BUMN Gula Konsolidasi Tingkatkan Produktivitas
A
A
A
SURABAYA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi gula ingin mendongkrak produktivitas gula lokal. Perusahaan-perusahaan milik pemerintah ini melakukan pertemuan untuk membahas persaingan di pasar bebas.
Beberapa perusahaan gula yang mengadakan pertemuan adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, VII, IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XIV, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. PTPN III sebagai holding BUMN perkebunan juga terlibat.
Acara ini bertema 'Sharing Session' yang diadakan di Surabaya yang akan membahas strategi meningkatkan produktivitas pabrik gula. Dalam acara ini, PTPN X diminta untuk membagi pengalaman melakukan mekanisasi kebun, revitalisasi pabrik gula, dan pemanfaatan produk hilir non-gula berupa bioetanol dari tetes tebu.
"Menteri BUMN menginstruksikan kepada seluruh BUMN gula untuk bersinergi, PG (perusahaan gula) diminta bersama-sama berbenah meningkatkan produktivitas untuk mencapai target swasembada gula tiga tahun mendatang. Ini dilakukan karena Indonesia akan menghadapi pasar bebas," kata Dirut PTPN X Subiyono, Jumat (12/6/2015).
Para peserta yang berasal dari seluruh pabrik gula se-Indonesia diajak mengunjungi kebun mekanisasi PG Watoetoelis dan revitalisasi PG Kremboong di Sidoarjo serta PG Gempolkrep yang terintegrasi dengan pabrik bioetanol di Mojokerto.
"Mekanisasi kebun membuat lebih efisien. Selain itu, bahan baku tebu bisa lebih bagus dan bisa memenuhi kualifikasi manis, bersih, segar. Namun, mekanisasi tidak mudah karena mayoritas lahan tebu milik petani, bukan milik PG. Jadi perlu sinergi bersama," ujarnya.
Saat ini, total lahan di lingkungan PTPN X yang telah digarap dengan pendekatan mekanisasi masa tanam 2015/2016 mencapai 5.156,8 hektare terdiri atas 2.789,1 hektare lahan tebu sendiri dan 2.367,7 hektare lahan tebu rakyat, termasuk sebagian di wilayah PG Watoetoelis dan PG Kremboong.
Subiyono mengatakan, mekanisasi terbukti mampu menekan biaya garap. Di PG Watoetoelis, misalnya, tepatnya di Kebun Jedong Cangkring pada musim tanam 2013/2014, Harga Pokok Produksi (HPP) gula sebelum penerapan mekanisasi sebesar Rp8.764 per kg. Setelah mekanisasi, HPP gula bisa ditekan turun menjadi Rp6.866 per kg.
Selain melihat praktik mekanisasi, seluruh jajaran BUMN gula se-Indonesia juga melihat hasil revitalisasi PG Kremboong. Di pabrik tersebut, PTPN X melakukan penggantian dari teknologi lawas menjadi teknologi generasi terbaru dengan peralatan ketel tekanan tinggi, elektromotor, dan high gravity single curing HG.
Revitalisasi itu, PG menjadi efisien dan lebih produktif. HPP gula pun bisa ditekan. HPP gula di PG Kremboong tahun ini ditargetkan bisa turun menjadi Rp6.525 per kg dari tahun lalu sebesar Rp7.104 per kg.
Secara rata-rata di semua PG milik PTPN X, HPP ditargetkan turun menjadi Rp5.717 per kg dari tahun lalu sebesar Rp6.017 per kg.
"Beberapa pabrik gula yang telah kami revitalisasi, HPP kami yakin bisa turun dengan cukup signifikan. Di PG Tjoekir (Jombang) misalnya bisa turun menjadi Rp5.800 per kg dari sebelumnya Rp9.985 per kg. Lalu di PG Djombang Baru turun dari Rp9.700 per kg menjadi Rp6.409 per kg. Dengan HPP yang rendah, profitabilitas bisa terjaga. Petani untung, pabrik juga untung," jelasnya.
Adapun di PG Gempolkrep, seluruh jajaran BUMN gula bakal melihat praktik integrasi industri gula yang bisa mengoptimalkan seluruh produk turunan tebu. Di PG Gempolkrep sudah berdiri pabrik bioetanol yang mengolah tetes tebu menjadi bioetanol dengan kapasitas 30 juta liter per tahun.
Sekretaris PTPN X Adi Santoso menambahkan, selama empat tahun terakhir, PTPN X sudah menginvestasikan dana Rp1,54 triliun untuk melakukan revitalisasi di PG Kremboong, PG Tjoekir, PG Djombang Baru, PG Mritjan, dan PG Modjopanggoong.
"Di sejumlah PG, hasil revitalisasi akan terasa mulai tahun ini karena revitalisasi dilakukan secara bertahap agar tidak mengganggu produksi. Dengan revitalisasi, kami juga bisa menurunkan konsumsi energi, kami bisa menekan biaya bahan bakar minyak tambahan untuk operasional pabrik dari Rp48 miliar pada 2008 menjadi Rp1,78 miliar pada 2014," terang Adi.
Dengan efisiensi energi, PTPN X juga bisa menyisihkan ampas tebu untuk diolah menjadi listrik. Ada 300.000 ton ampas tebu per tahun yang bisa diolah, sehingga tahun ini PTPN X juga menyiapkan program co-generation yang mengolah ampas tebu menjadi listrik.
"Kami merintis produksi listrik melalui program co-generation di tiga pabrik, yaitu PG Ngadiredjo Kediri (20 Megawatt/MW), PG Tjoekir Jombang (10 MW), dan PG Gempolkrep (20 MW). Pendanaannya bersumber dari suntikan pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN)," kata dia.
Beberapa perusahaan gula yang mengadakan pertemuan adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, VII, IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XIV, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. PTPN III sebagai holding BUMN perkebunan juga terlibat.
Acara ini bertema 'Sharing Session' yang diadakan di Surabaya yang akan membahas strategi meningkatkan produktivitas pabrik gula. Dalam acara ini, PTPN X diminta untuk membagi pengalaman melakukan mekanisasi kebun, revitalisasi pabrik gula, dan pemanfaatan produk hilir non-gula berupa bioetanol dari tetes tebu.
"Menteri BUMN menginstruksikan kepada seluruh BUMN gula untuk bersinergi, PG (perusahaan gula) diminta bersama-sama berbenah meningkatkan produktivitas untuk mencapai target swasembada gula tiga tahun mendatang. Ini dilakukan karena Indonesia akan menghadapi pasar bebas," kata Dirut PTPN X Subiyono, Jumat (12/6/2015).
Para peserta yang berasal dari seluruh pabrik gula se-Indonesia diajak mengunjungi kebun mekanisasi PG Watoetoelis dan revitalisasi PG Kremboong di Sidoarjo serta PG Gempolkrep yang terintegrasi dengan pabrik bioetanol di Mojokerto.
"Mekanisasi kebun membuat lebih efisien. Selain itu, bahan baku tebu bisa lebih bagus dan bisa memenuhi kualifikasi manis, bersih, segar. Namun, mekanisasi tidak mudah karena mayoritas lahan tebu milik petani, bukan milik PG. Jadi perlu sinergi bersama," ujarnya.
Saat ini, total lahan di lingkungan PTPN X yang telah digarap dengan pendekatan mekanisasi masa tanam 2015/2016 mencapai 5.156,8 hektare terdiri atas 2.789,1 hektare lahan tebu sendiri dan 2.367,7 hektare lahan tebu rakyat, termasuk sebagian di wilayah PG Watoetoelis dan PG Kremboong.
Subiyono mengatakan, mekanisasi terbukti mampu menekan biaya garap. Di PG Watoetoelis, misalnya, tepatnya di Kebun Jedong Cangkring pada musim tanam 2013/2014, Harga Pokok Produksi (HPP) gula sebelum penerapan mekanisasi sebesar Rp8.764 per kg. Setelah mekanisasi, HPP gula bisa ditekan turun menjadi Rp6.866 per kg.
Selain melihat praktik mekanisasi, seluruh jajaran BUMN gula se-Indonesia juga melihat hasil revitalisasi PG Kremboong. Di pabrik tersebut, PTPN X melakukan penggantian dari teknologi lawas menjadi teknologi generasi terbaru dengan peralatan ketel tekanan tinggi, elektromotor, dan high gravity single curing HG.
Revitalisasi itu, PG menjadi efisien dan lebih produktif. HPP gula pun bisa ditekan. HPP gula di PG Kremboong tahun ini ditargetkan bisa turun menjadi Rp6.525 per kg dari tahun lalu sebesar Rp7.104 per kg.
Secara rata-rata di semua PG milik PTPN X, HPP ditargetkan turun menjadi Rp5.717 per kg dari tahun lalu sebesar Rp6.017 per kg.
"Beberapa pabrik gula yang telah kami revitalisasi, HPP kami yakin bisa turun dengan cukup signifikan. Di PG Tjoekir (Jombang) misalnya bisa turun menjadi Rp5.800 per kg dari sebelumnya Rp9.985 per kg. Lalu di PG Djombang Baru turun dari Rp9.700 per kg menjadi Rp6.409 per kg. Dengan HPP yang rendah, profitabilitas bisa terjaga. Petani untung, pabrik juga untung," jelasnya.
Adapun di PG Gempolkrep, seluruh jajaran BUMN gula bakal melihat praktik integrasi industri gula yang bisa mengoptimalkan seluruh produk turunan tebu. Di PG Gempolkrep sudah berdiri pabrik bioetanol yang mengolah tetes tebu menjadi bioetanol dengan kapasitas 30 juta liter per tahun.
Sekretaris PTPN X Adi Santoso menambahkan, selama empat tahun terakhir, PTPN X sudah menginvestasikan dana Rp1,54 triliun untuk melakukan revitalisasi di PG Kremboong, PG Tjoekir, PG Djombang Baru, PG Mritjan, dan PG Modjopanggoong.
"Di sejumlah PG, hasil revitalisasi akan terasa mulai tahun ini karena revitalisasi dilakukan secara bertahap agar tidak mengganggu produksi. Dengan revitalisasi, kami juga bisa menurunkan konsumsi energi, kami bisa menekan biaya bahan bakar minyak tambahan untuk operasional pabrik dari Rp48 miliar pada 2008 menjadi Rp1,78 miliar pada 2014," terang Adi.
Dengan efisiensi energi, PTPN X juga bisa menyisihkan ampas tebu untuk diolah menjadi listrik. Ada 300.000 ton ampas tebu per tahun yang bisa diolah, sehingga tahun ini PTPN X juga menyiapkan program co-generation yang mengolah ampas tebu menjadi listrik.
"Kami merintis produksi listrik melalui program co-generation di tiga pabrik, yaitu PG Ngadiredjo Kediri (20 Megawatt/MW), PG Tjoekir Jombang (10 MW), dan PG Gempolkrep (20 MW). Pendanaannya bersumber dari suntikan pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN)," kata dia.
(izz)