Pemerintah Tak Berniat Bangun Pabrik Gula Lagi

Kamis, 04 Juni 2015 - 17:41 WIB
Pemerintah Tak Berniat Bangun Pabrik Gula Lagi
Pemerintah Tak Berniat Bangun Pabrik Gula Lagi
A A A
JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga saat ini tidak berpikir untuk kembali membangun pabrik gula lagi. Karena semakin banyak konversi lahan dari pertanian ke non pertanian.

Deputi bidang Industri Agro dan Industri Strategis Kementerian BUMN M Zamkhani mengungkapkan, saat ini terdapat 62 pabrik gula milik BUMN. Pihaknya tengah menyusun peta jalan (roadmap) untuk mengidentifikasi pabrik gula yang layak untuk direvitalisasi dan pabrik gula yang bakal dipensiunkan alias ditutup.

‎"Karena kita ketahui, utama pabrik gula BUMN ini murni dari tebu, dan kalau di Jawa hampir 95% ini dari tebu rakyat. Dan kita ketahui juga data dari Kementerian Pertanian konversi lahan pertanian menjadi non pertanian lajunya cukup tinggi, terutama di Jawa," tuturnya di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (4/6/2015).

Selain itu, sambung dia, komoditas tebu juga menghadapi kendala keengganan petani untuk menanam tebu saat harga gula cukup anjlok. Petani baru berminat menanam gula kembali saat dirasa harganya cukup menarik dan menguntungkan.

"Sehingga kita berebut dengan selain dengan non lahan pertanian juga dengan komoditas. Komoditas juga, terutama lahan-lahan yang cukup‎ subur, bisa pada saat harga gula cukup menarik mereka tanam tebu dan saat harga gula kurang menarik, mereka lari ke komoditas lain, yang lebih menarik harganya," jelas Zamkhani.

Berbagai kendala tersebut, yang pada akhirnya menjadi pertimbangan pemerintah untuk menentukan pabrik gula yang bakal direvitalisasi, dilebur dengan pabrik gula lainnya. Namun, proses revitalisasi tersebut tidak harus dengan membangun pabrik gula baru.

"Karena PG baru rasanya secara komersial cukup berat yang berbasis tebu. Karena pertama, kecukupan bahan baku. Ke dua, investasi modal cukup tinggi, sedangkan lahan sangat tergantung petani. Kalau kita tidak bisa bekerja sama dengan petani ya nanti kekurangan bahan baku," tegas dia.

Untuk mengambil hati petani agar bisa diajak kerja sama, pemerintah perlu memastikan harga gula akan selalu menarik bagi petani. Dari sisi pabrik gula sendiri, harus bisa beroperasi secara efisien sehingga tidak merugi.

"‎Ini juga menjadi perhatian kita salah satu cara untuk bisa efisien, itu tidak hanya menggiling tebu rakyat dan menghasilkan tebu dan tetes mata, tapi juga kita akan ke arah hilirnya termasuk bioetanol dan ‎kogen yang sedang kita evaluasi. Mana yang bisa, mana yang tidak, atau mana yang secara rombongan bisa sampai ke hilirnya," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5252 seconds (0.1#10.140)