di Midwest memberikan gambaran bahwa ekonomi tiga bulan pertama tahun ini dan laju pertumbuhan awal kuartal II berjalan moderat.
Hal itu ditambah melemahnya data penjualan retail dan produksi industri. Meski begitu, data perumahan dan rencana pengeluaran bisnis menunjukkan momentum positif, yang akan mendorong Federal Reserve berada pada jalur untuk tetap menaikkan suku bunga acuan tahun ini.
Sementara ekonom berhati-hati terhadap data yang menujukkan pelemahan dalam produksi. Mereka berpendapat, angka PDB kuartal I tertekan oleh faktor yang bersifat sementara.
Bahkan, ekonom telah meragukan keakuratan perkiraan PDB kuartal I tahun ini, yang cenderung menunjukkan kontraksi selama beberapa tahun terakhir.
"Jelas ekonomi lebih lemah daripada yang kita mau, tapi kuartal I ini berlebihan. Kita akan melihat pertumbuhan yang cukup untuk menjaga penciptaan lapangan kerja dan memungkinkan Fed akan mempertahankan jadwal menaikkan suku bunga pada September," kata Kepala Ekonom di Comerica di Dallas Robert Dye seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (30/5/2015).
Diukur dari sisi pendapatan, ekonomi tumbuh 1,4% pada kuartal I. Ukuran pertumbuhan permintaan domestik direvisi naik sedikit dan pengeluaran bisnis untuk peralatan naik dari perkiraan sebelumnya.
Sementara obligasi AS diperdagangkan lebih tinggi, dengan USD sebagian besar tidak berubah terhadap sejumlah mata uang utama dan bursa saham Wall Street berakhir jatuh.
Pemerintah pada Jumat waktu setempat memangkas estimasi produk domestik bruto (PDB), menyusul PDB kuartal I AS yang mengalami kontraksi 0,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dan di bawah perkiraan tumbuh 0,2%.
Melebarnya defisit perdagangan dan menyusutnya akumulasi persediaan bisnis dari estimasi sebelumnya menyumbang penurunan, begitu juga dengan tingkat belanja konsumen.
Dengan perkiraan pertumbuhan kuartal II sekitar 2%, ekonomi pada kuartal I mengalami kinerja terburuk sejak 2011. Lemahnya data sentimen konsumen dan aktivitas manufaktur di Midwest memberikan gambaran bahwa ekonomi tiga bulan pertama tahun ini dan laju pertumbuhan awal kuartal II berjalan moderat.
Hal itu ditambah melemahnya data penjualan retail dan produksi industri. Meski begitu, data perumahan dan rencana pengeluaran bisnis menunjukkan momentum positif, yang akan mendorong Federal Reserve berada pada jalur untuk tetap menaikkan suku bunga acuan tahun ini.
Sementara ekonom berhati-hati terhadap data yang menujukkan pelemahan dalam produksi. Mereka berpendapat, angka PDB kuartal I tertekan oleh faktor yang bersifat sementara.
Bahkan, ekonom telah meragukan keakuratan perkiraan PDB kuartal I tahun ini, yang cenderung menunjukkan kontraksi selama beberapa tahun terakhir.
"Jelas ekonomi lebih lemah daripada yang kita mau, tapi kuartal I ini berlebihan. Kita akan melihat pertumbuhan yang cukup untuk menjaga penciptaan lapangan kerja dan memungkinkan Fed akan mempertahankan jadwal menaikkan suku bunga pada September," kata Kepala Ekonom di Comerica di Dallas Robert Dye seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (30/5/2015).
Diukur dari sisi pendapatan, ekonomi tumbuh 1,4% pada kuartal I. Ukuran pertumbuhan permintaan domestik direvisi naik sedikit dan pengeluaran bisnis untuk peralatan naik dari perkiraan sebelumnya.
Sementara obligasi AS diperdagangkan lebih tinggi, dengan USD sebagian besar tidak berubah terhadap sejumlah mata uang utama dan bursa saham Wall Street berakhir jatuh.
(rna)