ADB Tak Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi RI
A
A
A
JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) memutuskan untuk tidak mengubah target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di angka 5%, meski pada semester I/2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan perlambatan.
Deputy Country Director ADB Edimon Ginting mengatakan, keputusan untuk tidak merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia lantaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015 asumsi belanja infrastruktur sekitar 85%.
"Itu masih visible, sampai sekarang sudah 30%. Tahun-tahun sebelumnya, semester IV rata-ratanya 50%," kata dia di Kantor ADB Indonesia, Jakarta, Kamis (3/9/2015).
Menurutnya, belanja infrastruktur tahun ini yang diasumsikan sekitar 85% harus diimbangi dengan konsumsi yang terjaga. Maka, target pertumbuhan ekonomi di angka 5% akan tercapai. "Kalaupun turun paling sedikit. Inflasi kan turun," ucapnya.
Selain itu, optimisme tersebut juga terlihat dari neraca ekspor yang kendati menurun namun pada tengah tahun pertama kontribusinya positif.
Bahkan, lanjut Edimon, meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih terdepresiasi, namun nett ekspor akhir tahun diperkirakan akan positif.
"Kalau konsumsi ada sedikit penurunan, pemerintah sudah ada kenaikan gaji di Juli, menaikkan PTKP untuk menengah ke-bawah 40% lebih jadi bisa mengompensasi pendapatan masyarakat. Akan ada perpanjangan raskin, itu akan mendukung supaya konsumsi bertahan. Kalau menurun enggak akan signifikan," tandas dia.
Baca Juga:
ADB Siapkan Rp19,7 Triliun untuk Proyek Infrastruktur RI
ADB Tak Tertarik Biayai Kereta Cepat Jokowi
Deputy Country Director ADB Edimon Ginting mengatakan, keputusan untuk tidak merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia lantaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015 asumsi belanja infrastruktur sekitar 85%.
"Itu masih visible, sampai sekarang sudah 30%. Tahun-tahun sebelumnya, semester IV rata-ratanya 50%," kata dia di Kantor ADB Indonesia, Jakarta, Kamis (3/9/2015).
Menurutnya, belanja infrastruktur tahun ini yang diasumsikan sekitar 85% harus diimbangi dengan konsumsi yang terjaga. Maka, target pertumbuhan ekonomi di angka 5% akan tercapai. "Kalaupun turun paling sedikit. Inflasi kan turun," ucapnya.
Selain itu, optimisme tersebut juga terlihat dari neraca ekspor yang kendati menurun namun pada tengah tahun pertama kontribusinya positif.
Bahkan, lanjut Edimon, meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih terdepresiasi, namun nett ekspor akhir tahun diperkirakan akan positif.
"Kalau konsumsi ada sedikit penurunan, pemerintah sudah ada kenaikan gaji di Juli, menaikkan PTKP untuk menengah ke-bawah 40% lebih jadi bisa mengompensasi pendapatan masyarakat. Akan ada perpanjangan raskin, itu akan mendukung supaya konsumsi bertahan. Kalau menurun enggak akan signifikan," tandas dia.
Baca Juga:
ADB Siapkan Rp19,7 Triliun untuk Proyek Infrastruktur RI
ADB Tak Tertarik Biayai Kereta Cepat Jokowi
(izz)