BI Perkirakan Inflasi September Masih Tinggi
A
A
A
JAKARTA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta mengatakan, sejalan dengan masuknya hari raya Idul Adha, tekanan inflasi pada September 2015 diperkirakan masih tinggi. Meningkatnya tekanan inflasi terutama dipengaruhi kenaikan permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan pangan, seperti daging sapi.
"Selain itu faktor anomali cuaca El-Nino yang sudah mulai menunjukkan dampaknya terhadap daerah sentra produksi, turut menjadi perhatian utama," ujar Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Doni P Joewono di Jakarta, Kamis (3/9/2015).
Menurutnya, hal ini dapat menyebabkan berkurangnya pasokan bahan pangan utama ke wilayah Jakarta yang berujung pada tingginya inflasi kelompok volatile food.
Sementara, berlanjutnya depreasiasi nilai tukar dapat membawa tekanan inflasi dari sisi inti, terutama terkait dengan komoditas-komoditas dengan kandungan impor yang cukup tinggi. Mencermati masih tingginya faktor risiko dan tantangan inflasi yang dihadapi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jakarta perlu segera mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga.
Selain penguatan koordinasi baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, lanjut Doni, perlu ada kesiapan guna mendukung pengendalian inflasi terutama atas risiko berkurangnya pasokan bahan. Sebab itu, untuk menghadapi risiko fenomena El Nino, perlu upaya peningkatan efektivitas manajemen stok, agar ada kepastian ketersediaan bahan pangan masyarakat secara mencukupi.
"Perluasan kerjasama antardaerah terkait pengadaan stok bahan pangan yang berkelanjutan juga perlu dipertimbangkan untuk dijajagi," terang Doni.
Dalam menjalin kerja sama antardaerah, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan keberadaan TPID di berbagai daerah. Hal ini mengingat Jakarta sebagai daerah defisit pangan, yang sangat bergantung pada suplai pangan dari daerah lain.
Selain itu, komunikasi harga pangan, serta upaya-upaya pemerintah dalam menjaga dan mengamankan pasokan pangan perlu terus dikomunikasikan.
Dia menuturkan, upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah kepanikan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki ekspektasi positif terhadap kemampuan pemerintah dalam menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang relatif terjangkau.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menyebutkan, BI akan terus mengkaji arah kebijakan suku bunga (BI Rate) yang paling ideal untuk merespon gejolak ekonomi global saat ini. Selain menjaga daya saing, BI dan pemerintah juga mempunyai target ekonomi makro yakni akan bersama sama harus menjaga inflasi, menjaga defisit transaksi berjalan dan meningkatkan aliran dana asing yang masuk ke Indonesia melalui investasi.
"Bank Indonesia memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% dapat dicapai dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah," tandasnya.
Baca juga:
Ini 10 Besar Komoditas Penyumbang Inflasi Agustus
Ini Bocoran Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Jilid II
"Selain itu faktor anomali cuaca El-Nino yang sudah mulai menunjukkan dampaknya terhadap daerah sentra produksi, turut menjadi perhatian utama," ujar Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Doni P Joewono di Jakarta, Kamis (3/9/2015).
Menurutnya, hal ini dapat menyebabkan berkurangnya pasokan bahan pangan utama ke wilayah Jakarta yang berujung pada tingginya inflasi kelompok volatile food.
Sementara, berlanjutnya depreasiasi nilai tukar dapat membawa tekanan inflasi dari sisi inti, terutama terkait dengan komoditas-komoditas dengan kandungan impor yang cukup tinggi. Mencermati masih tingginya faktor risiko dan tantangan inflasi yang dihadapi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jakarta perlu segera mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga.
Selain penguatan koordinasi baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, lanjut Doni, perlu ada kesiapan guna mendukung pengendalian inflasi terutama atas risiko berkurangnya pasokan bahan. Sebab itu, untuk menghadapi risiko fenomena El Nino, perlu upaya peningkatan efektivitas manajemen stok, agar ada kepastian ketersediaan bahan pangan masyarakat secara mencukupi.
"Perluasan kerjasama antardaerah terkait pengadaan stok bahan pangan yang berkelanjutan juga perlu dipertimbangkan untuk dijajagi," terang Doni.
Dalam menjalin kerja sama antardaerah, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan keberadaan TPID di berbagai daerah. Hal ini mengingat Jakarta sebagai daerah defisit pangan, yang sangat bergantung pada suplai pangan dari daerah lain.
Selain itu, komunikasi harga pangan, serta upaya-upaya pemerintah dalam menjaga dan mengamankan pasokan pangan perlu terus dikomunikasikan.
Dia menuturkan, upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah kepanikan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki ekspektasi positif terhadap kemampuan pemerintah dalam menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang relatif terjangkau.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menyebutkan, BI akan terus mengkaji arah kebijakan suku bunga (BI Rate) yang paling ideal untuk merespon gejolak ekonomi global saat ini. Selain menjaga daya saing, BI dan pemerintah juga mempunyai target ekonomi makro yakni akan bersama sama harus menjaga inflasi, menjaga defisit transaksi berjalan dan meningkatkan aliran dana asing yang masuk ke Indonesia melalui investasi.
"Bank Indonesia memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% dapat dicapai dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah," tandasnya.
Baca juga:
Ini 10 Besar Komoditas Penyumbang Inflasi Agustus
Ini Bocoran Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Jilid II
(dmd)