Apartemen di Pinggiran Kota Semakin Laris Manis

Minggu, 26 Juli 2015 - 15:38 WIB
Apartemen di Pinggiran...
Apartemen di Pinggiran Kota Semakin Laris Manis
A A A
JAKARTA - Hunian vertikal seperti apartemen dan kondominium mulai menyasar warga urban di daerah pinggiran. Kawasan penyangga ini beberapa tahun belakangan memang terus berkembang menjadi kota baru yang memiliki potensi bisnis properti cukup tinggi.

Semakin sesaknya pembangunan hunian vertikal di tengah kota Jakarta memaksa para pengembang melirik kawasan penyangga Jakarta sebagai target pengembangan baru hunian model ini, dan terbukti proyek apartemen ini laris manis. Seperti pengalaman PT Sutera Agung Properti (SAP) yang baru saja memasarkan Apartemen Saumata.

Properti premium di Alam Sutera, Serpong, Tangerang ini sudah terjual 80% dari 203 unit apartemen tersebut. Penjualan tersebut didapatkan dari tower pertama.

"Karena lokasi tentu saja. Alam Sutera ini kan kota mandiri yang sudah jadi dan apapun ada di situ, mulai mal terbesar, fasilitas pendidikan, hotel, rumah sakit internasional, dan lain-lainnya untuk memenuhi semua kebutuhan penghuni," kata Direktur Pemasaran SAP Boy Noviyandi.

Boy mengakui, pada saat kondisi ekonomi kurang baik saat ini, penjualannya masih memuaskan. Dia tidak mengelak, bahwa lokasi dan fasilitas Alam Sutera mendukung hal tersebut, selain juga tahapan pembangunan yang dijanjikan kepada pembeli harus sesuai jadwal.

"Kepercayaan dari pembeli itu muncul kalau setiap kemajuan pembangunan kita sampaikan ke pembeli dan dilandasi komitmen.

Februari 2014 tanah ini masih kosong, empat bulan kemudian kami pasang tiang pancang. Lalu, Februari 2015 bangunan sudah naik sampai lantai lima, dan sampai Juni lalu sudah naik lagi hingga lantai 19," kata Boy.

Melihat capaian tersebut, pihaknya optimistis tower pertama apartemen tersebut terjual 100% hingga akhir tahun. Untuk mencapai itu, rencana tutup atap yang semula ditargetkan Desember 2016, akan dia majukan menjadi November tahun ini. Bahkan, serah terima unit juga dikejar pada akhir 2016 atau kuartal pertama 2017.

"Sedang saya push. Saya yakin kuartal ketiga semua unit yang ada sudah bisa diserahkan kepada pembeli," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, SAP menyiapkan dua proyek menara apartemen di Kawasan Serpong, Tangerang, Banten, tepatnya di Alam Sutera.

Kedua menara itu adalah tower pertama Saumata dan Saumata Suites. Boy mengklaim, khusus Saumata Suites akan menjadi apartemen tertinggi yang menjulang 40 lantai dalam bangunan 159 meter. Ketinggian apartemen tersebut mengalahkan seri perdananya, Saumata, yang hanya memiliki ketinggian 38 lantai.

Saat ini, belum ada apartemen eksisting maupun dalam tahap konstruksi yang mencapai ketinggian di atas 30 lantai atau di atas 150 meter di kawasan itu. Untuk merealisasikan pembangunan kedua menara itu, SAP merogoh kocek senilai Rp1,2 triliun. Dananya berasal dari ekuitas perusahaan, dan hasil penjualan.

Di lain pihak, Dua anak usaha PT Adhi Karya Tbk, yakni PT Adhi Persada Properti (APP) dan PT Adhi Persada Realti (APR) yang melebur dan mengusung nama APP bakal meluncurkan properti prestisius, yakni Grand Dhika Jatiwarna di Bekasi, Jawa Barat. Proyek yang berdiri di atas lahan seluas 38 hektare ini mencakup perkantoran, mal, hotel, SOHO, ballroom, dan apartemen.

APP menaksir proyek ini memiliki nilai sekitar Rp4,2 triliun dan rampung secara keseluruhan dalam lima tahun terhitung 2015. "Tahap awal kami bangun menara apartemen Emerald yang berkapasitas 682 unit," ujar Direktur Properti APP Pulung Prahasto.

Dia menambahkan, menara Emerald yang memiliki nilai Rp369 miliar tersebut akan dibangun dalam waktu 18 bulan. Luas Emerald mencapai 5.000 meter persegi dengan luas area yang dapat dijual sekitar 27.000 meter persegi.

"Ground breaking Emerald akan kami lakukan pada Agustus 2015, sedangkan yang sudah terjual sekitar 40%," papar Pulung.

Selain Grand Dhika Jatiwarna, kata Pulung, sejumlah proyek apartemen maupun proyek superblok besutan APP terus berjalan sesuai rencana.

"Tidak ada proyek kami yang tertunda dari jadwal. Sekalipun ada revisi desain lebih karena permintaan konsumen. Sedangkan untuk proyek di Yogyakarta yang semula dijadwalkan ground breakingpada Mei menjadi Agustus 2015 juga karena faktor perizinan, bukan karena keputusan kami,” ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5500 seconds (0.1#10.140)