Ekonomi Melambat, Target Pendapatan Ritel Turun
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan gelombang ekonomi makro dan mikro yang melambat pada kuartal pertama telah menekan sektor ritel. Hal tersebut menyebabkan target pendapatan ritel pada kuartal pertama tahun ini turun.
"Kuartal I, belum recovery harus diperjuangkan, tempat ritel itukan berada di pusat belanja dan mal. Kurtal I menurun dari target harapan," ujar Ketua Umum Aprindo, Roy Nicolas Mandey, Sabtu (4/7/2015).
Hasil negatif tersebut disebabkan sejumlah faktor, di antaranya kenaikan biaya energi pada Februari. Hal itu menyebabkan konsumen pikir-pikir menahan untuk berbelanja. "Dampak harga BBM naik membuat konsumen pikirkan lebih detail memilih mau konsumsi atau saving," jelas Roy.
Belum lagi anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar sampai di angka Rp13.500/USD. "Nilai tukar kuartal I anjlok tentunya Indonesia sebagai negara yang kuat konsumsinya, akan membuat konsumen berpikir beli sekarang atau nanti," paparnya.
Faktor lain akibat perubahan APBN yang dilakukan pemerintah dan DPR pada awal tahun, membuat anggaran baru cair di pertengahan Mei. Ditambah lagi masalah kebijakan minol.
"Belanja pemerintah dalam hal mengeluarkan regulasi biaya anggaran membuat pasar tak bergerak, produktivitas tak meningkat. Namun, sampai akhir tahun kami masih optimis perkiraan untuk pendapatan dari peritel. Semoga eskalasi pertumbuhan ekonomi meningkat," tandasnya.
Baca juga:
Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia
Sektor Ritel Stabilisator Inflasi saat Ramadan
"Kuartal I, belum recovery harus diperjuangkan, tempat ritel itukan berada di pusat belanja dan mal. Kurtal I menurun dari target harapan," ujar Ketua Umum Aprindo, Roy Nicolas Mandey, Sabtu (4/7/2015).
Hasil negatif tersebut disebabkan sejumlah faktor, di antaranya kenaikan biaya energi pada Februari. Hal itu menyebabkan konsumen pikir-pikir menahan untuk berbelanja. "Dampak harga BBM naik membuat konsumen pikirkan lebih detail memilih mau konsumsi atau saving," jelas Roy.
Belum lagi anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar sampai di angka Rp13.500/USD. "Nilai tukar kuartal I anjlok tentunya Indonesia sebagai negara yang kuat konsumsinya, akan membuat konsumen berpikir beli sekarang atau nanti," paparnya.
Faktor lain akibat perubahan APBN yang dilakukan pemerintah dan DPR pada awal tahun, membuat anggaran baru cair di pertengahan Mei. Ditambah lagi masalah kebijakan minol.
"Belanja pemerintah dalam hal mengeluarkan regulasi biaya anggaran membuat pasar tak bergerak, produktivitas tak meningkat. Namun, sampai akhir tahun kami masih optimis perkiraan untuk pendapatan dari peritel. Semoga eskalasi pertumbuhan ekonomi meningkat," tandasnya.
Baca juga:
Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia
Sektor Ritel Stabilisator Inflasi saat Ramadan
(dmd)