BUMN Ini Keluhkan Harga Gas Industri Mahal

Kamis, 16 Juli 2015 - 13:22 WIB
BUMN Ini Keluhkan Harga...
BUMN Ini Keluhkan Harga Gas Industri Mahal
A A A
JAKARTA - Salah satu perusahaan BUMN, PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) mengeluhkan harga gas industri di Indonesia cukup mahal. Padahal, gas menjadi salah satu komponen utama produksi perseroan, dengan persentase sekitar 70%.

Direktur Investasi dan Pengembangan Pupuk Indonesia, Nugraha Budi Eka Irianto mengatakan, pihaknya sudah seringkali mengeluhkan mahalnya harga gas industri di Indonesia. Tarik ulur harga gas selalu menjadi kendala yang paling berat.

"Ngeluh sudah sering sekali (harga gas mahal), karena selalu memakan waktu lama dan tereskalasi sampai ke Menko, bahkan sampai ke JK. Kesepakatan harga yang paling berat," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/7/2015).

Dia menjelaskan, pasokan gas industri selama ini didominasi oleh perusahaan migas swasta, seperti Exxon Mobile dan ConocoPhillips, melalui mekanisme production sharing contract (PSC)

"Berhadapan dengan kita sebagai pembeli tentu kan para KPS (PSC) prinsipnya bisnis, untung sebesar-besarnya. Padahal, kan kita berkepentingan harus memproduksi pupuk," imbuhnya.

Harga gas yang harus dibayarkan perseroan, lanjut Anto, cukup variatif tergantung jenis lapangan. Sejauh ini harga gas paling mahal di daerah Kalimantan Timur sekitar USD7,4 per 1 mmbtu. Sementara yang paling murah di Palembang sekitar USD4,5 per 1 mmbtu.

"Kalau dibanding Malaysia, mereka USD4,5 per 1 mmbtu. Karena kan di sana dikontrol Petronas, dikendalikan pemerintah. Kalau di kita kan Pertamina kecil. Sebagian besar justru bukan Pertamina, tapi seperti Exxon dan Conoco. Berat posisi kita," kata Anto.

Sebab itu, perseroan melalui anak usahanya PT Rekayasa Industri (Rekind) memutuskan untuk bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) mengembangkan pabrik petrokimia berbasis gas dan batu bara, untuk mengurangi potensi kerugian dari mahalnya harga gas tersebut.

"Belum banyak progress (kerja sama Rekind-Pertamina). Diharapkan setelah Lebaran baru ada progres. Kerja sama di dalam pemanfaatan enjinering yang dipunyai kita dan pengembangan petrokimia. Gas itu sudah terlalu mahal," tegasnya.

Menggunakan batu bara, lanjut Anto, diperkirakan perseroan akan dapat lebih berhemat karena harga batubara sekitar USD60 per ton atau sekitar USD3,5 per mmbtu.

"Beda banget harganya. Mungkin harganya bisa dapat 35-40% setara gas. Dengan harga di atas USD6,5 per 1 mmbtu atau ada yang sampai USD9 per mmbtu, kita enggak mungkin hidup jualan di pasar internasional," pungkasnya.

Baca juga:

Pemerintah Didesak Turunkan Harga Gas Industri

Pemerintah Bingung Didesak Turunkan Harga Gas Industri
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0926 seconds (0.1#10.140)